Jakarta -
Menteri Kebudayaan RI Fadli Zon menegaskan Pekan Warisan Budaya Takbenda (WBTb) atau Indonesia Intangible Cultural Heritage (ICH) Festival 2024 diselenggarakan demi melestarikan dan mempromosikan budaya kepada masyarakat. Fadli Zon menyebut Kemenbud mengadaptasi penyajian budaya dengan sistem teknologi demi menggaet generasi muda.
"Kegiatan ini merupakan satu simbol komitmen dan juga ingatan bagi kita bahwa kekayaan budaya kita ini harus terus dipelihara," kata Fadli Zon dalam keterangan tertulis, Senin (25/11/2024).
ICH Festival secara khusus ditujukan sebagai upaya pengenalan 13 Warisan Budaya Tak Benda Indonesia yang telah dienkripsi oleh UNESCO, salah satunya kesenian wayang Indonesia. Pembukaan ICH Festival 2024 yang dihadiri Fadli Zon serta Wamenbud Giring Ganesha Djumaryo Sabtu (23/11) malam di Benteng Vredeburg Yogyakarta pun menampilkan kolaborasi wayang dipadukan new media, video mapping atau seni cahaya. Cerita wayang disuguhkan bersama antara wayang orang, wayang golek, wayang kulit, dan musik kreasi lengkap dengan gamelan dilengkapi video mapping.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Acara di Benteng Vredeburg ini memperkenalkan video mapping dengan cerita wayang, ada musiknya dan digelar secara singkat sehingga masyarakat bisa langsung tahu isi ceritanya," ujar Fadli.
Adaptasi, kata Fadli, menjadi kata kunci dalam upaya melestarikan kebudayaan terutama demi menarik anak muda. Fadli menegaskan kolaborasi wayang dan video mapping bisa jadi langkah awal untuk menarik banyak minat masyarakat terutama generasi muda.
"Dari kolaborasi yang ada itu ditampilkan secara menarik, ada wayang kulit, ada wayang golek, ada wayang orang, ada video mapping-nya dikombinasikan sedemikian rupa, cerita tentang lakon Dewa Ruci bisa diselesaikan dalam kurang dari 1 jam," kata mantan pimpinan DPR RI itu.
"Ada koreografi yang menarik, ada musik, komposisi komposernya juga ada di situ. Jadi inovasi-inovasi semacam itu menurut saya bisa menarik Gen Z, menarik generasi-generasi muda," imbuh Fadli.
Foto: Video Mapping di pertunjukan wayang ICH Festival 2024. (dok. istimewa).
Memadukan seni tradisional dengan unsur digital, Fadli menyebut kolaborasi wayang dengan video mapping tetap menghadirkan pertunjukan yang sesuai pakem dan nilai-nilai tradisi seni budaya. "Jadi fungsinya menurut saya adalah kita harus beradaptasi tapi kita juga harus menjaga, melestarikan budaya yang ada, yang menjadi klasik pakem. Kita harus ada inovasi dan adaptasi baru, ada sentuhan-sentuhan digital mungkin sampai AI nantinya ya sebagai perkembangan baru dari tuntutan zaman kita," kata Fadli.
Sementara itu, Giring Ganesha menyebut pembukaan ICH Festival 2024 membuktikan perpaduan kisah pewayangan dengan teknologi dapat menciptakan pertunjukan yang sangat sukses dan menghibur. Giring menyebut kisah pewayangan adalah warisan budaya yang kaya akan nilai filosofi, moral, dan kebijaksanaan yang tetap relevan sepanjang zaman.
"Dalam era teknologi seperti sekarang, peluang besar terbuka bagi dalang, penari, dan pemain musik untuk menghidupkan kembali kisah-kisah legendaris ini melalui inovasi digital dan seni pertunjukan," kata Giring.
"Dengan memanfaatkan teknologi seperti animasi, augmented reality (AR), virtual reality (VR), hingga video mapping, tokoh-tokoh wayang dapat dihadirkan dalam bentuk yang lebih interaktif dan menarik bagi generasi muda," imbuhnya.
Adapun lakon kisah Mahabharata yang dipentaskan tersebut yakni berjudul 'Sang Dewa Ruci' yang berkisah tentang kepatuhan murid kepada guru, kemandirian bertindak, dan perjuangan menemukan jati diri. Atraksi wayang berpadu video mapping yang mengambil spot di pelataran Monumen Serangan Umum 1 Maret. Pertunjukan wayang tersebut disutradarai pelaku dan pegiat budaya, Anter Asmorotedjo. Sementara video mapping disajikan oleh Raphael Donny feat Argo Visual, lighting oleh Eko Sultan, dan pemusik oleh Y.Subowo.
ICH Festival 2024 digelar oleh Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan (PPK) Kemenbud untuk mempromosikan 13 WBTb atau ICH yang telah dicatatkan UNESCO. ICH Festival diselenggarakan selama sepekan mulai 23-28 November 2024 di Museum Benteng Vredeburg, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
(gbr/maa)