Foto : Rifkianto Nugroho
Selasa, 12 November 2024
Hujan dengan intensitas tinggi mengguyur wilayah Jakarta dan sekitarnya pada 5 November lalu. Kondisi ini menyebabkan kemacetan parah imbas jalan yang tergenang. Salah seorang warga Rizky Nugraha bahkan harus bermacet-macetan hampir 2 jam lamanya.
Rizky bercerita melakukan perjalanan dari kawasan Cilandak, Jakarta Selatan (Jaksel), menuju Senayan, Jakarta Pusat (Jakpus). Perjalanan dilakukan menggunakan mobil sekitar pukul 15.00 WIB.
"Sebelum saya menuju PS posisi belum hujan, saya cek maps cuma 21 menit dari Cilandak. Baru hujan deras pas di atas Antasari," kata Rizky.
Saat masih di Tol Antasari, hujan deras turun menyebabkan banjir di beberapa titik. Alhasil, Cilandak-Senayan yang dapat ditempuh dalam waktu 21 menit, memerlukan waktu lebih lama hampir dua jam.
"Tiba di PS 16.52 WIB, betul (hampir dua jam)," ucapnya.
Hiruk pikuk kemacetan di Jakarta memang bukan hal lumrah di Jakarta. Tak hanya saat diguyur hujan, kemacetan hampir terjadi setiap hari saat jam masuk dan pulang kerja.
Jakarta memang menjadi salah satu daerah yang memiliki magnet cukup besar bagi seluruh masyarakat Indonesia. Tak jarang, daya tarik Jakarta membuat banyak orang dari berbagai daerah ingin ‘berlomba-lomba’ mengadu nasib di Jakarta.
Daya tarik ini tentunya tak terlepas dari berbagai fasilitas yang dimiliki Jakarta. Sayangnya, beragam fasilitas komplet dengan daya tarik yang besar tersebut justru melahirkan berbagai masalah yang membuat Jakarta menjadi ‘ruwet’.
Macetnya Jakarta Saat Jam Pulang Kerja Jelang Libur Panjang
Foto : Andhika Prasetia
Tak hanya soal macet, jumlah penduduk di Jakarta yang membludak juga kerap memunculkan keruwetan lainnya, termasuk ketimpangan sosial. Gambaran nyata ketimpangan hidup di Jakarta terlihat jejeran permukiman kumuh di pinggiran Sungai Ciliwung.
“Ya belum ada tempat tinggal yang lain, masih di sini doang di Kebon Pala, nggak ada (rumah) lagi, nggak ada. “(Tawaran) buat pindah ada sih di rumah susun Manggarai, tapi belum dapat kesempatan buat pindah,” ujar Muhidin dikutip dari YouTube CNN Indonesia.
Selain masalah hunian, potret kemiskinan di Jakarta hingga kini masih menjadi isu krusial. Salah seorang warga Jati Bunder, Tanah Abang, Fitri menjadi salah satu potret kemiskinan di Jakarta.
Sudah 10 tahun ia tinggal dengan kondisi memprihatinkan. Rumahnya minim pencahayaan, bahkan tak memiliki kamar yang layak. Upah harian suaminya yang hanya sebagai kuli panggul bahkan hanya cukup untuk makan dan membeli susu anak.
“Anak saya tiga, rumah tangga saya sih emang penghasilannya nggak cukup banget pas-pasan. (Upah suami) hariannya Rp 90.000, nggak ada bulanannya. Kerja laki saya di toko kuli panggul,” ungkapnya dari YouTube CNN Indonesia.
“(Tinggal di sini) takut sakit juga sebenarnya, banyak nyamuk karena (rumah) saya kan jarang dibersihin gitu.Jarang hujan juga. Sebenarnya sedih (dengan kondisi seperti ini),” imbuhnya.
Beragam masalah tersebut tentu menjadi pekerjaan rumah tersendiri bagi Gubernur Jakarta di masa mendatang. Mereka dituntut untuk bisa mengatasi beragam ‘keruwetan’ tersebut. Apalagi usai tak menjadi ibu kota, Jakarta tengah dipersiapkan sebagai Kota Global.
Mendekati Pilkada 2024, Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta telah bersosialisasi kepada warga Jakarta tentang segudang janji dan strategi untuk menghadapi segudang masalah di Jakarta.
Calon Gubernur Jakarta Pramono Anung pun siap menjawab tantangan ‘keruwetan’ tersebut. Bersama Calon Wakil Gubernur Jakarta Rano Karno (Bang Doel), pasangan ini memiliki berbagai jurus jitu untuk menata kota ‘ruwet’ dengan cara nggak ribet. Setidaknya, terdapat tiga program unggulan yang telah disiapkan untuk melakukan penataan Jakarta.
Genjot Konektivitas Transportasi Jakarta
Di balik kemajuannya, Jakarta terkenal dengan masalah kemacetan yang kronis. Meningkatnya jumlah kendaraan, kepadatan penduduk yang tinggi hingga keterbatasan infrastruktur transportasi menjadi penyebab kemacetan di Jakarta.
Dalam mengatasi hal ini, Pramono akan memperluas jaringan transportasi menuju daerah-daerah sekitar Jakarta, termasuk memperpanjang jalur TransJakarta, mass rapid transit (MRT), dan light rail transit (LRT). Pramono juga akan melanjutkan program JakLingko yang dibuat di era mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
"Kan sekarang ini kalau kita lihat dari Bekasi masuk Jakarta Timur dengan LRT, juga dengan TransJakarta, juga dengan KRL. Ternyata belum cukup. Ketika terjadi kemacetan pagi, maka frekuensi pagi itu mobil harus bisa dikurangi, caranya bagaimana? Caranya ya satu, diperpanjang MRT, diperpanjang LRT, TransJakarta-nya," ungkapnya.
"Kalau KRL-nya frekuensinya ditambah, itu bisa dilakukan, saya yakin Jakarta terutama pagi dan sore mudah-mudahan bisa kita atasi," tambah Pramono.
Akses Layanan Publik Tanpa Ribet
Kemajuan teknologi dan mobilitas tinggi menuntut warga Jakarta beradaptasi dengan lingkungan yang serba cepat. Melalui program unggulan bertagline ‘Kaga Ribet Dah!’, Pramono dan Rano ingin menghadirkan pemerintahan yang responsif, transparan, dan efektif. Program ini menyederhanakan perizinan, mempercepat layanan publik seperti KTP jadi dalam sehari, dan memperkenalkan hotline kesehatan mental 24 jam.
Pramono juga akan melakukan optimalisasi JAKI yang sebelumnya diluncurkan saat Anies masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta di tahun 2019. Dengan begitu, pelayanan pemerintahan di Jakarta menjadi lebih mudah, tanpa pungli dan calo.
"JAKI itu dimiliki oleh semuanya dan sekarang yang membuka JAKI lebih dari 5 juta orang. Sehingga kami, tetep kembali kepada JAKI," sambungnya.
Pasangan cagub-cawagub Jakarta Pramono-Rano
Foto : Andhika Prasetia/Antara
Ciptakan Kota Inklusif Lewat Jakarta Fund
Sebagai pusat ekonomi Indonesia, Jakarta berperan vital menunjang perekonomian negara. Namun, kepadatan penduduk menjadi tantangan besar bagi Jakarta untuk menyediakan kualitas hidup yang baik bagi warganya.
Untuk mendorong kesejahteraan warga, Pramono-Rano siap menghadirkan Jakarta Fund untuk menciptakan sumber daya keuangan yang dikelola secara profesional dan tepat sasaran.
Program ini menjamin tambahan dana APBD yang akan dialokasikan untuk modal kerja, menciptakan lapangan pekerjaan, dan memberikan pelatihan bersertifikat, serta penyediaan pangan murah bagi warga Jakarta.
Pramono menyebut SILPA atau sisa lebih pembiayaan anggaran di Jakarta sebesar Rp 6 triliun dari total anggaran Rp 86 triliun, bisa dialokasikan untuk program Jakarta Fund. Ia berharap program tersebut bisa menambah pendapatan Jakarta ataupun daerah lain sehingga mengurangi angka urbanisasi.
"SILPA ini yang dikelola oleh Jakarta Fund untuk menjadi investor di daerah lain. Kerjasama Jakarta dengan daerah lain. Artinya apa? Urbanisasi ke Jakarta bisa dikurangi. Dan kalau itu dilakukan. Dan kalau itu dilakukan, pertama, Jakarta punya revenue tambahan, yang kedua, kita menolong daerah yang perlu kita invest untuk itu," ucapnya.
Tak hanya program unggulan, Pramono-Rano juga telah menyiapkan berbagai program lainnya. Keduanya bahkan memasang nama-nama tokoh dalam serial sinetron Si Doel Anak Sekolahan untuk mempermudah masyarakat dalam mengenali program kerja untuk memajukan Jakarta.
Dikutip dari situs resmi Jakarta Menyala, berikut rincian program-program tersebut:
● Sistem Dokar Elektronik (SIDOEL)
● Makan Enak, Tidur Enak (Mak Nyak)
●Akselerasi Tunjangan untuk ASN (ATUN)
●Masyarakat Jakarta Yakin Online (Mas Karyo)
●Jaringan Edukasi Nasional Untuk Anak Bangsa (Jaenab)
●Sistem Aksesbilitas yang Ramah (SARAH)
●Sekolah Bebas Pungutan, Orang Tua Tak Terbebani (SABENI)
●Modernisasi aksesibilitas dan transportasi ramah anak muda (Mandra)
●Pemasangan kamera untuk ketertiban dan keamanan lingkungan (Pak Tile)
●Membangun Pusat Olahraga, Seni dan Aktivitas Rakyat Secara Murah (Mpo Sarah)
●Kenaikan Anggaran RT/RW yang optimal (Karyo)
●Optimalisasi Peluang Ekonomi Lokal Tanpa Lelet (OPLET)
Melalui sederet program ini, Pramono optimistis bisa mendorong Jakarta menjadi kota yang lebih menyejahterakan warganya.
Penulis: Inkana Izatifiqa R Putri
Editor: Irwan Nugroho
Desainer: Fuad Hasim