Menjelang akhir tahun atau lebih tepatnya sekitar bulan Oktober, November, hinggaDesember biasanya identik dengan musim penghujan. Namun pada bulan ini justru cuaca panascenderung lebih terasa.
Dikutip dari CNBC Indonesia, Badan Pusat Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG)menyebutkan cuaca panas terjadi di sejumlah daerah di Indonesia seperti di Pulau Jawa hingga NusaTenggara.
Tak hanya itu, cuaca yang cukup panas tersebut juga tidak terlepas dari terjadinya fenomenakenaikan suhu bumi. Hal itu tidak hanya dirasakan di Indonesia saja, namun secara global juga turutmerasakan.
Data Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) atau United Nation menyebutkan kenaikan suhu bumi tidakterlepas dampak pemanasan global yang terjadi di dunia. Bahkan peningkatan suhu permukaanglobal telah mengalami kenaikan lebih cepat sejak 1970.
Dalam periode 2014-2023 saja atau 10 tahun ke belakang, suhu bumi mengalami kenaikan sekitar1,2°C dibandingkan pada periode 1850-1900. Bahkan pada 2023 lalu, PBB mencatat suhu permukaanrata-rata global tembus sampai 1,45°C.
Kenaikan suhu global tersebut tentu tidak bisa anggap sepele. Sebab setiap peningkatan 0,1°C sajabisa memberikan dampak terhadap intensitas curah hujan ekstrem hingga kekeringan di sejumlahwilayah dunia.
Ada banyak biang kerok penyebab kenaikan suhu permukaan bumi, salah satunya emisi gas rumahkaca. PBB mencatat pada 2023 emisi gas rumah kaca mencapai rekor tertinggi yakni 57,4 giga ton.
Sejarah telah mencatat, adalah mungkin untuk mencapai pengurangan emisi gas rumah kacasejalan dengan mencapai pertumbuhan ekonomi, seperti yang telah ditunjukkan oleh sejumlahnegara maju."Khusus di Tanah Air, data European Commission menyebutkan volume gas rumah kaca Indonesia2023 mencapai 1,24 gigaton atau sekitar 2,3% dari total emisi gas rumah kaca global.
Untuk itu, upaya menjaga keberlangsungan kehidupan perlu dilakukan oleh seluruh masyarakat didunia. Penggunaan batu bara dan minyak yang menjadi salah satu sumber emisi gas rumah kacaharus dikurangi.
Kesadaran untuk mengurangi dampak dari perubahan iklim pun mulai muncul di berbagai lapisanmasyarakat di seluruh dunia. Puncaknya yakni hadirnya Perjanjian Paris tentang Perubahan Iklimatau Paris Agreement on Climate Change pada 2016 lalu.
Perjanjian paris adalah kesepakatan global untuk mengurangi dampak dari perubahan iklim yangdinilai saat ini semakin ekstrim. Adapun perjanjian tersebut didukung oleh 195 negara di dunia.Khusus Indonesia, Perjanjian Paris ditandatangani oleh Menteri Lingkungan Hidup dan KehutananPeriode 2019-2024 Siti Nurbaya yang mewakili Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi).
Siti Nurbaya mengatakan keterlibatan Indonesia dalam perjanjian bersejarah tersebut merupakanterobosan besar. Pasalnya, Pemerintah Indonesia memiliki komitmen kuat untuk memberikankontribusi besar dalam mengurangi efek gas rumah kaca dan dampak dari perubahan iklim.
"Sejarah telah mencatat, adalah mungkin untuk mencapai pengurangan emisi gas rumah kacasejalan dengan mencapai pertumbuhan ekonomi, seperti yang telah ditunjukkan oleh sejumlahnegara maju," ujar Siti dikutip dari detikNews, beberapa waktu lalu.
Dalam Perjanjian Paris sendiri, negara-negara maju diminta untuk memberikan bantuan keuangankepada negara yang dinilai kurang mampu dalam mengatasi dampak perubahan iklim. Pendanaaniklim dinilai sangat diperlukan untuk melakukan mitigasi.
Sebab investasi skala besar diperlukan untuk mengurangi emisi secara signifikan. Pendanaan ini jugadinilai penting untuk mendorong negara berkembang atau miskin dalam melakukan adaptasi. Sebabsumber daya keuangan yang signifikan diperlukan untuk beradaptasi dan mengurangi dampak dariperubahan iklim.
Tak hanya itu, melalui perjanjian tersebut menekankan pentingnya transfer teknologi. Hal itubertujuan untuk meningkatkan ketahanan terhadap perubahan iklim dan mengurangi emisi gasrumah kaca.
Selain itu, Perjanjian Paris juga mendorong percepatan pengembangan dan transfer teknologimelalui kebijakan sekaligus implementasinya.
"Indonesia mendorong negara-negara maju untuk menunjukkan kepemimpinan dalammeningkatkan ambisi sebelum dan setelah 2020, baik dalam mengurangi emisi maupun dalammemberikan dukungan kepada negara-negara berkembang dalam bentuk keuangan, teknologi danpeningkatan kapasitas, dalam rangka memenuhi target menahan peningkatan suhu global di bawah2ºC," ungkap Siti.
