Blok M dari sudut pandang perempuan muda yang mulai tinggal di Jakarta Selatan dan sering ke Blok M pada tahun di mana MRT mulai beroperasi.
Tahun 2007, saat saya kelas 5, untuk pertama kalinya saya berkunjung ke Blok M. Saat itu saya, ibu, bapak, dan adik yang warga Jawa Tengah sedang berlibur. Sebetulnya kami di Blok M hanya transit sepulang berwisata di sekitaran Gambir dan Pasar Baru. Waktu itu, saya tak tahu kami berada di Mal Blok M (pusat perbelanjaan bawah tanah yang terhubung dengan Terminal Blok M). Saya cuma ingat berada di terminal yang panas dan bau asap knalpot Kopaja dan Metro Mini, lalu menuruni tangga, dan ketika naik lagi mendapati pasar beratapkan terpal-terpal biru.
Memori ini menyeruak lagi saat saya pindah ke Jakarta untuk bekerja pada 2019. Suatu hari saya turun di Terminal Blok M. Kali ini terminalnya sudah tak pekat oleh asap hitam kendaraan serta hanya dilalui angkutan Transjakarta, Trans Jabodetabek, dan bus Damri, tapi desainnya yang khas memantik ingatan, lajur-lajur dengan atap lengkung yang dari atas tampak seperti jajaran kapsul. Penanda-penanda di area rubanahnya masih sama, hanya saja area itu jadi lengang dan tersisa sedikit pedagang.
Lucunya, masih di 2019, saat pertama menggunakan moda raya terpadu (MRT), saya enggak ngeh Stasiun MRT Blok M BCA satu lokasi dengan Terminal Blok M. Alhasil, selanjutnya, mengenali kawasan Blok M bak kegiatan menyusun puzzle. Seru. Apalagi, setelah berkeliling lebih jauh, jejak-jejak masa lampau yang ada di sana-sini bikin saya suka kawasan ini. Rasanya seperti mengunjungi tempat yang ada di mimpi. Tempat yang cocok untuk suasana hati yang mengawang-awang!
Barangkali karena manusia tak berhenti berlalu lalang di atasnya, Blok M sendiri sudah seperti manusia, dari tahun ke tahun ia berubah sekaligus sama. Kedai pertama yang saya kunjungi di Blok M adalah toko roti La Mouette. Meski bernama Prancis, baker-nya orang Jepang. Etalasenya menampilkan dorayaki, onigiri, dan puding nameraka. Kini, bangunan mungil yang dulunya La Mouette itu berganti jadi Zaman Kopi’d, menambah jajaran coffee shop di area Blok M. Jika pada 2019 rujukan orang atas kedai kopi cuma Filosofi Kopi, kini pilihannya sudah puluhan, mulai dari TUKU sampai Kurasu Kissaten di Jalan Iskandarsyah I.
Klik untuk meilhat titik lokasi
Halte CSW & Stasiun MRT ASEAN
M Bloc Space
Kolam Renang Bulungan
Sekretariat ASEAN
Taman Literasi Martha Tiahahu
Terminal Blok M dan Mal Blok M
Blok M Square
Pasaraya The Pride of Indonesia
Melawai Plaza
Papaya Fresh Gallery
Stasiun MRT Blok M BCA
Plaza Blok M
Gor Bulungan
Kejaksaan Agung
Taman Ayodya
Taman Langsat
Pasar Hewan Barito
Pasar Mayestik
Serba-Serbi Blok M
Klik untuk selengkapnya
Lini Masa Blok M
Transportasi
Little Tokyo
Blok M, M-nya Makanan
Blok M
Pada Ngapain Sih di Taman Literasi Martha Tiahahu?
