Washington DC -
Presiden AS, Donald Trump, pada hari Senin (12/5) menawarkan diri untuk bergabung dalam pembicaraan potensial antara Ukraina dan Rusia di Turki akhir pekan ini. Sementara itu, Eropa terus mendesak agar Kremlin menerima tuntutan gencatan senjata selama 30 hari dalam perang di Ukraina.
Jawaban Trump muncul sehari setelah Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy, mengatakan dirinya akan melakukan perjalanan ke Istanbul, dan akan menunggu untuk bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Trump kepada para wartawan di Gedung Putih mengatakan, pembicaraan di Istanbul bisa membuahkan hasil signifikan. Presiden AS itu menyebutkan, dia juga berniat untuk bergabung pada hari Kamis (15/5), di sela-sela kunjungan kenegaraan ke Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Qatar pekan ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya punya begitu banyak agenda pertemuan, tapi saya sedang mempertimbangkan untuk benar-benar terbang ke sana (Turki -red). Kemungkinannya ada, jika menurut saya ada kemajuan yang bisa dicapai. Tapi ini harus segera diselesaikan," katanya sebelum melakoni perjalanan luar negeri kedua sejak menjabat di Gedung Putih pada bulan Januari.
"Jangan remehkan perundingan hari Kamis di Turki," kata Trump.
Dalam pidatonya di televisi, Presiden Ukraina Volodmyr Zelenskiy menyebutkan, serangan Rusia terus berlangsung di garis depan sepanjang hari, dan Moskow masih belum menanggapi ajakannya kepada Putin untuk bertemu secara langsung di Turki.
"Penembakan dan serangan Rusia terus berlanjut," kata Zelenskiy. "Moskow tetap diam sepanjang hari terkait usulan pertemuan langsung. Sebuah keheningan yang sangat aneh."
Pertaruhan di Istanbul
Perundingan damai di Turki sejatinya diusulkan Putin pada Minggu (11/5), setelah dia menolak ancaman Uni Eropa untuk menjatuhkan sanksi tambahan jika Rusia tidak menyepakati gencatan senjata selama 30 hari. Namun dalam pernyataannya, Putin tidak mengindikasikan akan menghadiri secara langsung pertemuan tersebut.
Seperti yang dikabarkan Reuters, Putin pada hari Minggu sempat menelpon Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, yang kemudian menyanggupi peran sebagai mediator. Dalam pembicaraan telpon dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron setelahnya, Erdogan mengatakan sebuah "titik balik historis" telah tercapai dan bahwa kesempatan ini harus dimanfaatkan, menurut kantor kepresidenan Turki.
Erdogan menekankan peluang itu kepada Presiden Ukraina Zelenskiy pada keesokan harinya. Dia juga mendapat desakan dari Presiden Trump yang mengatakan "Ukraina harus menyetujui usulan pertemuan ini, sesegera mungkin," tulisnya di media sosial Truth Social.
Buntutnya, Zelenskiy menulis "saya akan menunggu Putin di Turki pada hari Kamis. Saya harap, kali ini Rusia tidak mencari-cari alasan lagi," cuitnya via platform X alias Twitter, Senin (12/5).
Optimisme terbatas
Trump sejak awal menyuarakan sikap optimis terkait perundingan damai. "Saya rasa pertemuan hari Kamis di Turki antara Rusia dan Ukraina bisa membuahkan hasil yang baik, dan saya percaya kedua pemimpin akan hadir di sana," kata dia pada hari Minggu (11/5) seperti dilansir AFP.
Ketika ditanya apakah dia akan menjatuhkan sanksi kepada Rusia jika Presiden Vladimir Putin tidak menyetujui gencatan senjata selama 30 hari, Trump menjawab: "Saya punya firasat mereka akan setuju. Saya sungguh merasa begitu."
Sebelumnya, pemerintah Jerman menyatakan bahwa Eropa akan mulai mempersiapkan sanksi baru terhadap Rusia kecuali Kremlin mulai mematuhi gencatan senjata selama 30 hari dalam perang dengan Ukraina.
Militer Ukraina melaporkan, Rusia telah melakukan puluhan serangan di sepanjang garis depan di Ukraina timur pada hari Senin, serta serangan malam hari dengan menggunakan lebih dari 100 drone, meskipun ada usulan gencatan senjata dari Eropa dan Kyiv.
Dikutip oleh Zelenskiy, panglima tertinggi Ukraina, Oleksander Syrskyi, mengatakan pertempuran terberat masih terjadi di wilayah Donetsk, yang menjadi fokus garis depan timur, serta di wilayah Kursk bagian barat Rusia.
"Waktu terus berjalan," kata juru bicara pemerintah Jerman dalam sebuah konferensi pers di Berlin, Senin (12/5).
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, berkilah, gencatan senjata 30 hari tersebut diajukan Eropa "dengan tujuan memberikan waktu bagi Kyiv untuk memulihkan kemampuan militernya dan melanjutkan konfrontasi dengan Rusia."
Namun, masih belum jelas seberapa besar dampak sanksi baru dari Eropa terhadap Rusia, terutama jika Amerika Serikat tidak ikut serta.
Editor: Agus Setiawan
Tonton juga "Menanti Terwujudnya Gencatan Senjata Rusia-Ukraina" di sini:
(nvc/nvc)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini