Jakarta -
Dalam dekade terakhir, kita telah menyaksikan berbagai kasus korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan yang melibatkan banyak pejabat. Mulai dari suap hingga perdagangan kuasa, seperti yang baru-baru ini melibatkan mantan pejabat Mahkamah Agung, tempat para "wakil Tuhan" menegakkan keadilan di bumi. Fenomena ini menunjukkan relevansi dan pentingnya langkah introspektif yang mendalam atau retret bagi pejabat publik.
Secara etimologis, kata "retret" berasal dari bahasa Latin retretus, yang berarti "menarik diri" atau "mundur sementara." Dalam tradisi spiritual, retret merujuk pada waktu untuk berhenti sejenak dari aktivitas sehari-hari guna merenung, memulihkan energi batin, dan memperbarui fokus hidup. Praktik ini ditemukan di berbagai agama seperti Kristen, Buddha, dan Islam, dengan tujuan introspeksi diri dan pencarian makna spiritual.
Namanya dapat berbeda, tapi tujuannya sama. Pada retret Kristen, misalnya, peserta akan menjalani waktu hening, doa, dan refleksi untuk memperdalam hubungan dengan Tuhan. Dalam tradisi Islam, iktikaf selama bulan Ramadan di masjid juga memiliki konsep serupa, yakni berdiam untuk merenung dan memperbaiki diri secara spiritual. Dalam agama Buddha, praktik meditasi bertujuan mencapai kesadaran penuh dan ketenangan batin. Konsep-konsep retret ini mengajarkan pentingnya jeda dari rutinitas. Tujuannya agar individu dapat memulihkan fokus, menyusun prioritas, dan mengembangkan diri secara spiritual dan mental.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Retret dapat dilakukan secara individu maupun berkelompok. Retret individu lebih fleksibel dalam waktu dan metode, sesuai kebutuhan pribadi masing-masing. Untuk yang berkelompok umumnya acaranya disusun secara sistematis dan metodis. Kegiatan retret kelompok disusun mulai dari sesi refleksi pribadi hingga diskusi kelompok dan latihan fisik.
Dalam retret tradisional agama, peserta biasanya mengikuti jadwal terstruktur yang mencakup meditasi, doa, dan momen hening untuk introspeksi diri. Retret semacam ini bertujuan menenangkan pikiran dan memperbaiki hubungan dengan diri sendiri atau Tuhan. Dalam momen ini, peserta retret sering terlihat menangis sesenggukan. Untuk retret tingkat siswa dan mahasiswa, tangisan ini merupakan bentuk ungkapan penyesalan atas kesalahan mereka terhadap orangtua, serta dosa kepada Tuhan.
Agar peserta sampai kepada momentum penyesalan mendalam ini, kepiawaian fasilitator sangat penting dalam menciptakan kondisi, membawa peserta pada evaluasi perilaku masa lalu. Dari evaluasi diri ini peserta akan membuat resolusi diri, bahwa ke depannya akan meninggalkan semua perilaku keberdosaan, menjadi manusia yang lebih baik. Pertobatan total. Inilah tujuan retret dalam keagamaan, evaluasi diri, pertobatan, dan resolusi perbaikan dengan tekad yang kuat.
Retret sebagai Alat Manajemen
Dalam perkembangannya, konsep retret juga diterapkan dalam konteks non-spiritual, seperti dalam perusahaan untuk pelatihan tim atau perencanaan strategis. Sebagai alat manajemen, retret memberikan ruang bagi pimpinan dan timnya untuk menetapkan tujuan, menyusun perencanaan, serta membahas isu-isu spesifik secara mendalam. Amy Cohen Paul (2001) dalam laporan International City/County Management Association (ICMA) menyebutkan bahwa retret merupakan sarana penting bagi pimpinan dalam menetapkan arah tahunan dan perencanaan strategis retret akan sangat bermanfaat manakala suatu kelompok memerlukan pembahasan yang fokus pada isu atau serangkaian isu tertentu.
Selain berfokus pada isu tertentu, retret juga bermanfaat untuk meningkatkan komunikasi di antara pimpinan dengan staf. Dewan direksi menggunakan retret sebagai kesempatan untuk membangun hubungan dengan manajer baru dan staf. Dalam kasus ini, manajer yang baru diangkat, manajemen puncak, dan dewan direksi menghabiskan waktu retret dengan mengartikulasikan harapan dan saling mengenal lebih baik. Pengalaman semacam ini, menurut beberapa pemimpin, memberikan manfaat nyata bagi organisasi dan mendukung kekompakan tim dalam jangka panjang (ICMA, 2001).
Retret dapat juga digunakan untuk membangun tim (team building). Bila tujuan utama adalah membangun tim, teknik yang berbeda biasanya digunakan. Retret membangun tim terkadang kurang nyaman bagi peserta dibandingkan retret diskusi tentang berbagai masalah. Terkadang latihan membangun tim melibatkan komponen fisik, seperti tantangan kelompok dengan rintangan, arung jeram, hiking, atau baris berbaris seperti yang dilakukan Kabinet Merah Putih. Ada juga metode intelektual seperti Myers-Briggs Type Indicator yang membantu tim memahami dinamika kerja antar-anggota.
Retret Pejabat Publik
Dalam konteks pemerintahan, retret seharusnya menjadi bagian penting dalam pembinaan pejabat publik, terutama mengingat banyaknya kasus korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan. Ketika seorang pejabat terlibat dalam retret, ia diberikan kesempatan untuk mundur sejenak dari hiruk-pikuk tugas dan jabatan. Dalam retret, pejabat publik melakukan evaluasi diri dan refleksi mendalam atas tanggung jawab mereka terhadap masyarakat.
Pejabat yang terlibat dalam retret, idealnya disadarkan akan dampak perilaku mereka terhadap kepercayaan publik. Mereka bisa merenungkan kembali janji untuk melayani masyarakat dengan tulus dan menjunjung tinggi integritas. Dalam retret yang efektif, pejabat publik akan melihat kembali perjalanan mereka, mengidentifikasi kesalahan, dan menyusun komitmen baru untuk memperbaiki diri. Bertanya pada dirinya sendiri, "Untuk apa saya menjadi pejabat publik?"
Setelah Retret Usai
Lazimnya dalam retret anak sekolahan, dalam seminggu setelah retret usai, mereka akan berperilaku sangat baik, penuh semangat memperbaiki diri yang menggebu-gebu. Namun sejalan waktu, perilaku lama akan muncul kembali, menjadi sama seperti sebelum retret.
Tentu saja perilaku pasca-retret pejabat publik level tinggi tidak sama dengan perilaku anak sekolahan,yang melupakan dengan cepat resolusi-resolusi penuh semangat selama retret. Untuk memastikan bahwa energi yang dihasilkan oleh retret tidak hilang dan bahwa keputusan yang dicapai dilaksanakan, resolusi selama retret harus didokumetasikan, termasuk menetapkan jadwal tindakan.
Idealnya, item terakhir dalam agenda retret adalah membuat rangkuman yang mencakup langkah selanjutnya dan rencana aksi implementasi. Pada daftar langkah selanjutnya, rencana aksi implementasi menyertakan pihak yang bertanggung jawab, tindakan spesifik yang akan diambil, dan kerangka waktu atau tonggak pencapaian.
Rencana tersebut sangat penting untuk keberhasilan implementasi hasil retret. Setelah retret selesai dan peserta kembali ke pekerjaan "nyata" mereka, sangat penting untuk memastikan bahwa semua resolusi, baik resolusi pribadi maupun resolusi kelompok yang diungkapkan selama retret, benar-benar diimplementasikan. Jika hal itu sungguh terjadi, maka retret yang dilakukan pejabat publik bukan sekadar seremonial belaka.
Harapan rakyat, retret yang dilakukan Kabinet Merah Putih beberapa waktu lalu dapat membangkitkan kesadaran mendalam akan pentingnya etika dalam pelayanan publik. Lebih dari itu, retret yang dilandasi pertobatan dan niat memperbaiki diri akan menanamkan semangat pengabdian yang kuat di dalam hati setiap pejabat di Kabinet Merah Putih.
Semoga retret ini tidak berhenti pada wacana, tetapi terus hidup dalam perilaku mereka sehari-hari, menjadikan birokrasi Indonesia bebas dari korupsi, berlandaskan integritas, dan melayani rakyat dengan tulus.
Makmur Sianipar Direktur Research Institute for Ethical Business and Political Leadership Development (Rebuild)
(mmu/mmu)