PM Thailand Kunjungi China Bahas Keamanan

2 hours ago 3

Jakarta -

Perdana Menteri (PM) Thailand Paetongtarn Shinawatra diprediksi akan menekankan soal kesiapan negaranya dalam meningkatkan keamanan dan melakukan lebih banyak hal agar membuat para turis Cina merasa aman. Nantinya Paetongtarn akan mengadakan pertemuan dengan pimpinan Cina pekan ini, termasuk Presiden Xi Jinping.

Cina adalah mitra dagang utama Thailand, dan pasar pariwisata terbesarnya. Namun, kasus penculikan terhadap aktor Cina di Thailand baru-baru ini telah membuat takut warga negara Tirai Bambu.

Pusat penipuan di Thailand

Januari 2025, aktor Wang Xing terbang ke Bangkok menghadiri panggilan casting. Setelah dijemput di bandara, ternyata dia malah dibawa melintasi perbatasan Myawaddy, Myanmar, dan dipaksa bekerja di sebuah pusat penipuan siber.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah empat hari menghilang, Wang akhirnya diselamatkan oleh otoritas Thailand. Kasus ini telah menimbulkan kehebohan besar di Cina dan seluruh dunia, sehingga mendorong para pejabat Thailand dan Cina untuk menjanjikan tindakan lebih lanjut.

Sebagian besar pusat penipuan telekomunikasi dan internet dioperasikan oleh sindikat kriminal Cina di Asia Tenggara, dan sangat marak di Myanmar dan Kamboja. Kebanyakan korbannya adalah warga negara Cina yang diperdagangkan lewat Thailand.

"Para penipu adalah masalah besar bagi Thailand karena pusat-pusat penipuan mengancam industri pariwisata dan perhotelan Thailand. Pusat-pusat penipuan adalah berita buruk, dan turis Cina adalah pemasukan yang besar," ujar Thitinan Pongsudhirak, seorang ilmuwan politik di Universitas Chulalongkorn di Bangkok, kepada DW.

Dengan kedatangan lebih dari 6 juta turis pada tahun 2024, jelas bahwa pariwisata Cina sangat penting untuk perekonomian Thailand.

Hanya saja, dampak dari perdagangan manusia yang melibatkan aktor Wang Xing membuat para turis membatalkan rencana perjalanannya ke Thailand untuk merayakan Tahun Baru Imlek.

Meskipun biro pariwisata Thailand telah merilis siaran pers dalam bahasa Mandarin pada Januari 2025 kemarin untuk meyakinkan warga Cina kalau "Thailand sangat mementingkan keselamatan wisatawan," tapi pembatalan perjalanan tetap terjadi.

Diperkirakan akan ada 9 juta kedatangan turis Cina tahun 2025, angka ini setidaknya hampir berjumlah seperempat dari total kedatangan internasional.

Kerja sama berantas kejahatan

Seorang jurnalis dan pengamat politik Thailand, Pravit Rojanaphruk, menyebut Thailand akan fokus untuk meyakinkan Cina pekan ini tentang keamanan warga negaranya.

"Thailand sangat sensitif terhadap persepsi negatif tentang negaranya, terutama dari sudut pandang Cina, karena mereka merupakan kelompok wisatawan asing terbesar ke Thailand. Perdana Menteri Thailand berharap Presiden Xi dapat membantu memulihkan kepercayaan di antara warga Cina," katanya kepada DW.

Kerja sama melawan kejahatan sudah terjalin antara Bangkok dan Beijing, contohnya lewat rencana pendirian pusat antipenipuan. Dilaporkan bahwa pihak berwenang Cina akan mengoperasikan salah satu pusat tersebut di kota perbatasan Thailand-Myanmar, Mae Sot.

Thailand juga telah membantu memindahkan sekitar 900 warga negara Cina yang terjebak dalam operasi penipuan di Myanmar pada tahun 2024. Namun, jumlah warga negara Cina yang masih hilang diperkirakan jauh lebih banyak.

Nikorndej Balankura, juru bicara Kementerian Luar Negeri Thailand, mengatakan pada Januari 2025 bahwa memerangi kejahatan lintas batas adalah "prioritas nasional."

Sementara, Myanmar juga memasuki tahun kelima perang saudara, sehingga menciptakan kekosongan keamanan. Cina memiliki investasi besar di Myanmar dan telah mencoba untuk mengintervensi dan memediasi gencatan senjata, hingga mendukung junta dan pemberontak, tapi tidak berhasil.

"Bagi Cina, ini adalah tentang memastikan bahwa Thailand masih menjadi bagian dari papan catur geo-strategis, Belt and Road Initiative. Saya pikir Cina memiliki masalah besar dengan Myanmar, jadi jauh lebih penting sekarang untuk membuat Thailand tetap bergabung," katanya kepada DW.

Bangun hubungan dagang yang lebih erat

Memperkuat hubungan ekonomi juga diperkirakan menjadi agenda utama dalam pertemuan itu, terkait adanya tarif yang dikenakan Presiden Donald Trump terhadap Cina.

Mark S. Cogan, profesor studi perdamaian dan konflik di Kansai Gaidai University di Osaka, Jepang, mengatakan kepada DW bahwa Paetongtarn akan mencoba untuk menghindari topik pelik tentang tarif Trump atas barang-barang Cina.

Menurut laporan South China Morning post pada bulan Januari 2025, para pejabat di Thailand dan Malaysia mengindikasikan bahwa mereka akan mencegah bisnis-bisnis Cina yang mencoba menghindari tarif AS dengan mengirimkan barang melalui negara mereka.

"Ekonomi adalah masalah penting bagi keduanya karena saya memperkirakan keduanya akan segera merasakan hambatan ekonomi dari pendekatan transaksional Trump terhadap perdagangan," kata Cogan.

"Perdagangan antara Cina dan Thailand tidak pernah lebih besar dan dengan tidak adanya alternatif, berita bahwa Thailand dan Malaysia berencana untuk mendukung perang dagang Trump dengan Cina merupakan hal yang kontroversial. Dalam tatap muka dengan Xi, ini bukanlah sesuatu yang saya perkirakan akan membuat Paetongtarn merasa nyaman," pungkasnya.

Tulisan ini diadaptasi dari artikel berbahasa Inggris.

(ita/ita)

Loading...

Hoegeng Awards 2025

Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial