Kisah Unalaska, Pulau di Wilayah AS yang Pernah Dimiliki Rusia

5 hours ago 4

Washington DC -

Ketika hubungan antara Amerika Serikat dan Rusia menjadi sorotan internasional, kami mendalami kisah sebuah pulau yang sejarahnya dibentuk oleh kedua negara raksasa tersebut.

Terletak di pertemuan antara Samudra Pasifik Laut Bering, Pulau Unalaska membentang di zona Amerika Utara menuju Siberia.

Pulau ini terletak di sebelah barat Hawai. Posisinya yang terletak di atas Asia Timur membuat Unalaska menjadi salah satu tempat paling terpencil di Alaska.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebagai bagian dari Kepulauan Aleut, Unalaska menjadi salah satu daerah dengan lingkungan paling keras di Bumi selain kawasan kutub.

Garis pantainya sering kali tak berpohon, dan kawasannya sangat kasar akibat sapuan angin.

Selain itu, Aleut juga terletak di Lingkaran Api Pasifik atau Pacific Ring of Fire, salah satu area seismik paling aktif di dunia. Karena itu, gempa bumi sangat sering terjadi di wilayah ini.

Tak hanya itu, banyak pula gunung berapi di wilayah itu, termasuk Gunung Makushin di Unalaska, yang masih aktif erupsi dalam 250 tahun terakhir.

"Tempat Lahir Badai" dan "Tempat Lahir Angin" adalah dua sebutan yang sering diberikan warga lokal untuk Aleut.

Sistem cuaca di sekitar kawasan ini juga kerap kali beradu. Akibatnya, banyak badai siklon, angin pemicu badai, hujan deras, dan kabut tebal di sekitar daerah tersebut.

Saat ini, 4.200 orang tinggal di Unalaska, termasuk nelayan dan masyarakat adat Unanga.

Sering disebut sebagai orang Aleut, masyarakat Unanga sudah hidup di kepulauan itu selama setidaknya 9.000 tahun, menciptakan gaya hidup yang disesuaikan dengan sumber daya di sekitarnya.

Dalam beberapa ratus tahun belakangan, populasi masyarakat Unanga merosot akibat penyakit dan pengikisan kebudayaan mereka lantaran penjajahan. Kini, hanya ada sekitar 2.000 orang Unanga di Alaska dan Kepulauan Aleut.

Selain masyarakat Aleut, pulau itu juga ternyata pernah dihuni sekelompok orang yang bermigrasi melintasi Selat Bering, yaitu orang-orang Rusia.

Ketika hubungan antara AS dan Rusia mencair di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump, Unalaska kini dapat menjadi tempat yang menawarkan penyatuan sejarah dan kebudayaan dari kedua negara.

Sejarah Unalaska mulai tercatat pada 1741, ketika seorang penjelajah Denmark bernama Vitus Bering dan rekannya dari Rusia, Alexei Chirikov, datang ke sana.

Setelah itu, banyak pedagang bulu dari Rusia mendatangi kepulauan itu untuk berburu berang-berang laut dan anjing laut berbulu.

Saat mereka sudah mendirikan permukiman Rusia di Unalaska pada 1759, kepulauan itu resmi menjadi bagian koloni Kerajaan Rusia di akhir era 1700-an.

Gereja Ortodoks Rusia kemudian mengikuti jejak para pedagang bulu itu. Mereka membangun rumah-rumah ibadah kecil di kepulauan itu, menjaring banyak masyarakat Unanga untuk mengikuti kepercayaan mereka.

Pada 1867, AS mengambil alih kendali atas Kepulauan Aleut saat mereka membeli Alaska dari Rusia pada 1867. Meski demikian, warisan Gereja Ortodoks masih bertahan di tanah itu.

Gereja Kenaikan Suci merupakan salah satu dari sedikit tempat ibadah Ortodoks Rusia yang masih ada hingga sekarang.

Gereja itu pertama kali didirikan pada 1896, kemudian dibangun ulang di lokasi yang sama pada 1867.

