Brebes -
Rest area heritage KM 260B Banjaratma merupakan salah satu proyek dari PT PP Sinergi Banjaratma, anak usaha dari PT PP (Persero) Tbk. Rest area ini awalnya merupakan pabrik gula yang berhenti beroperasi pada 1997 dan sempat tidak dipergunakan untuk apapun selama kurang lebih 20 tahun.
Selanjutnya, pabrik gula tersebut dipugar menjadi rest area dengan nilai investasi Rp 149 miliar.
"Awalnya (modal pembangunan) Rp 149 miliar. Yang kami bangun itu adalah atap gedung. Kalau bajanya, masih dari tahun 1908. Jadi, rangka gedungnya masih murni. Juga sekat-sekat, kalau yang bata itu masih sama. (Pembangunan) untuk atap, lantai, terus kawasan," ujar Direktur Utama PT PP Sinergi Banjaratma, Dina Yunanda di lokasi Rest Area Heritage KM 260B Banjaratma, Brebes, Kamis (20/2/2025).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dina menjelaskan dengan luasan rest area yang mencapai 10,6 hektare (ha) ini membutuhkan biaya pemeliharan dan operasional. Ia bilang, untuk gedung saja, agar bisa menghasilkan pemasukan itu sebenarnya sedikit.
"Kami harus mengeluarkan biaya untuk (pemeliharaan dan operasional) 10,6 hektar. Itu lumayan. Sebenarnya, itu tidak menghasilkan revenue, tapi malah kami harus ada opex (operating expense) untuk pemeliharaan," bebernya.
Menurut Dina rest area ini mencatatkan pertumbuhan laba di angka 15% per 2024 secara year on year (yoy). Meskipun, Dina bilang, di dua tahun awal ia memimpin ada masa di mana perusahaan merugi hingga Rp 6 miliar per tahunnya.
"Karena di 2019 kami gratiskan satu tahun (biaya sewa untuk usaha UMKM). Lalu, baru mulai berbayar, kena COVID-19. Saya masuk pas zaman COVID-19, kawan-kawan pedagang ingin minta diskon 70%. Akhirnya, kami sepakat memberikan diskon 50%. Dari dua tahun awal ruginya, lumayan sekitar Rp 6 miliar per tahun," terang Dina saat menjelaskan sebab perusahaan merugi kala itu.
Sebagai informasi tambahan, keterisian gerai (tenant) di Rest Area Heritage Banjaratma KM 260B sebanyak lebih dari 70%-nya adalah usaha mikro kecil menengah (UMKM). Secara total, saat ini terdapat 188 gerai UMKM dan 27 gerai non-UMKM, serta menyerap sebanyak kurang lebih 560 orang pekerja.
Fasilitas yang terdapat di rest area ini antara lain ada Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU), Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU), tempat ibadah, taman rekreasi, ruang auditorium, gerai makanan, pusat oleh-oleh, dan 80 toilet perempuan serta 40 toilet laki-laki.
Menurut catatan detikcom, Rest Area Heritage Banjaratma KM 260B mulai beroperasi sejak 17 Maret 2019. Rest area ini merupakan eks Pabrik Gula Banjaratma yang beroperasi mulai 1913 di bawah pemerintahan Belanda kala itu. Pabrik gula itu didirikan oleh perusahaan perkebunan yang berpusat di Amsterdam, Belanda, NV Cultuurmaatsschappij pada 1908.
Pabrik yang terletaknya di Desa Banjaratma atau sekitar 5 kilometer sebelah barat kota Brebes, mulai beroperasi pada 1913. Keberadaannya dulu menjadi lapangan pekerjaan bagi sebagian warga desa.
Pabrik gula ini terpaksa gulung tikar pada 1997 akibat tingginya biaya operasional. Tak berapa lama, bangunan itu pun ditetapkan sebagai cagar budaya oleh pemerintah setempat. Dari yang tadinya tak terurus, sinergi BUMN pun melirik PG Banjaratma karena lokasinya yang dekat dengan jalan tol dan menjadikan situs cagar budaya ini sebagai rest area ikonik di kawasan Brebes.
Rest area heritage KM 260B Banjaratma. Dina Yunanda Dirut PT PP Sinergi Banjaratma, bersama Corporate Secretary PTPP Joko Raharjo.Foto: Amanda Christabel/detikcom
Jadi denyut nadi masyarakat di halaman berikutnya. Langsung klik
Rest Area Heritage Banjaratma KM 260B yang terletak di ruas Tol Pemalang-Pejagan arah Jakarta menjadi salah sumber rezeki bagi masyarakat sekitarnya. Tercatat, rest area ini menyerap sebanyak 188 gerai usaha mikro kecil menengah (UMKM), atau setara lebih dari 70% dari total gerai yang ada di rest area tersebut.
Beberapa gerai yang terdapat di rest area ini mulai dari aneka oleh-oleh makanan khas Brebes seperti telur asin, ada pula kerajinan tangan, mainan tradisional, hingga restoran yang menyajikan makanan khas Brebes.
Salah satu pedagang di rest area ini, yang enggan menyebutkan namanya, menyewa gerai seharga kurang lebih Rp 2,3 juta per bulannya. Angka sewa ini bergantung pada luasan area dagang yang diinginkan. Dagangan yang ia jajakan pada gerainya antara lain mulai dari mainan tradisional, hingga kerajinan tangan dan peralatan makan yang terbuat dari kayu dan gerabah.
"Kalau lagi musim ramai (hari raya dan libur panjang) omset hariannya bisa lebih dari Rp 5 juta per hari. Kalau lagi sepi, kadang nol Rupiah, kadang Rp 500 ribu per hari. Tergantung, biasanya berbeda-beda tiap harinya. Di sini mulai ramainya dari siang ke malam," ujar pria paruh baya yang ditemui detikcom saat sedang menjaga gerai dagangannya, Kamis (20/2/2025).
Berpindah ke gerai lainnya, yakni gerai oleh-oleh makanan khas Cirebon, tercatat mendapatkan omset yang lebih besar ketimbang penjaja kerajinan tangan. Per harinya, Gilang sang penjaga toko mengatakan, gerai makanan itu mampu menghasilkan omset harian Rp 5 juta.
"Kalau lagi ramai banget bisa lebih dari Rp 20 juta kira-kira per harinya. Per harinya kurang lebih sekitar Rp 5 juta," ujar Gilang saat berbincang dengan detikcom.
Mengonfirmasi perihal harga sewa gerai kepada Direktur Utama PT PP Sinergi Banjaratma, Dina Yunanda, ia membeberkan angka sewanya senilai Rp 220 ribu per meter per seginya.