Guru vs AI: Kolaborasi, Bukan Mengganti

3 weeks ago 7

Jakarta -

Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan artifisial merupakan suatu pengembangan mesin yang mampu melakukan tugas-tugas yang biasanya membutuhkan kecerdasan manusia, seperti pembelajaran (learning), penalaran (reasoning), maupun pemecahan masalah (problem solving). Salah satu cabang AI yang saat ini berkembang pesat adalah generative artificial intelligence (AI generatif). Teknologi ini memungkinkan mesin dapat membuat konten baru, baik konten itu berupa teks, gambar, musik, dan video, berdasarkan data yang telah dipelajari sebelumnya.

Teknologi AI generatif tidaklah muncul secara tiba-tiba, tetapi sudah mengalami perjalanan yang panjang. Pada 1950-an, seorang pakar matematika dari London, Alan Mathison Turing (1912 – 1954), mengusulkan suatu tes untuk menguji kecerdasan komputer dalam berkomunikasi secara langsung dengan manusia. Prosedur pengujian ini sering disebut dengan Turing Test. Kemudian sekitar 1966-an, Joseph Weizenbaum (1923 – 2008) berhasil membuat ELIZA, suatu program komputer yang menjadi awal manusia dapat berkomunikasi dengan komputer menggunakan bahasa alami (natural language).

Lompatan perkembangan yang sangat signifikan sebagai fondasi AI generatif adalah munculnya algoritma jaringan syarat tiruan (artificial neural network), suatu algoritma yang meniru struktur syaraf manusia dalam memproses dan merespons sesuatu. Frank Rosenblatt, seorang pakar psikologi, pada 1980-an berhasil memodelkan perceptron, suatu sistem yang meniru pola kerja jaringan syaraf manusia.

Adanya algoritma jaringan syaraf tiruan memungkinkan komputer belajar dari suatu data hingga dapat mengenali pola dan memahami data baru yang diinputkan. Dalam fase perkembangan ini ada nama Geoffrey Hinton, seorang ilmuwan bidang komputer, ilmu kognitif, dan psikologi, yang mendapatkan julukan The Godfather of AI. Pada 2024 ini dia dengan John J. Hopefield mendapatkan Noble Prize untuk bidang Fisika.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Evolusi AI generatif sangatlah cepat, setidaknya pada beberapa tahun terakhir. Hal ini dipengaruhi oleh kemajuan dalam model pembelajaran mesin, seperti GPT (Generative Pre-trained Transformer) yang dapat menghasilkan teks seperti manusia berdasarkan data yang sudah dilatihkan sebelumnya. GPT pertama diperkenalkan pada 2018 oleh laboratorium penelitian OpenAI. Saat ini, AI generatif telah digunakan di berbagai sektor kehidupan, seperti kesehatan, ekonomi, seni kreatif, bahkan pendidikan.

Dalam bidang pendidikan, para tenaga pengajar baik guru maupun dosen, dapat memanfaatkannya untuk membantu menyiapkan materi pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan murid. Materi pembelajaran tersebut juga dapat dipersonalisasi sesuai dengan gaya dan tingkat pemahaman setiap siswa. AI generatif juga dapat dimanfaatkan sebagai asisten dalam proses evaluasi pembelajaran dan memberikan umpan balik yang cepat dan mendetail kepada murid.

Para murid dapat memanfaatkan AI generatif ini sebagai "teman belajar" untuk memahami konsep-konsep yang sulit. Teknologi ini memungkinkan pendekatan belajar yang lebih personal, sehingga para murid dapat menikmati pengalaman belajar sesuai dengan gaya belajar dan kemampuan mereka masing-masing. AI generatif dapat mendukung mereka dalam mengeksplorasi topik yang menarik, memfasilitasi praktik mandiri, sehingga diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar murid.

Namun, ada tantangan dari berkembangnya AI generatif ini, yaitu risiko plagiarisme atau menjiplak yang dilakukan para murid. Mereka mungkin saja tergoda untuk menggunakan AI dalam menyelesaikan tugas sekolah maupun kuliah tanpa diikuti dengan proses memahami materi tersebut. Selain itu, adanya AI generatif ini dapat mengurangi interaksi langsung antara guru dan murid, yang sebenarnya sangat penting dalam proses pendidikan.

Di sinilah pentingnya peran guru. Meskipun AI dapat membantu meringankan tugas-tugas rutin para murid, tetapi guru tetaplah memiliki peran utama dalam proses pendidikan. Guru memiliki peran dalam membimbing, memberikan motivasi, dan mampu memahami setiap murid baik secara emosional maupun intelektual. AI hanyalah alat pendukung saja, sementara guru adalah sumber utama pendidikan yang tidak akan tergantikan.

Hubungan kemanusiaan guru-murid tidak akan dapat digantikan oleh teknologi AI. Dari sisi guru dan murid, penting rasanya memiliki satu persepsi yang sama tentang teknologi AI, khususnya AI generatif. Bahwa teknologi ini hanyalah alat pendukung, bukan alat pengganti. Sumber utama ilmu pengetahuan tetap ada pada guru disertai dengan buku-buku yang kredibel dan juga disertai dengan diskusi-diskusi bersama dengan para kolega atau teman sesama murid.

Teknologi AI dapat membantu proses belajar, tetapi janganlah dijadikan satu-satunya sumber pengetahuan. Pada akhirnya, AI generatif memberikan peluang besar dalam dunia pendidikan, namun tidak seharusnya menggantikan posisi guru sebagai insan utama dalam proses pendidikan. Pendidikan yang berkualitas dan autentik masih sangat membutuhkan interaksi langsung antara guru dan murid.

Guru berperan sebagai pilar utama dalam pengembangan kecerdasan dan karakter siswa, serta memberikan bimbingan yang tidak dapat dihasilkan oleh mesin ataupun teknologi. Murid juga perlu menyadari bahwa meskipun AI dapat memberikan informasi dan bantuan, guru tetaplah insan utama dalam perjalanan pendidikan mereka.

Interaksi langsung dengan guru sangatlah bermanfaat bagi murid; mereka akan mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam, dapat bertanya secara langsung terkait suatu masalah, dan para murid mendapatkan umpan balik yang sangat bernilai.

Dengan memanfaatkan teknologi dan tetap menghargai peran guru, nantinya murid bisa mendapatkan pengalaman belajar yang seimbang dan holistik. Guru tidak hanya mendidik pikiran, tetapi juga membentuk karakter dan akhlak, sehingga para siswa diharapkan untuk terus menjadikan guru sebagai panutan dalam perjalanan ilmu pengetahuan mereka.

Muhammad Zidny Nafan dosen Telkom University Purwokerto, pengasuh Pondok Pesantren Al-Amien Purwokerto Timur

(mmu/mmu)

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial