Jakarta -
Jerman tetap menjadi target utama mesin disinformasi Rusia. Kampanye online yang didukung pemerintah di Kremlin meluas dan semakin intensif.
Peringatan tersebut dikeluarkan pejabat keamanan senior dan anggota parlemen minggu ini selama sesi publik komisi keamanan dan intelijen di parlemen Jerman.
"Kami telah lama menyadari ancaman terhadap Jerman dari pengaruh asing dan perang hibrida, terutama dari Rusia," kata Konstantin von Notz, anggota parlemen Partai Hijau dan ketua komite tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Namun, kami sekarang menyaksikan tingkat intensitas baru, dan perkembangan ini sangat mengkhawatirkan bagi kita semua."
Jerman dianggap 'musuh' oleh Kremlin
Pimpinan badan intelijen Jerman menggemakan sentimen von Notz.
Karena gencarnya dukungan untuk Ukraina dalam melawan invasi Rusia, Kremlin melihat Jerman "sebagai musuh," kata Bruno Kahl, presiden badan intelijen luar negeri Jerman, Bundesnachrichtendienst, BND.
Kahl menjelaskan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin telah lama melancarkan "perang hibrida" terhadap negara-negara Barat untuk "menciptakan tatanan dunia baru."
Untuk mencapai tujuan ini, Putin menggunakan badan-badan dinas rahasia Rusia "sebagai ujung tombak dalam perang melawan Barat, dengan mandat negara, dengan segala cara yang mereka miliki, tanpa batasan hukum dan, yang terpenting, tanpa hati nurani." Hal ini telah menyebabkan "peningkatan dramatis dalam jumlah dan kualitas serangan siber oleh aktor-aktor negara Rusia dan proksi mereka," tambah Kahl.
Pada saat yang sama, serangan siber hanyalah salah satu metode yang digunakan Rusia untuk menegaskan pengaruhnya.
Thomas Haldenwang, presiden badan intelijen domestik federal, memperingatkan terhadap "operasi pembentukan opini" demi mempengaruhi publik melalui disinformasi pro-Rusia.
Dia mengutip contoh salah satu kampanye semacam itu, yang dijuluki "Doppelgnger," yang baru-baru ini terungkap dan melibatkan situs web kloning, artikel palsu, dan unggahan media sosial menyesatkan yang meniru media Eropa yang mapan untuk mendorong narasi pro-Rusia.
Membesarnya dukungan bagi Rusia di Eropa
Para peneliti mengatakan mayoritas kampanye disinformasi pro-Kremlin yang menargetkan audiens Jerman memiliki satu dari tiga tujuan, yakni melemahkan dukungan untuk Ukraina, mencoreng citra NATO, atau memperkuat suara pro-Rusia di seluruh Jerman.
"Kami melihat bahwa strategi ini secara bertahap mencapai tujuannya, dan debat publik di Jerman semakin bergeser ke arah yang melayani kepentingan Kremlin," kata Felix Kartte, analis politik dan peneliti senior di Mercator Foundation Jerman.
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
"Dua partai yang mewakili posisi pro-Kremlin, AfD dan Aliansi Sahra Wagenknecht, sekarang juga mendapat perhatian signifikan di media tradisional," katanya kepada DW.
Baik partai sayap kanan AfD, Alternatif untuk Jerman, maupun nasionalis sayap kiri Aliansi Sahra Wagenknecht, BSW, meraih hasil yang memecahkan rekor dalam pemilihan negara bagian baru-baru ini.
Cara memerangi pengaruh Rusia
Sejauh ini, pemerintah Jerman gagal mengembangkan "strategi komprehensif yang mengenali, menganalisis, dan secara efektif menangkal kampanye" yang diluncurkan oleh Rusia, kata Kartte.
Dia menekankan bahwa strategi semacam itu untuk melawan operasi pengaruh Rusia perlu mengatasi masalah tersebut di berbagai tingkatan.
"Hal ini akan mencakup regulasi yang lebih baik terhadap platform daring, memperkuat media independen, khususnya jurnalisme lokal, dan analisis yang lebih baik terhadap dukungan finansial tokoh-tokoh pro-Kremlin terkemuka di Jerman oleh badan keamanan dan intelijen," katanya.
Diadaptasi dari artikel DW bahasa Jerman
(ita/ita)