Kepulauan Anambas -
Batik sudah melekat dengan kebudayaan masyarakat Indonesia. Bahkan, batik sudah diakui sebagai warisan dunia tak benda dari Indonesia oleh UNESCO.
Banyak daerah kini memiliki batik khas tersendiri. Tak terkecuali di Kepulauan Anambas, Provinsi Kepulauan Riau. Di Desa Genting Pulur terdapat batik yang dibuat menggunakan batang dan buah mangrove atau bakau. Unik ya!
Koordinator Kelompok Batik Mangrove Genting Pulur, Bambang Asmara mengatakan awal mula terpikirkan menggunakan batang dan buah mangrove karena mendapat informasi dari temannya yang sebelumnya pernah membuat batik dari batang dan buah mangrove.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena kita ada teman orang lokal konservasi. Mereka pernah membuat program itu dulunya. Jadi dari situlah kita bisa tahu," ujar Bambang ditemui di galeri Batik Mangrove Genting Pulur beberapa waktu lalu.
Kelompok Batik Mangrove Genting Pulur resmi terbentuk pada 2023. Dengan semangat mengangkat pamor dan ciri khas tempat tinggalnya, Bambang Asmara mengajukan beberapa proposal kepada intansi pemerintahan setempat. Namun, dukungan tersebut terbentur biaya. Hingga dukungan pun datang dari pihak swasta.
Batik Genting Pulur diwarnai menggunakan batang dan buah mangrove. Foto: dok. Rifkianto Nugroho/detikcom
Selain mengangkat tradisi dan budaya, kelompok Batik Mangrove Genting Pulur juga ingin menjaga lingkungan dengan memanfaatkan limbah mangrove, serta mencoba memperkenalkan potensi di desa yakni hutan bakau. Menurut Bambang, luas hutan bakau di daerahnya mencapai 58 hektare. Selain itu terdapat keunikan yang membuat mangrove di sana berbeda dengan daerah lain.
"Kalau daerah lain, seperti contoh di Kalimantan itu banyak hutan bakau, bahkan ribuan mungkin jutaan hektare tapi mereka rata-rata (batang pohonnya) kecil-kecil, pendek-pendek. Tapi kalau kami di sini, banyak pohon bahkan di sana ada yang lebih dari satu drum (diameternya)," ujar Bambang yang juga merupakan mantan Kades Genting Pulur.
Sekretaris Batik Mangrove Genting Pulur, Widyawati mengatakan batang dan buah mangrove digunakan untuk pewarnaan kain batik. Batang dan buah yang digunakan merupakan limbah alami yang banyak ditemukan di sekitar hutan bakau di Desa Genting Pulur.
"Untuk pewarnaan dari batang menghasilkan warna coklat sedangkan untuk buah propagol tadi buah bakau menghasilkan warna coklat muda," ujar Widyawati.
Untuk menghasilkan warna, batang dan buah mangrove terlebih dahulu dijemur. Kemudian agar warnanya timbul, batang dan buah mangrove tersebut harus direbus terlebih dahulu. Hingga kini kelompok Batik Mangrove Genting Pulur berhasil membuat empat warna batik yakni hitam, biru, cokelat, dan cokelat muda.
Batik Genting Pulur diwarnai menggunakan batang dan buah mangrove. Foto: dok. Rifkianto Nugroho/detikcom
Sedangkan motif Batik Mangrove Genting Pulur terdiri dari motif bulan purnama, pucuk rebung, ikan sekawan, dan perahu layar. Namun sebenarnya terdapat motif lain yang belum diproduksi karena terkendala kerumitannya yakni tudung saji.
Promosi Lewat Media Sosial
Hingga saat ini kelompok Batik Mangrove Genting Pulur sudah menjual lebih dari 100 kain. Karena terkendala sumber daya manusia dan bahan-bahan, proses produksi masih mengandalkan sistem pemesanan.
Namun, kelompok ini terus gencar mempromosikan batik kebanggannya melalui media sosial seperti WhatsApp, Instagram, dan TikTok.
"Dampak internet bagi kami para pembatik Genting Pulur ini sangat bermanfaat untuk kami mempromosikan agar batik kami ini terkenal lebih luas," ujar Widyawati.
Batik Mangrove Genting Pulur telah hadir di acara-acara pameran. Selain itu penjualannya telah sampai ke Jakarta dan Batam. Bahkan Negeri Paman Sam atau Amerika pun telah disinggahinya. Satu lembar kain batik mangrove dijual mulai Rp 400 ribu hingga Rp 500 ribu.
"Pernah dibawa temannya Pak Ronald (Kabid Diskominfo Anambas) dia ke Amerika, dia bawa batik yang motif ini. Motif bulan purnama," ujar Bambang Asmara.
Sekadar diketahui, Genting Pulur merupakan salah satu desa penerima bantuan USO (universal service obligation) dari Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informatika (BAKTI) Komdigi berupa pembangunan tower BTS. Di Desa Genting Pulur, BTS yang dibangun dihuni oleh operator XL Axiata yang memancarkan sinyal 4G.
detikcom bersama BAKTI Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) mengadakan program Tapal Batas untuk mengulas perkembangan ekonomi, wisata, infrastruktur, dan pemerataan akses internet di wilayah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar). Ikuti terus berita informatif, inspiratif, unik dan menarik dari program Tapal Batas di tapalbatas.detik.com!
(prf/ega)