Jakarta -
Pemerintah Qatar menyatakan menangguhkan upaya-upaya untuk menengahi kesepakatan damai antara Israel dan Hamas, karena kedua belah pihak enggan bernegosiasi.
Qatar juga dilaporkan menghadapi tekanan dari Amerika Serikat untuk menutup kantor cabang Hamas di negara tersebut.
Negara kecil kaya raya ini telah membangun peran sebagai penengah di Timur Tengah, tapi sekarang mereka kesulitan menengahi gencatan senjata untuk perang di Gaza.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagaimana Qatar menjadi mediator damai di Timur Tengah?
Qatar adalah negara kecil di Teluk Persia dengan luas 11.600 kilometer persegi, namun pengekspor besar gas alam dan pendapatan per kapita penduduknya keenam terbesar di dunia.
Pemerintah Qatar memilih peran mereka sebagai juru damai internasional. Selama dua dekade terakhir, Qatar telah memediasi sejumlah gencatan senjata dan kesepakatan damai antara pihak-pihak yang berperang di Timur Tengah, Eropa, dan Afrika.
BBC
BBC News Indonesia hadir di WhatsApp.
Jadilah yang pertama mendapatkan berita, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda.
BBC Getty ImagesPada November 2023, Qatar membantu negosiasi pertukaran sandera Israel dengan tahanan Palestina.
Qatar menjadi tuan rumah negosiasi antara Israel dan Hamas untuk gencatan senjata sementara pada November 2023, di mana 105 sandera Israel ditukar dengan lebih dari 240 tahanan Palestina.
Pada 2020, Qatar memediasi kesepakatan damai antara Taliban dan AS untuk mengakhiri perang selama dua dekade di Afghanistan. Ini berakhir dengan AS dan sekutunya menarik pasukan dan Taliban kembali mengambil alih kekuasaan di negara tersebut.
Qatar juga berperan sebagai mediator dalam kesepakatan pertukaran tahanan antara AS dan Iran pada 2023.
Di tahun yang sama, Qatar memediasi perbincangan antara Rusia dan Ukraina untuk mengembalikan anak-anak Ukraina yang diambil dari Ukraina ke Rusia selama konflik berlangsung.
Pada 2022, Qatar menengahi gencatan senjata antara pemerintah Chad dengan 40 kelompok oposisi, dan pada 2010 mengawasi kesepakatan damai antara pemerintah Sudan dengan kelompok bersenjata di provinsi barat Darfur.
Mengapa Qatar mengambil peran sebagai juru damai?
Getty ImagesQatar menjadi tuan rumah perjanjian damai pada 2020, yang mengakhiri perang AS di Afghanistan.
Pemerintah Qatar menuliskan peran negara tersebut sebagai juru damai ke dalam konstitusinya.
Pasal Tujuh menyatakan: "Kebijakan luar negeri Negara didasarkan pada prinsip memperkuat perdamaian dan keamanan internasional dengan mendorong penyelesaian damai sengketa-sengketa internasional."
Qatar bukan hanya sekutu dekat AS dan menampung ribuan personel militer negara tersebut di pangkalan udara Al Udeid, tetapi juga mengizinkan kelompok-kelompok ekstremis seperti Taliban dan Hamas mendirikan kantor di negara tersebut.
Menurut Dr. H.A. Hellyer dari Royal United Services Institute, sebuah lembaga pemikir yang berbasis di Inggris, ini memungkinkan Qatar menjadi jembatan antara aktor-aktor politik yang tidak mau berbicara langsung satu sama lain.
"Qatar berada dalam posisi yang baik untuk menjangkau kelompok seperti Taliban dan Hamas karena mereka tidak pernah berkonflik dengan kelompok-kelompok tersebut," ujarnya.
"Dan karena adanya kehadiran militer AS, perwakilan kelompok-kelompok ini merasa aman di Doha."
"Mereka merasa dapat bernegosiasi dengan aman, bebas dari upaya pembunuhan."
Baca juga:
"Menjadi negosiator praktis yang bisa menyeselesaikan masalah adalah bagian dari imej negara tersebut," ujar Dr Sanam Vakil dari Chatham House, lembaga pemikir internasional berbasis di Inggris.
"Menjadi negosiator damai membuat Qatar berguna bagi AS, dan itu berarti Qatar bisa mengaitkan dirinya dengan Barat. Ini juga membuat kawasan di sekitarnya lebih aman dan stabil."
Qatar memiliki tim diplomat yang sangat terlatih dalam mengawasi pembicaraan damai, ujar Dr Vakil. Namun, dia mengatakan mereka tidak selalu mampu meyakinkan pihak-pihak yang bertikai untuk membuat kesepakatan damai atau berkomitmen untuk gencatan sejata permanen.
"Qatar sudah sangat berpengalaman dalam mengawasi akhir konflik, ketika siklus kekerasan telah selesai dan kedua pihak menginginkan perdamaian," katanya.
"Namun, Qatar tidak dapat mengakhiri konflik jika tidak ada kehendak dari kedua belah pihak."
Mengapa Qatar kesulitan menengahi perdamaian di Gaza?
Kementerian Luar Negeri Qatar telah menyatakan bahwa mereka menangguhkan upaya untuk menengahi kesepakatan damai antara Israel dan Hamas.
Namun, mereka membantah laporan bahwa kantor Hamas di Doha akan ditutup.
Pemerintah Israel sejak itu mengkritik Qatar, menuduhnya mendukung Hamas dan melindungi kelompok teroris.
Namun, menurut Dr. Hellyer, "Pemerintah Qatar mengundang para pemimpin Hamas untuk memindahkan kantor mereka ke sana dari Damaskus setelah mereka berselisih dengan pemerintah Suriah pada tahun 2012. Mereka melakukannya dalam koordinasi dengan AS dan, kemungkinan, dengan Israel."
Ia juga menjelaskan bahwa Qatar sebelumnya membantu Israel dan Hamas mencapai kesepakatan gencatan senjata setelah konflik sebelumnya, "tetapi itu terjadi ketika kedua belah pihak ingin kembali ke status quo ante."
"Kali ini berbeda," kata Dr. Vakil. "Pemerintah Israel lebih ingin menjamin keamanannya daripada mencari perdamaian. Melanjutkan perang akan membantu mencapai tujuannya. Hamas hanya ingin perdamaian untuk bertahan hidup."
Ada spekulasi bahwa Hamas mungkin meninggalkan Qatar dan memindahkan kantornya ke Turki atau Iran.
Namun, menurut Dr Hellyer, Qatar adalah tempat paling aman bagi para pemimpinnya, asalkan mereka tetap diizinkan tinggal di sana.
"Ketika Ismail Haniyeh meninggalkan Doha menuju Iran, dia dengan cepat diserang oleh pasukan Israel," katanya.
- 'Gaza hanyalah kuburan yang tersebar di mana-mana'
- Setahun setelah konflik Hamas dan Israel di Gaza, Timur Tengah berada di ambang perang yang lebih dalam, lebih luas, dan lebih merusak
- Siapa itu Hamas? Dianggap teroris oleh Barat, tetapi pahlawan bagi warga Palestina
(ita/ita)