Di dalam gereja itu, tersimpan banyak koleksi artefak terbaik Rusia, seperti patung-patung dan karya seni keagamaan, termasuk yang didonasikan oleh Permaisuri Catherine The Great.

Sebelum kedatangan pemuka agama Ortodoks Rusia yang ada sekarang, Evon Bereskin adalah satu-satunya pendeta Kristen Ortodoks asal Unalaska. Dia lah yang menjaga Gereja Kenaikan Suci dari 2013 hingga 2023.

Sebagai anggota komunitas Unanga, ia memantau semua paroki di kepulauan Aleut.

"Saya selalu kagum pada fakta bahwa saya merupakan penjaga dari bangunan yang menakjubkan ini. Ini merupakan kehormatan dan tanggung jawab yang luar biasa," katanya.

Sebagai kepala gereja, Bereskin menggalang dana untuk merenovasi gereja dan benda-benda di dalamnya, yang mulai terkikis termakan waktu.

Dia juga mengubah liturgi kebaktian dari bahasa Unanga menjadi Inggris agar ibadah mereka dapat diakses lebih banyak orang.

Sebelum Perang Dunia II, kehadiran pedagang dan militer AS cukup bisa dirasakan di Kepulauan Aleut ini. Karena letaknya yang dekat dengan Asia Timur, kepulauan ini memang rentan terhadap serangan setelah Jepang mengebom Pearl Harbor.

Pada 3-4 Juni 1942, sejumlah pesawat yang diluncurkan dari dua kapal induk Jepang menyerang Dutch Harbor di pesisir utara Unalaska, menewaskan 50 orang.

Beberapa hari kemudian, pasukan Jepang menginvasi Kiska dan Kepulauan Attur, pulau-pulau paling Barat di Kepulauan Aleut.

Saat itu, mereka berupaya memberikan tekanan psikologis agar pasukan AS keluar dari kawasan Pasifik Pusat, di mana Pertempuran Midway kemudian pecah.

Ini merupakan invasi pertama yang terjadi di tanah AS setelah sejumlah serangan Inggris pada 1812.

SS Northwestern, kapal penumpang dan barang yang digunakan Marinir AS dalam perang, hancur akibat serangan Jepang di Dutch Harbor ini.

Lambung kapal tersebut hingga kini masih mengambang di permukaan perairan daerah tersebut, seakan menjadi pengingat akan pertempuran berdarah itu.

Beberapa bulan setelah serangan di Dutch Harbor itu, sekitar 145 ribu tentara AS dan Kanada dikerahkan untuk merebut kembali kawasan Aleut.

Mereka mengamankan kepulauan itu dengan benteng-benteng, artileri, dan bunker, salah satunya Bunker Hill yang terletak di atas Dutch Harbor. Saat ini, tempat itu sudah menjadi tempat pendakian dengan pemandangan yang indah.

Beberapa kilometer dari sana, Benteng Schwatka membentang di antara Teluk Unalaska dan Laut Bering. Dahulu, benteng itu didirikan untuk melindungi 100 bangunan dari gempa dan badai.

Di sana pula pernah pecah sebuah pertempuran. Ribuan orang dari kedua belah pihak yang berkonflik tewas, kebanyakan akibat udara buruh di kawasan tersebut.

Pada Agustus 1943, pasukan Jepang diusir dari Kepulauan Aleut. Lambat laun, pertempuran-pertempuran yang pernah terjadi di tanah itu terlupakan.

Setelah serangan Jepang, militer AS memerintahkan evakuasi masyarakat Unanga dari Aleut demi keamanan mereka. Sementara itu, pasukan militer bersiap memasuki tanah itu.

Para penduduk baru diberi tahu tak sampai sehari sebelum proses evakuasi dilaksanakan. Masyarakat hanya boleh membawa satu koper, tanpa tahu ke mana mereka akan dievakuasi.

