Jakarta -
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyesalkan tragedi tewasnya siswa SMK di Padalarang, MDR (17) saat sedang memperagakan adegan bunuh diri dalam pentas seni. KPAI memandang semestinya penggunaan properti tak luput dari pengawasan guru.
"Kami menyesalkan dengan kejadian yang nahas tersebut, mestinya tetap dalam pengawasan dan pembinaan guru atau pelatih bahkan seharusnya properti drama diperiksa sebelum digunakan," kata Komisioner KPAI Aris Adi Leksono kepada wartawan, Sabtu (22/2/2025).
Aris mendorong pihak berwajib bergerak cepat dalam menangani kasus tersebut. Menurutnya, dugaan siswa tertusuk gunting yang dipakai sebagai properti dalam adegan pementasan seni perlu ditelusuri lebih lanjut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Agar diketahui sebab utamanya apa, benar tidak sengaja atau disengaja menggunakan gunting asli atau seperti apa perlu pihak berwajib bergerak cepat melakukan investigasi," jelasnya.
Selain itu, Aris meminta supaya tragedi ini menjadi perhatian satuan pendidikan. Ke depan, ia mendorong agar satuan pendidikan menerapkan child safeguarding atau kebijakan perlindungan anak.
"Kejadian tersebut perlu menjadi perhatian satuan pendidikan untuk tetap melakukan pengawasan setiap aktivitas anak, memastikan aman, tidak ada benda berbahaya yang digunakan. Ke depan setiap satuan Pendidikan dapat menerapkan Child Safeguarding," ucapnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan, child safeguarding adalah kebijakan, prosedur, dan praktik untuk melindungi anak-anak dari kekerasan dan eksploitasi. Child safeguarding, jelasnya, juga merupakan upaya untuk mencegah bahaya, pelecehan, dan pengabaian pada anak-anak.
"Child safeguarding penting karena menjaga keamanan anak-anak, keluarga mereka, dan masyarakat. Lalu menjamin hak-hak anak untuk hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal," terangnya.
"Melindungi anak-anak dari kekerasan, pelecehan, penelantaran, eksploitasi seksual, atau yang telah disakiti, serta menjamin keselamatan dan kesejahteraan anak-anak saat berinteraksi dengan layanan yang disediakan sekolah dan tempat kerja," lanjutnya.
Tragedi tersebut terjadi pada Kamis (20/2/2025) sekitar pukul 10.00 WIB. Korban sempat dibawa ke rumah sakit sampai akhirnya meninggal. Saat ini jasad MDR masih diautopsi di RS Sartika Asih untuk mengetahui penyebab pasti kematiannya.
Adegan bunuh diri dalam pentas seni yang dilakukan korban adalah dalam rangka ujian praktik siswa kelas 3 itu. Saat itu korban berperan sebagai perempuan yang sedang hamil, kemudian melakukan bunuh diri.
Korban yang berperan sebagai perempuan hamil itu mengenakan balon berisi cairan merah agar menyerupai darah. Dalam ceritanya, MDR bunuh diri menggunakan gunting.
"Terkait properti yang digunakan itu ternyata gunting, dan guntingnya asli. Mungkin karena saking mendalami perannya itu sehingga terjadi hal yang tidak diinginkan di akhirnya," kata Ridwan, salah satu guru sekaligus memiliki jabatan humas di sekolah tersebut, dilansir detikJabar, Jumat (21/2/2025).
Kapolres Cimahi AKBP Tri Suhartanto mengatakan, berdasarkan keterangan sementara dari saksi, MDR melakukan adegan bunuh diri dengan menusukkan gunting ke perutnya.
"Kalau dari cerita yang diperagakannya, korban ini melakukan aksi bunuh diri (menggunakan gunting), kemudian terlihat seperti pingsan," kata Tri saat ditemui, dilansir detikJabar, Kamis (20/2/2025).
Tri mengatakan properti gunting tersebut langsung diamankan. Pihaknya juga langsung memintai keterangan tiga saksi mata mengenai insiden berujung tewasnya MDR.
"Saat ini kami sedang kami dalami terkait adegan bunuh diri tersebut dan properti yang digunakan. Saat ini kami sudah minta keterangan terhadap 3 orang saksi, sehingga cerita sampai korban meninggal ini bisa secara utuh didapatkan," kata Tri.
(taa/dhn)
Hoegeng Awards 2025
Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu