Dikritik Soal Tawaran Hadiah Pesawat dari Qatar, Trump: Bodoh Jika Ditolak

9 hours ago 5

Washington DC -

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menuai kritikan terkait rencananya menerima hadiah pesawat mewah dari Qatar, yang berpotensi digunakan untuk menggantikan pesawat kepresidenan Air Force One yang sudah menua.

Trump, seperti dilansir AFP, Selasa (13/5/2025), dengan marah menepis kritikan dan kekhawatiran yang muncul atas rencananya menerima hadiah dari pemerintah asing tersebut. Dia bahkan mengatakan akan sangat "bodoh" jika tidak menerima hadiah tersebut.

Tawaran dari keluarga kerajaan Qatar untuk menyumbangkan pesawat Boeing jenis 747-8 seharga US$ 400 juta (Rp 6,6 triliun) untuk digunakan sebagai pesawat kepresidenan AS menimbulkan pertanyaan besar soal etika dan keamanan, terutama mengenai potensi konflik kepentingan dengan bisnis keluarganya dan penggunaan jabatan publik. Tetapi Trump berusaha meredakan kritikan dan kekhawatiran yang muncul.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Trump, pada Minggu (12/5), telah memberikan pembelaan atas rencananya itu, dengan menekankan bahwa pesawat itu merupakan "hadiah" yang diberikan secara "gratis" dan akan diberikan kepada Departemen Pertahanan atau Pentagon, untuk sementara digunakan menggantikan Air Force One yang berusia empat dekade.

Dia juga menekankan bahwa proses pemberian hadiah pesawat itu merupakan "transaksi yang transparan".

Saat berbicara kepada wartawan di Gedung Putih, pada Senin (12/5), Trump kembali memberikan pembelaan untuk rencananya itu. "Itu adalah langkah yang luar biasa," kata Trump ketika ditanya wartawan soal apakah Qatar tidak akan mengharapkan imbalan apa pun.

"Saya tidak akan pernah menolak tawaran semacam itu. Maksud saya, saya bisa menjadi orang bodoh (dan) berkata 'Tidak, kami tidak menginginkan pesawat gratis yang sangat mahal'," ucap Trump.

Rencana menerima hadiah pesawat ini, menurut laporan media terkemuka ABC dan New York Times, akan diumumkan saat Trump melakukan kunjungan ke tiga negara Timur Tengah, termasuk Qatar, pekan ini.

Tawaran dari Qatar itu datang setelah Trump berulang kali mengeluhkan penundaan dan pembengkakan biaya dalam kontrak raksasa dengan Boeing untuk menyediakan dua pesawat Air Force One terbaru guna menggantikan model lama yang beroperasi sejak tahun 1990 silam.

Simak berita selengkapnya di halaman berikutnya.

Saat kembali ditanya oleh wartawan Gedung Putih soal apakah dirinya akan menggunakan jet tersebut untuk keperluan pribadi setelah dia meninggalkan jabatan kepresidenannya nanti, Trump memberikan jawaban dengan nada sangat marah.

"Anda seharusnya malu menanyakan pertanyaan itu," kata Trump kepada seorang reporter di Gedung Putih.

"Mereka memberikan kepada kita jet gratis. Saya bisa mengatakan, tidak, tidak, tidak, jangan berikan kepada kami, saya ingin membayar Anda US$ 1 miliar atau US$ 400 juta, atau berapa pun jumlahnya. Atau saya bisa mengatakan, terima kasih banyak," ujarnya.

Trump mengatakan bahwa hadiah pesawat itu akan disumbangkan ke perpustakaan kepresidenannya di masa mendatang untuk dipamerkan, sama seperti perpustakaan kepresidenan Ronald Reagan yang menyimpan bekas pesawat Air Force One.

Qatar, dalam pernyataan menanggapi kritikan yang muncul, menyebut tawaran pesawat untuk Trump itu bukanlah hadiah, melainkan "transfer pesawat untuk penggunaan sementara".

"Kemungkinan transfer pesawat untuk penggunaan sementara sebagai Air Force One saat ini sedang dipertimbangkan antara Kementerian Pertahanan Qatar dan Departemen Pertahanan AS," jelas Atase Media pada Kedutaan Besar Qatar di Washington DC, Ali Al-Ansari.

Kalangan Partai Demokrat Kecam Rencana Trump Terima Hadiah Pesawat

Kecaman menghujani Trump dari kalangan politisi Partai Demokrat, dengan beberapa Senator AS mempertanyakan masalah konflik kepentingan, keamanan nasional dan pengaruh asing terkait keputusan Trump untuk menerima hadiah mahal dari pemerintah asing seperti Qatar.

"Presiden mana pun yang menerima hadiah semacam ini, senilai US$ 400 juta, dari pemerintah asing menciptakan konflik kepentingan yang jelas," tanya empat anggota Komisi Hubungan Luar Negeri pada Senat AS dalam pernyataan bersama.

Pernyataan bersama dari Senator Cory Booker, Senator Brian Schatz, Senator Chris Coons, dan Senator Chris Murphy itu juga menyebut bahwa rencana semacam itu "menimbulkan pertanyaan keamanan nasional yang serius, mengundang pengaruh asing, dan merusak kepercayaan publik terhadap pemerintah kita".

Senator Murphy bahkan menyebut hadiah yang ditawarkan Qatar itu sebagai "korupsi tingkat nuklir".

Loading...

Hoegeng Awards 2025

Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial