Peluang Pasangan Pemenang Pilkada Jawa Tengah

1 month ago 27

Jakarta -

Pilkada serentak 2024 di Indonesia kian dekat, 27 November 2024 adalah hari pencoblosan, kurang lebih tinggal seminggu lagi.

Ya, Provinsi Jawa Tengah salah satu daerah yang menarik untuk dicermati. Pada pemilihan presiden bulan Februari lalu, Jateng merupakan battle ground antara dua kekuatan besar yang bertarung. Mengapa begitu?

Begini, selama ini PDIP selalu mendaku Jateng sebagai basis utama yang tak tergoyahkan. Di sisi lain, kubu partai-partai yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Maju (KIM) bertekad untuk merebut wilayah kandang banteng tersebut. Apakah bisa?

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bisa, hasilnya pasangan capres Prabowo-Gibran yang diusung KIM unggul dengan meraih 53,08% suara di Jateng, mengalahkan Ganjar-Mahfud dengan 34,35% suara. Pasangan dengan nomor urut 02 itu juga hampir menyapu bersih semua kabupaten/kota, menyisakan 2 daerah saja yang dimenangkan oleh 03 yaitu Boyolali dan Wonogiri. Bahkan ada 6 daerah di mana 02 menang tebal, dengan raihan suara di atas perolehan nasional (58,59%), yaitu Blora, Rembang, Kudus, Demak, Pati, dan Brebes. Sementara itu pasangan nomor urut 01 (Anies-Muhaimin) nihil kemenangan.

Pada Pilkada Jateng kali ini, pengelompokan KIM semakin gemuk dengan bergabungnya partai-partai pengusung Anies Baswedan, yaitu Nasdem, PKS, dan PKB, serta PPP yang mengusung Ganjar. PDIP praktis ditinggal sendirian tanpa ada partai lain yang ikut bergabung. Di atas kertas, PDIP hanya mengantongi 27% suara berbasiskan hasil pemilihan anggota legislatif (Pileg) untuk tingkat provinsi bulan Februari lalu. Sebaliknya KIM menggenggam suara Pileg hingga mencapai 69%.

Faktor split-ticket voting

Tentu saja, dukungan partai politik tidak selalu hasilnya tepat sama dengan pemilihan kandidat berpasangan pada tingkat eksekutif. Terjadi fenomena split-ticket voting, di mana pilihan partai atau preferensinya bisa saja berbeda dengan dukungan terhadap capres atau calon kepala daerah. Ada sejumlah faktor yang mempengaruhi, di antaranya kemampuan partai untuk menjaga loyalitas basis pemilih dan kekuatan personal calon yang mampu menarik sebanyak mungkin dukungan pemilih.

Keserentakan antara Pileg dengan Pilpres juga turut mempengaruhi pilihan publik. Identifikasi calon dengan partai pengusung bisa mempengaruhi loyalitas pemilih. Popularitas capres-cawapres yang sangat tinggi mempermudah publik mengenali dan membuat keputusan pada saat memilih di TPS. Dari survei Indikator pada 7-13 November 2024, popularitas calon gubernur Jateng masih berada di bawah 80%. Popularitas Andika Perkasa baru mencapai 74,1%, berbeda tipis dengan Ahmad Luthfi sebesar 71,2%.

Grafik popularitas keduanya sama-sama mengalami peningkatan, di mana Luthfi lebih dulu dikenali sejak bulan Mei-Juni 2024. Partai-partai anggota KIM sudah lebih awal menggulirkan nama cagub Jateng, memunculkan Luthfi sebagai yang terkuat. Popularitas Lutfhi saat itu baru sebesar 42,0-45,9% menurut Indikator, tidak jauh berbeda dengan survei LSI-Lembaga pada 21-26 Juni 2024 dengan angka 48,5%.

Andika baru resmi diusung PDIP menjelang pendaftaran ke KPU, dan start dengan popularitas yang sama, sebesar 49,6% pada pertengahan September (Indikator). Popularitas Andika bergerak naik, LSI-Denny JA mencatat angkanya 58,7% pada pertengahan Oktober. Pada saat yang sama, popularitas Luthfi melejit menjadi 60,8-66,7% (Indikator).

Survei SMRC pada 17-22 Oktober 2024 mencatat pengetahuan publik soal latar belakang kedua cagub. Sebanyak 66% dari yang mengenali Luthfi tahu jabatannya sebagai Kapolda Jateng. Luthfi merupakan jenderal polisi bintang tiga yang malang-melintang di provinsi asal mantan Presiden Jokowi itu. Luthfi menjabat Wakapolresta Solo saat Jokowi masih menjadi walikota. Jokowi mengakui Luthfi sebagai teman lama saat masih sama-sama di Solo.

Sementara itu Andika lebih banyak diketahui (87%) sebagai jenderal TNI bintang empat dan mantan Panglima TNI. Menantu dari tokoh intelijen militer A.M. Hendropriyono itu juga pernah menjabat komandan Paspampres saat Jokowi baru terpilih sebagai presiden pada periode pertama. Lengser dari jabatan panglima, Andika didapuk sebagai Wakil Ketua Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud.

Cawagub Penentu?

Bagaimana dengan sosok pasangan cawagub masing-masing? Popularitas Taj Yasin Maimoen maupun Hendrar Prihadi jauh di bawah kedua cagub. Menurut survei SMRC terbaru pada 7-12 November 2024, popularitas Gus Yasin yang mantan wagub dan terpilih menjadi senator itu sedikit lebih baik (45%) daripada mantan walikota Semarang dan Kepala LKPP Hendi (26%), pun angkanya tidak terlalu berubah dari bulan Oktober.

Ketika digabungkan sebagai pasangan cagub-cawagub dan didaftarkan ke KPU, elektabilitas Luthfi-Yasin cenderung unggul, berkisar 48,2% (Indikator) hingga 52,2% (Poltracking). SMRC bahkan mencatat elektabilitas Luthfi-Yasin mencapai 57,9% pada bulan September. Pasangan Andika-Hendi tertinggal dengan elektabilitas antara 31,4% (Poltracking), 32,6% (Indikator), dan 36,6% (SMRC).

Dalam rentang sebulan, terjadi dinamika di mana Andika-Hendi mengejar dengan naiknya elektabilitas menjadi 44,0% (Indikator) hingga 48,1% (SMRC). Sejumlah survei mencatat posisi kedua pasangan relatif berimbang pada Oktober. Survei Litbang Kompas pada 15-20 Oktober memberi angka-angka yang jauh lebih rendah, di mana Andika-Hendi unggul tipis (28,8%) terhadap Luthfi-Yasin (28,1%), tetapi dengan undecided voters masih sangat besar (43,1%).

Indikator mencatat turunnya pemilih bimbang dari 19,2% pada September menjadi tinggal 7,8% (Oktober), lalu naik sedikit menjadi 9,35% (November). Data SMRC bahkan lebih kecil lagi, dari 5,5% (September) menjadi 4,4% (Oktober) dan tersisa 2,6% (November). Artinya, pemilih makin lebih jelas dalam menentukan pilihan dan polanya sudah terbentuk menuju hari-hari terakhir sebelum pencoblosan.

Terlepas dari perbedaan angka-angka pada masing-masing lembaga survei, kecenderungan yang terbaca adalah masih dinamisnya tingkat dukungan pada kurun September-Oktober, diikuti dengan pola yang makin stabil sepanjang November. Data yang cukup konsisten ditunjukkan pada survei Indikator, di mana Luthfi-Yasin memimpin dengan elektabilitas 47,19%, terpaut dengan selisih di atas margin of error (±2,3%) terhadap Andika-Hendi yang meraih 43,46%.

Faktor Keunggulan

Sejumlah faktor bisa menjelaskan keunggulan calon yang diusung KIM di provinsi kandang banteng tersebut. Pertama, kuatnya dukungan dari partai-partai koalisi terhadap pasangan Luthfi-Yasin yang diajukan lebih awal dan relatif solid, meskipun terjadi gejala split-ticket voting. Luthfi-Yasin tetap unggul di tengah masih kuatnya residu Pilpres di basis PDIP, serta banyaknya serangan dan kampanye hitam, bahkan dengan mengeksploitasi latar belakang kedua cagub sebagai polisi dan tentara.

Kedua, dukungan yang diberikan Presiden Prabowo melalui video yang diunggah pada akun Instagram milik Luthfi. Pernyataan Prabowo bahwa kemenangan Luthfi-Yasin bisa memperkuat kepemimpinan pusat dan daerah dalam memajukan Indonesia makin memperjelas dukungan KIM serta bisa memperlebar basis suara. Realitanya, Prabowo sekarang telah menjadi kepala negara dan memimpin semua golongan, di samping posisinya sebagai ketua umum Gerindra.

Ketiga, turun gunungnya Jokowi dalam rangkaian kampanye Luthfi-Yasin di beberapa kabupaten pada minggu-minggu terakhir jelang pencoblosan. Endorsement dari Jokowi dan Prabowo berpotensi mengerek elektabilitas Luthfi-Yasin, mengingat besarnya pengaruh kedua tokoh, lebih-lebih Jokowi yang memiliki irisan dukungan dengan PDIP di Jateng. Survei Litbang Kompas menunjukkan dukungan para tokoh menjadi pertimbangan pemilih pada Pilkada Jateng 2024, di mana cagub yang didukung Jokowi paling dipertimbangkan (43,9%), disusul Prabowo (41,2%), sedangkan dukungan Megawati hanya 26,5%.

Keempat, faktor personalitas cagub-cawagub yang lebih mengakar di Jateng. Luthfi lama berkarier di sejumlah kabupaten/kota dan lingkungan Polda Jateng, artinya memiliki jejaring yang luas dan mendalam. Sedangkan Gus Yasin merupakan mantan wagub Jateng mendampingi Ganjar Pranowo dan terpilih sebagai anggota DPD mewakili Jateng dengan raihan suara tertinggi. Pengalaman Gus Yasin sebagai wagub juga berpengaruh kepada publik dan jajaran birokrasi, selain dukungan kaum santri dengan melihat latar belakangnya sebagai putera dari ulama karismatik PPP, KH Maimoen Zubair.

Jika tidak ada perubahan signifikan dalam seminggu terakhir, Luthfi-Yasin berpeluang memenangkan Pilkada Jateng 2024. Ditambah dengan dukungan kuat dari Jokowi dan Prabowo, Luthfi-Yasin bisa memperlebar jarak elektabilitas untuk mempertebal dukungan. Kemenangan Luthfi-Yasin juga akan semakin mengokohkan sinergi antara kebijakan nasional dengan pemerintahan di daerah, agar seiring sejalan untuk mewujudkan cita-cita Indonesia menjadi negara maju.

Endang Tirtana, Mahasiswa Program Doktor Administrasi Publik, Universitas Muhammadiyah Jakarta

(ygs/ygs)

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial