Bali Harus Segera Punya Transportasi Massal

1 month ago 30

Jakarta -

Terus ramainya pariwisata di Pulau Bali membuat lalu lintas di daerah tersebut sangat padat, hal ini yang membuat Fodor's Travel, penyedia panduan perjalanan asal Amerika Serikat (AS) tidak merekomendasikan Bali untuk dikunjungi di 2025.

Anggota Komisi VII DPR RI, Bambang Haryo Soekartono mengatakan, rilis Fodor's travel tersebut harus segera di tanggapi oleh Kementerian Pariwisata. Ia menyatakan penilaian Fodor's tersebut tidak didasari atas kajian mendalam dan menyeluruh dari semua indikator dalam menilai kelayakan tempat pariwisata secara menyeluruh.

Ada berbagai sudut pandang atau banyak kriteria dalam memberikan penilaian. Jadi harus dilihat dulu, sudut pandang yang mana? mayor atau minor," kata Bambang dihubungi, Jumat (29/11/2024).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Alasan dari Fodor's travel jumlah pengunjung turis asing di Bali sudah overload sehingga mempengaruhi kenyamanan penduduk setempat, dinilai Bambang Haryo tidak lah tepat.

"Menurut saya, jumlah turis asing yang hanya 4,7 orang itu tidak terlalu padat. Coba bandingkan dengan Pulau Penang di Malaysia, yang dikunjungi turis mancanegara lebih tinggi, yaitu 6 juta, itu tidak ada masalah. Padahal luasan Pulau Penang hanya seperlimanya Pulau Bali, yang luasnya 5.000 ribu kilometer persegi. Hanya memang turis domestik kita jauh lebih banyak di Pulau Bali, ada sekitar 8,5 juta orang per tahun," ungkapnya.

Ia mengakui, jumlah turis domestik ini memberikan kontribusi kepadatan yang ada di Pulau Bali, karena mereka menggunakan rata-rata kendaraan pribadi, yang menjadikan perbandingan infrastruktur jalan di banding dengan sarana kendaraan sudah tidak seimbang.

"Seharusnya sudah waktunya Bali memiliki transportasi publik masal bus yang menghubungkan titik-titik pariwisata sebagai sarana bagi turis, sehingga masyarakat tak perlu menggunakan kendaraan pribadi," ungkapnya lagi.

Hal ini, seperti yang dilakukan di destinasi pariwisata berbagai negara, termasuk Malaysia. Atau bila perlu, sudah waktunya menambah jalur infrastruktur khusus untuk menghubungan titik-titik tempat wisata yang ada di Bali.

"Jadi tidak ada alasan Fodor mengklaim bahwa Bali terlalu padat karena masih ada jalan-jalan alternatif yang bisa menghubungkan titik-titik pariwisata. Jika terlalu padat, Bali masih bisa mengadakan infrastruktur sarana transportasi massal, yang menuju ke titik-titik wisata," kata Bambang Haryo tegas.

Ia pun menyoroti permasalahan sampah, yang menjadi salah satu poin oleh Fodor. Ia menegaskan tidak bisa dikatakan pantai-pantai Bali dipenuhi sampah.

"Coba kita lihat dari jumlah panjang pantai di Pulai Bali yang 633.35 kilometer, 60 persen-nya bisa dipakai untuk wisata, hanya Pantai Kuta saja yang mengalami problem permasalahan sampah. Ini berarti tidak lebih dari 1 persen pantai yang mempunyai problem sampah. Terlihat pernyataan Fodor's travel cenderung mengada-ngada untuk mendowngrade atau menjatuhkan pariwisata Indonesia yang sekarang ini masih dalam pembenahan dan peningkatan kepercayaan masyarakat dunia," tuturnya.

Seperti diketahui, Pemerintah Provinsi Bali kini sedang mengusulkan rencana pembangunan Light Rail Transit (LRT) yang mencakup empat jalur utama sebagai bagian dari upaya meningkatkan infrastruktur transportasi ramah lingkungan. Rencana ini melibatkan kerja sama dengan Korea Selatan untuk tahap awal studi kelayakan.

Direktur Jenderal (Dirjen) Perkeretaapian Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Risal Wasal, menjelaskan studi kelayakan tahap pertama mencakup rute LRT dari Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai menuju Seminyak. Studi kelayakan ini dalam proses dengan bantuan Korea Selatan.

Namun, Pemprov Bali memiliki ambisi lebih besar untuk memperluas jaringan transportasi publik berbasis LRT di seluruh Bali. Pemprov Bali bersama perserodanya sedang mengkaji kemungkinan perpanjangan rute ini hingga ke Canggu.

"Mereka juga mempertimbangkan untuk melibatkan skema public private partnership (PPP) atau mencari solusi pendanaan kreatif lainnya," ujar Risal dalam keterangannya, Minggu (13/10/2024), di Stasiun Pasar Senen, Jakarta, dilansir dari detikFinance.

Dalam usulannya, Bali merencanakan empat jalur LRT utama yang tidak hanya menghubungkan area-area strategis, tetapi juga mendukung pengembangan pariwisata dan infrastruktur hijau. Adapun empat jalur yang diusulkan sebagai berikut.

1. Bandara Ngurah Rai-Canggu: menghubungkan bandara dengan kawasan wisata populer.
2. Bandara Ngurah Rai-Denpasar melalui Sanur: rute yang dirancang untuk memperluas akses transportasi publik ke pusat kota.
3. Bandara Ngurah Rai-Nusa Dua: mendukung kawasan pariwisata internasional di Nusa Dua.
4. Jalur Mengelilingi Pulau Bali: menghubungkan berbagai daerah di seluruh Bali.

(rrd/rir)

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial