Jakarta -
Usai ramai-ramai soal beda hasil antara dua lembaga survei tentang elektabilitas paslon yang bertarung di Pilkada Jakarta beberapa waktu lalu, kini Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) merilis hasil survei terbaru mereka. Merangkum detikNews, diketahui jika pasangan nomor urut 3, Pramono Anung-Rano Karno menempati posisi pertama dengan angka 46%. Sementara itu lawan terkuatnya yaitu Ridwan Kamil-Suswono (RIDO) tertinggal tujuh angka dengan perolehan 39,1%, sedangkan pasangan Dharma-Kun konsisten di urutan terakhir dengan angka 5,1%.
Hasil ini dicatat berdasarkan keterangan SMRC pada Rabu (13/11/2024). SMRC menyebut, populasi survei ini adalah seluruh WNI di Provinsi Jakarta yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah berumur 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan. Sementara itu sample yang berjumlah 1.210 responden diambil dengan stratified multistage random sampling. Margin of error survei dengan ukuran sampel tersebut diperkirakan sebesar ± 2,9% pada tingkat kepercayaan 95%, asumsi simple random sampling.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hasil terbaru ini tidak jauh berbeda dengan rilis survei milik Litbang Kompas yang digelar pada 20-25 Oktober 2024 lalu. Berdasarkan survei tersebut, diketahui jika RIDO mendapat angka 34,6% atau kalah tipis dengan Pramono-Rano dengan skor 38,3%. Survei ini juga memperlihatkan perolehan angka Dharma-Kun yaitu 3,3% sementara 23,8% lainnya tidak tahu/tidak menjawab.
Survei SMRC yang muncul pada 3 pekan terakhir sebelum Pilkada Serentak 2024 berlangsung ini cukup mencengangkan. RIDO yang awalnya diunggulkan itu memiliki angka elektabilitas paling tinggi saat pengumuman nama calon kini mulai jauh tertinggal oleh pasangan Pramono-Rano.
Terkait hal ini, Direktur Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno menyebut beberapa hal yang menjadi alasan keberbalikan situasi saat ini. Ia menyebut jika mesin-mesin politik KIM Plus yang mendukung RIDO belum bekerja semaksimal pasangan Pramono-Rano. Adi Menyebut jika hal ini terjadi karena angka RIDO sudah jauh di atas, sehingga Pramono-Rano harus bekerja sekeras-kerasnya untuk mengejar ketertinggalan.
Alasan berikutnya terkait blunder yang sempat muncul beberapa waktu lalu yang sempat viral. Namun demikian, Adi menilai pergerakan elektabilitas para paslon di Pilkada Jakarta masih mungkin berubah. Masih ada waktu bagi seluruh paslon untuk menggenjot elektabilitas masing-masing.
"Terlepas apapun, masih ada sisa waktu yang bisa mengubah segalanya. Politik di Jakarta bergerak cukup dinamis. Survei hanya realitas yang sifatnya temporal yang bisa berubah setiap saat. Kerja sampai akhir adalah penentu kemenangan," ujar dia.
Lalu apa saja trategi RIDO untuk kembali membalikkan keadaan? Apakah ada faktor-faktor lain yang dapat menentukan kemenangan RIDO? Akankah ada kejutan jelang pemungutan suara mendatang? Menghadirkan Redaktur Pelaksana detikNews dan Adi Prayitno, Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, ikuti diskusinya dalam Editorial Review.
Beralih ke Jawa Timur, detikSore akan bergabung dengan Jurnalis detikJatim untuk mengikuti perkembangan isu terkait bagi-bagi susu di Pasuruan usai aksi viral yang dilakukan peternak sapi perah di sana. Adakah solusi yang diberikan pemerintah tentang masalah yang bergulir di sana? Ikuti laporan selengkapnya dalam Indonesia Detik Ini.
Dee Lestari akan hadir ke detikSore. Selain berbagai cerita tentang buku terbarunya, penulis 'Aroma Karsa' itu akan membagikan pengalaman tentang gaya menulis yang tengah ia geluti. Ingin menjadi orang-orang pertama yang tahu di balik penulisan buku 'Tanpa Rencana'? Ikuti obrolannya dalam Sunsetalk jelang matahari terbenam nanti.
Ikuti terus ulasan mendalam berita-berita hangat detikcom dalam sehari yang disiarkan secara langsung langsung (live streaming) pada Senin-Jumat, pukul 15.30-18.00 WIB, di 20.detik.com dan TikTok detikcom. Jangan ketinggalan untuk mengikuti analisis pergerakan pasar saham jelang penutupan IHSG di awal acara. Sampaikan komentar Anda melalui kolom live chat yang tersedia.
"Detik Sore, Nggak Cuma Hore-hore!"
(vys/vys)