Di dalam negeri, Pemerintah Indonesia pun gencar melakukan berbagai upaya untuk menekan emisigas rumah kaca. Berbagai cara pun dilakukan salah satunya dengan melakukan transisi energi.Berbagai sektor seperti swasta hingga pemerintah pun berlomba-lomba untuk melakukan transisienergi.
Bahkan perusahaan plat merah seperti PT PLN Persero pun juga melakukan hal serupa. Langkah yangdilakukan oleh PLN dalam melakukan transisi energi juga bertujuan untuk mendorong ekonomi kerakyatan. Pasalnya kalau krisis iklim tidak diatasi maka bisa memberikan tekanan ekonomi kepadamasyarakat.
Direktur Transmisi dan Perencanaan Sistem PLN, Evy Haryadi mengatakan bahwa saat ini PLN telahmenjalankan berbagai pengembangan teknologi guna mengurangi emisi CO2 seperti pengembangan biomass co-firing, efisiensi jaringan transmisi dan pembangkit, mengganti PLTU subcritical menjadiPLTU supercritical dan ultra supercritical, gas combined cycle serta renewables energy.
“Seperti co-firing misalnya, kita punya target 52 lokasi dan hingga saat ini telah berjalan 43 lokasi dan berhasil menurunkan emisi sekitar 1 juta ton CO2 ekuivalen,” kata Haryadi dikutip dari websiteresmi PLN.
Dia mengatakan, saat ini PLN sudah berhasil melakukan efisiensi jaringan transmisi dan distribusi yang berhasil menurunkan emisi sebesar 2,8 juta ton CO2.
“Di sisi lain, teknologi PLTU subcritical kita upgrade menjadi PLTU supercritical dan ultra supercritical,yang akan dapat menurunkan emisi sebesar 20,8 juta ton CO2,” jelasnya.
Tak hanya itu, sepanjang 2021-2024 PLN pun terus berupaya untuk meningkatkan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) dan Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU)maupun layanan Home Charging Services yang terintegrasi di PLN Mobile.
Selama periode tersebut PLN telah meningkatkan 5,6 kali lipat jumlah SPKLU menjadi 1.582 unit, home charging service meningkat 130 kali lipat menjadi 14.524 unit. Serta meningkatkan SPLUmenjadi 9.956 unit, dan 8 kali lipat SPBKLU sebanyak 2.182 unit.
Untuk keberadaan 1.582 SPKLU merupakan kolaborasi PLN bersama 27 mitra yang tersebar di 1.131lokasi seluruh Indonesia. Dengan rincian, 990 SPKLU milik PLN dan 592 SKLU milik mitra.
Upaya PLN untuk melakukan transisi energi pun mendapatkan apresiasi dari sejumlah pihak, salahsatunya melalui ajang detikcom Awards 2024. Dalam ajang tersebut PLN meraih kategori PerusahaanTerdepan dalam Penggerak Ekonomi Kerakyatan dalam Transisi Energi.
Direktur Utama PT PLN Energi Primer Indonesia Iwan Agung Firstantara mengatakan penghargaantersebut memicu perusahaan untuk terus memberikan kontribusi besar terhadap transisi energi.
"Ini suatu penghargaan yang sangat prestisius untuk kami. Kami ucapkan terima kasih kepadadetikcom. (Penghargaan) ini menjadi dorongan dan motivasi untuk kami agar PLN menggerakanekonomi sirkular kemasyarakatan atas penghargaan ini, terima kasih," kata Agung di acara detikcomAwards 2024 di Jakarta, beberapa waktu lalu.
"Ini memotivasi kami tidak hanya di kantor pusat tapi di seluruh daerah. Kita akan bekerja samaterus dengan petani dan masyarakat untuk men-supply biomassa sebagai bahan bakar substitusi darico-firing dan ini menggerakan ekonomi masyarakat sekaligus mencapai Net Zero Emission,"sambungnya.
Dia menjelaskan pihaknya juga telah menyiapkan sejumlah strategi agar menjadikan PLN sebagaiperusahaan terdepan dalam melakukan transisi energi.
"Kita ingin menjadi terdepan di transisi energi. beberapa program, beberapa strategi sudah kitalakukan. Pertama, membuat RUPTL Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik yang paling hijaulebih dari 60 persen," tuturnya.
Ke depan, PLN bakal mendorong pembangunan pembangkit listrik yang ramah lingkungan. Sertamengurangi penggunaan bahan bakar minyak.
"10 tahun ke depan semua pembangkit yang kita bangun itu adalah pembangkit-pembangkitrenewable energy dan menuju ke sana nanti semua bahan bakar minyak akan kita kurangi. Kita gantidengan gasifikasi dan juga transisi ini akan kita jaga terus. Supaya nanti renewable energy menjadisesuatu yang bisa kita capai," tutupnya