Tel Aviv -
Seorang sandera berkewarganegaraan ganda Amerika Serikat (AS) dan Israel, Edan Alexander, dibebaskan oleh Hamas saat pertempuran berhenti sementara di Jalur Gaza pada Senin (12/5). Namun sejauh ini, Tel Aviv masih bersikeras tidak ada kesepakatan gencatan senjata lebih luas atau pembebasan sandera lainnya.
Militer Israel, seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, Selasa (13/5/2025), mengatakan pasukannya telah menerima Alexander, setelah Komite Palang Merah Internasional menyatakan pihaknya memfasilitasi pemindahannya secara aman dari penahanan selama 19 bulan terakhir di Jalur Gaza kepada otoritas Tel Aviv.
Alexander merupakan warga AS terakhir yang ditahan Hamas, dengan saluran televisi Israel, Channel 12, mengatakan kondisinya "buruk" saat dibebaskan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pertempuran di Jalur Gaza terhenti sejak Senin (12/5) tengah hari setelah Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu mengatakan Israel akan menghentikan operasi militernya untuk memungkinkan perjalanan yang aman bagi pembebasan sandera.
Hamas mengatakan pihaknya membebaskan Alexander sebagai isyarat niat baik kepada Presiden AS Donald Trump, yang melakukan kunjungan ke kawasan Timur Tengah pekan ini.
Sesaat sebelum pembebasan dilakukan, Trump mengumumkannya lewat media sosial. Belum ada tanggapan terbaru Trump usai Hamas membebaskan Alexander.
"Edan Alexander, sandera Amerika yang diduga tewas, akan dibebaskan oleh Hamas. Berita bagus!" tulis Trump dengan huruf kapital dalam pernyataan via media sosialnya.
Netanyahu, dalam pernyataannya, mengklaim pembebasan Alexander terjadi berkat tekanan militer Israel di Jalur Gaza dan tekanan politik yang diberikan Trump. Dia juga mengatakan dirinya telah berbicara dengan Trump via telepon pada Senin (12/5), di mana sang Presiden AS menyatakan komitmennya kepada Israel.
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
Netanyahu, menurut pernyataan dari kantor PM Israel, menegaskan tidak akan ada gencatan senjata dan rencana untuk semakin mengintensifkan operasi militer di Jalur Gaza terus berlanjut.
"Israel tidak berkomitmen untuk gencatan senjata dalam bentuk apa pun," tegas Netanyahu dalam pernyataan yang dirilis kantor PM Israel.
Pembebasan sandera AS-Israel yang dilakukan setelah perundingan empat arah antara Hamas, AS, Mesir dan Qatar itu, dapat membuka jalan untuk pembebasan 58 sandera lainnya yang masih ditahan di Jalur Gaza selama 19 bulan terakhir.
Qatar dan Mesir sebagai mediator, mengatakan bahwa pembebasan Alexander merupakan langkah menggembirakan menuju perundingan gencatan senjata baru.
Israel juga mengatakan akan mengirimkan delegasi ke Qatar pada Kamis (15/5) mendatang untuk membahas proposal baru, yang bertujuan mengamankan pembebasan sandera lebih lanjut.
Namun di sisi lain, Netanyahu bersikeras mengatakan bahwa perencanaan Israel untuk perluasan operasi militer di Jalur Gaza akan terus berlanjut.
Salah satu mitra koalisi sayap kanan Netanyahu, Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir, menegaskan perang terhadap Hamas tidak boleh berakhir dan bantuan tidak boleh dibiarkan masuk ke wilayah tersebut.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini