Raden Mas Tirto Adi Suryo kerap disebut sebagai tokoh Bapak Pers Nasional. Sebab, ia yang mempelopori jurnalisme Indonesia di zaman Hindia Belanda. Ia juga dikenal sebagai pendiri koran mingguan Medan Prijaji pada 1907. Sosok Tirto Adi Suryo diabadikan oleh sastrawan Pramoedya Ananta Toer dalam buku 'Sang Pemula'. (Dok Kemdikbud)
SK Trimurti merupakan wartawan perempuan Indonesia yang punya jejak penting dalam pers Indonesia. Ia pernah tercatat sebagai redaktur dari mingguan 'Bedoeg' yang terbit di Solo. Di tahun 1936 ia menerbitkan majalah 'Marhaeni'. SK Trimurti juga pernah menjabat sebagai Menteri Perburuhan di era Kabinet Amir Sjarifuddin. (Keterangan foto Trimurti (tengah) bersama Sukarno dkk/Dok. Perpustakaan Nasional)
Mochtar Lubis merupakan sastrawan sekaligus wartawan legendaris Indonesia. Mochtar Lubis pernah bekerja sebagai wartawan Kantor Berita Antara yang saat itu berpusat di Yogyakarta, 1945—1952. Pada 1949 ia mendirikan surat kabar Harian Indonesia Raya dan ia sendiri menjadi pemimpin redaksinya. (Dok Kemendikbud)
Burhadin Mohamad Diah atau BM Diah merupakan wartawan Indonesia legendaris. Ia mengawali karier jurnalistik dengan menjadi redaktur di Sinar Deli, Medan, kemudian sempat juga berkarier di surat kabar Sin Po, dan pernah menjadi pemimpin redaksi di Asia Raya, sebuah surat kabar yang memihak Jepang. Ia juga pendiri koran Harian Merdeka. BM Diah juga merupakan Menteri Penerangan Republik Indonesia (1966-1968). (Dok BM Diah)
Rosihan Anwar merupakan tokoh pers Indonesia. Dia pernah bekerja di surat kabar Asia Raya (1943—1945), yang kemudian berganti nama menjadi Merdeka (1945—1946). Bahkan, ia juga pernah menjadi koresponden media internasional seperti majalah Mingguan Asia hingga The Straits Times. Ia juga dikenal sebagai pendiri harian Pedoman pada 1948 dan Ketua Dewan Kehormatan PWI Pusat (1983—1988). (Momen Rosihan Anwar foto bersama keluarga/Dok. Istimewa)