Selain Taman Literasi Martha Tiahahu, di kawasan Blok M, tepatnya di Barito, ada Taman Ayodya dan Taman Langsat. Keduanya cocok untuk piknik, jalan kaki, menikmati sore, duduk di pinggir kolam, serta melihat ikan dan soang
Kawasan TOD
Blok M - Sisingamangaraja
Taman Literasi Martha Tiahahu sebelumnya bernama Taman Wisata Martha Tiahahu. Ia sudah ada sejak awal pembangunan Kotabaru Kebajoran pada 1948. Saya tak sempat menengok wujudnya sebelum direvitalisasi karena pada 2019 taman itu sudah dipagari seng. Kini, Taman Literasi selalu ramai dan penuh kegiatan seru, bikin kawasan Blok M makin hidup. Hal ini memang kontras dengan situasi Terminal Blok M dan Mal Blok M.
Lima tahun lalu, saat pertama kali menemukan Mal Blok M dan menyusurinya untuk keluar di sisi yang lain menuju stasiun MRT, suasananya betul-betul senyap, seakan saya sedang berada di latar film tentang zombie apocalypse. Rasanya juga seperti berjalan di peron tua alih-alih mal, dengan langit-langit setengah lingkaran beratap kaca, gerai-gerai tutup, juga barisan lampu gantung yang mati di sepanjang lorong. Saat perjalanan sudah setengah, tiba-tiba ada trek tamiya yang tampak terbengkalai (saat ini toko tamiya beserta treknya sudah pindah ke Blok M Square Lantai 3A). Lalu ada juga sisi yang menghubungkan ke lantai dasar yang diisi bursa mobil bekas. Sesampainya di ujung, ada aula kosong yang disekat kain.
Maka saat Blok M dikatakan meredup, ada benarnya jika itu mengacu pada terminal dan mal bawah tanahnya. Sebab di masa lalu, kedua tempat ini pernah melihat masa kejayaan. Saat ini, geliat kehidupan memang sudah mulai kembali nampak. Ada kedai mie kangkung yang baru buka di dekat pintu masuk mal. Lalu, di area jualan pakaian dekat halte, mulai banyak orang yang berhenti melihat-lihat. Tetap saja, mayoritas orang masuk mal hanya untuk memotong jalan menuju stasiun MRT atau halte TJ.
Tahun ini, Terminal Blok M sedang dalam proses untuk dilakukan revitalisasi agar turut masuk Kawasan Berorientasi Transit ( Transit-Oriented Development ) Blok M-Sisingamangaraja, yang sudah mencakup Stasiun MRT Blok M BCA, M Bloc Space, dan Taman Literasi Martha Tiahahu. Menurut pengelola kawasan TOD, PT MRT Jakarta (Perseroda), revitalisasi direncanakan berlangsung lima tahun dan diperkirakan selesai 2028-2029.
Saat revitalisasi berlangsung, beberapa pintu masuk dan keluar bus Transjakarta akan ditutup, dan lokasi pemberhentian bus akan dialihkan ke Jalan Panglima Polim, Jalan Melawai Raya, dan Jalan Sultan Hasanudin. Hasil yang diharapkan dari revitalisasi adalah terminal terintegrasi penuh dengan stasiun MRT dan akses pejalan kaki semakin mudah.
Salah satu fitur yang akan ditambahkan, menurut Kepala Satuan Pelayanan Terminal Blok M Joni Budhi, adalah pembangunan ruang tunggu untuk penumpang TJ dari arah Taman Literasi. Sedangkan menurut Direktur Utama PT MRT Jakarta Tuhiyat, kawasan ini akan dilengkapi juga dengan apartemen dan lajur sepeda.
Kawasan TOD Blok M-Sisingamangaraja memiliki tema green creative hub, mengacu pada karakter kawasan dan aspek historis Blok M sebagai pusat dari Kebayoran Baru yang dirancang sebagai kota taman. PT MRT Jakarta juga telah menerbitkan panduan rancang kota untuk diikuti pemilik lahan dan gedung sekitar stasiun MRT yang hendak menata atau membangun di situ.
Galeri Foto
Frontend Developer
Dedi Arief Wibisono
Desain Grafis
Mindra Purnomo