Secara keseluruhan, 881 orang Unanga terusir dari sembilan desa di kepulauan itu. Mereka kemudian tinggal di kamp-kamp di sekitar pabrik pengalengan di dalam hutan Alaska selama tiga tahun.

Sekitar 10 persen dari populasi di kamp itu meninggal karena keadaan tempat tinggal dan sanitasi yang buruk, serta akses layanan kesehatan yang kurang.

Sebagian dari mereka berhasil kembali ke Unalaska pada 1945. Namun saat kembali, desa mereka sudah hancur terbakar.

Pada akhir 1980-an, masyarakat Unanga mengajukan gugatan perlakuan buruk dan perampasan hak bersama warga Amerika keturunan Jepang yang juga ditahan selama perang.

Pada 1988, disepakati hukum restitusi yang mewajibkan presiden dan Kongres AS memberikan kompensasi finansial dan permintaan maaf kepada masyarakat Unanga.

Kini, masih ada ukiran-ukiran batu untuk mengingat masa-masa kelam itu di Unalaska.

Usai Perang Dunia II, Unalaska menjadi hub industri perikanan komersial AS, yang hingga kini masih mendominasi pulau itu.

Dutch Harbor masih menjadi tempat perikanan komersial top bagi AS sampai saat ini. Pelabuhan pengiriman utama perikanan AS itu menjadi sorotan dalam acara Deadliest Catch di Discovery Channel.

Setiap tahun, 400 kapal dari 14 negara berlabuh di Dutch Harbor. Mereka menangkap ratusan juta kilogram ikan, atau sekitar 10 persen dari keseluruhan industri perikanan AS.

Sekitar 80% dari keseluruhan makanan laut yang diproses di pulau tersebut adalah ikan batubara. Ikan itu biasanya ditangkap untuk memproduksi minyak ikan.

Selain itu, ikan itu juga digunakan untuk filet ikan (untuk produk daging beku dan sandwich Filet-o-Fish McDonald's dan surimi (tiruan daging kepiting).

UniSea, perusahaan produsen makanan laut terbesar di pulau itu, memiliki standar lingkungan yang paling tinggi di industri perikanan di Alaska.

Hasil tangkapan UniSea merupakan yang terendah, dan mereka dapat melacak jejak makanan yang mereka produksi.

"Kami menggunakan tiap bagian ikan batubara sehingga tidak ada bagian yang terbuang," ujar presiden dan CEO UniSea, Tom Enlow, yang juga merupakan penduduk Unalaska.

"Minyak ikan memberikan kita hidrokarbon terbarukan untuk membantu menghidupkan dan memanaskan pabrik serta akomodasi para pekerja, sehingga pembakaran bahan bakar diesel bisa diimbangi."

Tak hanya berlimpah ikan, perairan Unalaska juga menampung banyak mamalia laut, termasuk orka, lumba-lumba Dall, berang-berang laut, anjing laut, dan paus (bungkuk, pilot, dan sirip).

Singa laut Steller juga biasanya berkumpul di bebatuan di sekitar perairan itu. Mereka biasanya membentuk koloni untuk kawin dan melahirkan antara Mei dan Juli tiap tahun.

Pesisir Aleut juga menjadi rumah bagi populasi burung laut, yang jumlahnya lebih banyak dari gabungan seluruh burung laut di seluruh wilayah AS.

Pencinta burung kerap berkunjung ke kawasan ini untuk melihat berbagai unggas air, terutama burung auklet berkumis yang sangat langka.

Selain itu, ada pula lokasi pendakian Unalaska yang bisa memperlihatkan sudut-sudut terpencil pulau tersebut. Anda bisa merasakan jiwa Aleut yang sesungguhnya ketika melintas padang rumput Alpen yang bergelombang di kawasan tersebut.

Lanskap indah ini seolah melembutkan elemen-elemen keras dari lingkungan sekitarnya.

Versi bahasa Inggris artikel ini dapat Anda baca dengan judul The US island that once belonged to Russia pada laman BBC Travel.

(nvc/nvc)

Loading...

Hoegeng Awards 2025

Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial