Ketika AI Makin Berkuasa, Siapkah Manusia?

18 hours ago 4

Jakarta -

Satu di antara 9 kecenderungan perkembangan artificial intelligence (AI) yang marak, adalah Agentic AI. Uraian sistematis berikut argumentasi yang mendorong perwujudannya, dikemukakan Pragmatic Coders, 2024. Termuat dalam "9 REAL AI Trends to Watch in 2025". Pragmatic Coder adalah perusahaan pengembang perangkat lunak yang berpusat di Krakow, Polandia. Perusahaan ini kerap membahas perkembangan teknologi, yang mengemuka di masa depan.

Dalam uraiannya, dikemukakan jenis-jenis AI yang dijuluki: kecenderungan AI yang bakal melanda dalam beberapa bulan mendatang. Masing-masing adalah: Computer Vision, Composite AI, Edge AI, Multimodal AI, Fake Reality: The Era of Gen AI Illusions, Creativity Reimagined: AI & Creator Economy, Dataveillance: The Hidden Data Trail, Robocoworkers: AI in the Workplace dan Agentic AI, atau yang disebut sebagai (Sworms of) AI agents.

Membaca seluruhnya itu, serasa menyelami kisah film fiksi. Yang jika terwujud pun, butuh puluhan tahun bahkan berabad mendatang. Tapi sekali lagi digarisbawahi: kecenderungannya bakal melanda beberapa bulan mendatang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Satu contohnya Robocoworkers. AI jenis ini merupakan perangkat--juga sistem--yang mampu bekerja bersama manusia. Kerjasamanya mengotomatisasi aneka pekerjaan rutin. Dan wujudnya bukan robot pabrik berkemampuan terbatas. Namun hadir sebagai pembantu digital, yang dapat menyelesaikan tantangan-tantangan kompleks. Termasuk di antaranya: pekerjaan kantor, layanan pelanggan, hingga penyusunan alternatif solusi yang kreatif.

Adanya AI yang multifungsi ini, didorong oleh tuntutan penyelesaian pekerjaan yang makin cepat, disertai reduksi jumlah manusia yang terlibat. Juga kehendak mengganti pekerjaan yang membosankan manusia oleh perangkat cerdas. Seluruhnya termanifestasi, ketika AI yang makin sempurna dibanding sebelumnya telah terujicoba.

Sedangkan Agentic AI merupakan perangkat--juga sistem--yang diberdayakan oleh kecerdasan buatan namun dapat bekerja otonom. Walaupun campur tangan manusia minimal, perusahaan yang memanfaatkan AI jenis ini seakan punya sekelompok orang dengan berbagai kemampuan. Agentic AI tak hanya mengusulkan solusi, namun juga mengeksekusi penyelesaiannya. Kecerdasannya mampu mempelajari situasi, mengambil tindakan yang relevan. Tanpa mengandalkan perintah.

Implikasi seluruh perkembangan di atas, saat diproyeksikan terhadap relevansi manusia sebagai tenaga kerja: kehadiran Agentic AI, dapat mereduksi manusia dalam jumlah yang signifikan. Bernard Marr, 2024, dalam "The Third Wave of AI Is Here: Why Agentic AI Will Transform the Way We Work", dengan mengutip pendapat Silvio Savarese, membagi perkembangan AI dalam 3 gelombang.

Pada perkembangan gelombang pertama dan gelombang kedua, AI dapat disejajarkan fungsinya seperti perusahaan konsultan manajemen. Perusahaan macam ini dapat disewa membantu perusahaan lain, yang dilanda krisis keuangan. Krisis bisa terjadi, lantaran gempuran persaingan yang gencar. Juga kondisi ekonomi makro yang menyertainya.

Atas karakteristiknya yang menghasilkan alternatif solusi sebagaimana perusahaan konsultan, AI jenis ini masuk dalam kelompok Generative AI. Namun karena fungsinya yang mampu memberikan bantuan, AI ini juga lazim disebut Assistant AI. Tak jarang juga disebut sebagai AI Agents. Ke-3 istilah pada 2 gelombang perkembangan awal ini, merujuk pada kemampuan yang sejenis.

Fungsi membantu berlangsung saat AI berlaku seakan agen profesional. Bekerja dengan didahului pengumpulan data operasional harian. Diikuti pemilahan fenomena mikro, berupa kondisi SDM maupun operasi perusahaan. Itu kemudian dikaitkan dengan keadaan meso, berupa informasi keadaan serupa di perusahaan lain. Pada akhirnya, pemetaan situasi makro yang terjadi di luar perusahaan. Situasi makro ini bisa berupa keadaan ekonomi atau ekosistem teknologi yang terjadi di sebuah negara. Dari pengumpulan data, diperoleh rumusan permasalahan yang dialami perusahaan. Dengan menimbang pada kondisi yang berlangsung beserta harapan perusahaan, AI menyusun alternatif penyelesaian yang dapat ditempuh.

Berfungsinya AI seakan agen ini, memungkinkan perusahaan yang mengalami masalah tak perlu mempekerjakan sekelompok SDM tetap. SDM yang difungsikan untuk mempelajari, mengikuti perkembangan situasi, juga terlibat dalam perumusan solusi terhadap masalah perusahaan. Tanpa adanya Assistant AI, perusahaan dapat menyewa perusahaan konsultan manajemen konvensional. Biaya yang dikeluarkan berupa sewa tenaga kerja temporal, berikut jasa penyusunan solusinya. Jalan konvensional semacam itu, lazim menyelesaikan masalah.

Namun ketika hari ini, seluruh rangkaian proses di atas dikerjakan Assitant AI, keperluan memiliki tenaga kerja sendiri makin tak relevan. Juga tak perlu menyewa perusahaan konsultan manajemen. Keperluan perusahaan terhadap penggunaan sejumlah manusia, berkurang signifikan. Inilah yang dimaksud Bernard Marr, AI mentransformasi cara manusia bekerja. Bantuan dan produk kreatif yang semula dilakukan manusia, diambil alih Assistant AI. Selain fungsinya membantu, AI juga menghasilkan solusi. Dua fungsi yang lazimnya dilakukan agen manusia. Karenanya AI ini juga disebut AI Agents.

Sedangkan pada perkembangan gelombang ketiga--sesuai terminologi Silvio Savarese--kerja AI tak berhenti pada penyusunan solusi pemecahan masalah. AI bertindak hingga tahap eksekusi. Rangkaian prosesnya otonom, sama sekali tak melibatkan manusia. AI jenis ini disebut Agentic AI. Jika diilustrasikan sebagai pekerjaan konvensional: dimulai dengan pengumpulan data, perumusan masalah berdasar data, pemilihan secara jitu alternatif solusi yang tersedia.

Seluruhnya diakhiri penyusunan keperluan eksekusi. Rangkaian prosesnya, hanya mengandalkan kerja mesin. Itupun mesinnya terus belajar, berdasarkan data yang terus diperolehnya. Agentic AI, diciptakan untuk makin cerdas.

Dalam krisis keuangan seperti di atas, ketika perusahaan harus melakukan downsizing, AI mampu memilih SDM yang harus di PHK. Juga penentuan nilai pesangon yang diterimanya.

Peran kompleks yang dijalankan--termasuk kemampuan melakukan relasi dengan perangkat-perangkat AI lainnya--menyejajarkan perannya dengan manusia. Karenanya AI ini disebut Agentic AI. AI yang yang otonom, juga mampu berinteraksi dengan Agentic AI lainnya.

Perkembangan Agentic AI yang marak mengawali 2025, telah diperkirakan jauh sebelumnya. Salah satunya dikemukanan Yuval Noah Harari, 2018. Ia menuliskannya dalam "21 Lesson for the 21st Century", yang menyebut adanya sekelompok AI yang dapat menyelenggarakan operasi sebuah pertambangan. Sekelompok AI itu berperan sebagai: AI penyedia keperluan kerja ~yang memeriksa kecukupan dan menyediakan bahan keperluan operasi tambang~, AI keuangan ~yang melakukan pembelian bahan keperluan operasional, berikut pelaksanaan transfer pembayarannya.

AI ini juga mampu berinteraksi dengan AI sejenis di luar perusahaan~. Dan AI penjualan ~yang melakukan penjualan hasil tambang yang dihasilkan, kepada perusahaan lain. Dalam rangkaian perdagangan ini, seluruh pelakunya AI~. Aktivitas-aktivitas yang secara konvensional melibatkan beberapa perusahaan, tak perlu melibatkan manusia.

Saat Harari--7 tahun lampau--mengemukakannya sebagai ilustrasi AI di masa datang, masih disebutnya: kemungkinan hipotetik. Hari ini hipotesanya benar-benar terwujud. Dan tak dianggap sebagai perwujudan sihir teknologi yang mustahil. Sebab, setiap hari AI terus dikembangkan intensif menuju kecerdasan utuh manusia. Saat satu perkembangan berhasil dicapai, terbuka kemungkinan lompatan pengembangan lain. Demikian seterusnya hingga mendekati titik akhir: tercipta perangkat atau sistem berkecerdasan manusia.

Dalam aplikasinya yang nyata, Agentic AI telah dimanfaatkan luas. Ini meliputi bidang transportasi tanpa pengemudi, yang diterapkan Tesla. Juga di bidang inventarisasi dan logistik, sebagaimana dijalankan Amazon. Maupun pada pemeriksaan kesehatan berikut tindakannya, di berbagai fasilitas kesehatan dunia.
Dalam kaitannya dengan posisi manusia, alih-alih perkembangannya di masa depan menyebabkan irelevansi manusia.

Peralihan dari Assistant AI ke Agentic AI saja, sudah meniadakan kebutuhan manusia dalam jumlah besar. Pada ilustrasi di atas, bahkan satu entitas perusahaan konsultasi manajemen pun, tak diperlukan lagi.

Namun itukah sajakah tema yang diperbincangkan dalam menghadapi perkembangan teknologi? Sementara dalam sejarahnya, kehadiran teknologi baru maupun pengembangan bagiannya, memang selalu diiringi kekhawatiran tentang nasib manusia. Namun juga perlu diakui, perkembangan teknologi pada akhirnya selalu menghadirkan keadaan baru. Ini termasuk munculnya pekerjaan baru, juga paradigma kualitas baru hidup manusia.
Edwin Lisowski, 2024, dalam "AI Agents vs Agentic AI: What's the Difference and Why Does It Matter?", menyebut: baik AI Agents (Assistant AI) maupun Agentic AI mengubah dunia dengan cara yang berbeda.

Sementara AI Agents hebat dalam mengotomatisasi tugas berulang, Agentic AI menghadirkan kemampuan yang dapat dilakukan AI dengan tindakan otonom. Keduanya merupakan perangkat berharga yang membentuk masa depan manusia. Persoalannya: siapkah manusia menghadapi gejolak transformasinya, dengan tak mempermasalahkan kehadirannya?

Firman Kurniawan S. Pemerhati Budaya dan Komunikasi Digital. Ia juga Pendiri LITEROS.org.

(rdp/rdp)

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial