Bagaimana China Membuat DeepSeek di Tengah Hadangan AS?

15 hours ago 4

Jakarta -

Pembatasan pasokan chip akibat kebijakan Amerika Serikat membuat industri di China harus memutar otak guna berinovasi dalam pengembangan kecerdasan buatan (AI). Industri China didukung melimpahnya talenta muda di dunia teknologi informasi dari kampus-kampus ternama negeri tersebut.

ChatGPT sempat menggemparkan dunia dengan kecerdasan buatan (AI).

Sebuah pertanyaan sempat muncul apakah China bisa menandingi Amerika Serikat?

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dua tahun berselang, China menciptakan model AI baru dan dalam sekejap membalikkan pertanyaan itu: mampukah AS menghentikan inovasi China?

Sebelum kemunculan DeepSeek, Beijing dinilai belum bisa menandingi ChatGPT karena layanan chatbot itu tidak tersedia di China.

China sempat menghadirkan Ernie, chatbot dari raksasa mesin pencari Baidu, tapi banyak dicibir penggunanya.

Kemudian muncul versi dari perusahaan teknologi Tencent dan ByteDance, yang dianggap sebagai pengikut ChatGPTtetapi dinilai tak bisa menyamai ChatGPT.

AS sempat yakin bahwa mereka unggul dalam persaingan ini dan berupaya mempertahankan keunggulan tersebut dengan melarang ekspor chip dan teknologi canggih ke China.

Namun, itu semua berubah dengan kelahiran DeepSeek.

Peluncuran DeepSeek telah mengejutkan industri teknologi Silicon Valley dan dunia.

Perusahaan tersebut mengatakan bahwa modelnya yang canggih jauh lebih murah daripada proyek perusahaan-perusahaan AI dari AS yang bernilai miliaran dolar.

Lalu, bagaimana bisa sebuah perusahaan yang tidak dikenal meraih pencapaian ini?

Tantangan

AS sempat melayangkan pukulan telak kala melarang produsen chip terkemuka dunia seperti Nvidia menjual chip canggih ke China.

Padahal chip-chip tersebut penting untuk membuat model AI canggih yang dapat melakukan berbagai tugas manusia, mulai dari menjawab pertanyaan dasar hingga memecahkan soal matematika yang kompleks.

Dalam sebuah wawancara media, Liang Wenfen selaku pendiri DeepSeek, mengaku bahwa larangan ekspor chip ke China merupakan "tantangan utama" bagi perusahaan yang dipimpinnya.

Padahal, jauh sebelum larangan tersebut, DeepSeek memperoleh "stok chip yang cukup banyak" seperti chip Nvidia A100 yang berjumlah 10.000 hingga 50.000 unit, sebagaimana diberitakan MIT Technology Review.

Model AI terkemuka di Barat diperkirakan menggunakan sekitar 16.000 chip canggih. Tetapi DeepSeek mengatakan mereka melatih model AI mereka menggunakan 2.000 chip canggih ditambah ribuan chip kelas bawah. Inilah yang membuat produk mereka lebih murah.

garisBBC

BBC News Indonesia hadir di WhatsApp.

Jadilah yang pertama mendapatkan berita, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda.

garisBBC

Para ahli mengatakan larangan AS membawa tantangan dan peluang bagi industri AI China.

Hal itu telah "memaksa perusahaan-perusahaan China seperti DeepSeek untuk berinovasi" sehingga mereka dapat melakukan lebih banyak dengan sumber daya yang lebih sedikit, kata Marina Zhang, seorang profesor asosiasi di University of Technology Sydney.

"Meskipun pembatasan ini menimbulkan tantangan, mereka juga memacu kreativitas dan ketahanan, sejalan dengan tujuan kebijakan China yang lebih luas untuk mencapai kemandirian teknologi."

Liang WenfungCCTV Pendiri DeepSeek, Liang Wenfung (kanan), dalam rapat dengan pejabat pemerintah China.

China diketahui telah berinvestasi besar-besaran dalam teknologi tinggimulai dari baterai yang mendukung kendaraan listrik dan panel surya, hingga AI.

Hal ini membuat China menjadi negara adidaya teknologi.

Di sisi lain pembatasan pasokan chip yang diterapkan Washington membuahkan tantangan bagi Beijing.

Peluncuran model baru DeepSeek pada 20 Januari, bertepatan dengan pelantikan presiden AS yang baru, adalah sesuatu yang disengaja, menurut Gregory C Allen, seorang ahli AI di Center for Strategic and International Studies.

"Waktu dan cara penyampaiannya. Pemerintah China ingin semua orang memikirkan itubahwa kontrol ekspor tidak berfungsi dan Amerika bukanlah pemimpin global dalam AI," kata Mr. Allen, mantan direktur strategi dan kebijakan di US Department of Defense Joint Artificial Intelligence Center.

Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah China telah membina bakat di sektor AI, memberikan beasiswa dan hibah penelitian, serta mendorong kemitraan antara universitas dan industri.

Menurut Zhang, National Engineering Laboratory for Deep Learning dan inisiatif yang didukung negara lainnya telah membantu melatih ribuan spesialis AI.

Hasilnya China memiliki banyak insinyur berbakat untuk direkrut.

Talenta muda

Para pengamat dari negara-negara Barat kerap luput mengamati "lahirnya generasi baru pengusaha yang mengedepankan penelitian mendasar dan pengembangan teknologi jangka panjang daripada sekadar mengincar profit secara cepat."

Kondisi ini yang membedakan dunia Barat dengan China.

Contohnya DeepSeek.

Media-media China menyebut perusahaan tersebut hanya diisi kurang dari 140 orang. Sebagian besar dari mereka, menurut para warganet, dianggap sebagai "talenta dalam negeri" dari universitas-universitas elite China.

Kampus-kampus terkemuka China diketahui telah mencetak telenta-talenta untuk sektor AI secara cepat. Kondisi ini berdampak pada dunia industri. Banyak perusahaan sektor AI di China memperkerjakan manajer-manajer di bawah usia 35 tahun.

"Karena tumbuh selama kemajuan teknologi pesat China, mereka sangat termotivasi oleh dorongan untuk mandiri dalam inovasi," kata Zhang.

Salah satu contoh dari generasi talenta baru ini adalah pendiri DeepSeek, Liang Wenfeng. Wenfeng merupakan lulusan Universitas Zhejiang.

Dalam sebuah artikel di media teknologi 36Kr, disebutkan bahwa orang-orang yang mengenalnya menilai dia "lebih seperti seorang kutu buku daripada seorang bos".

Media China juga menggambarkannya sebagai seorang "idealis teknis". Ia berkeras mempertahankan DeepSeek sebagai platform sumber terbuka.

Faktanya, para ahli juga percaya bahwa budaya sumber terbuka yang berkembang pesat telah memungkinkan perusahaan rintisan untuk mengumpulkan sumber daya dan maju lebih cepat.

Para ahli dan mereka yang pernah bekerja untuk DeepSeek mengatakan perusahaan itu tidak seperti perusahaan teknologi China besar lain. Menurut mereka, DeepSeek memprioritaskan penelitian, yang memungkinkan lebih banyak eksperimen.

"50 talenta teratas di bidang ini mungkin tidak ada di China, tetapi kita dapat membangun orang-orang seperti itu di sini," kata Mr. Liang dalam sebuah wawancara dengan 36Kr.

Namun para ahli bertanya-tanya seberapa jauh DeepSeek bisa melangkah.

Zhang mengatakan bahwa "pembatasan baru AS dapat membatasi akses ke data pengguna Amerika, yang berpotensi memengaruhi bagaimana model China seperti DeepSeek dapat mendunia".

Sementara Allen mengatakan AS masih memiliki keuntungan besar, "jumlah sumber daya komputasi mereka yang sangat besar".

Di sisi lain masih belum jelas bagaimana DeepSeek akan terus menggunakan chip canggih untuk meningkatkan performa modelnya.

Namun untuk saat ini, DeepSeek menikmati keunggulannya ketika sebagian besar orang di China belum pernah mendengarnya.

Pahlawan-pahlawan AI

Ketenaran mendadak Liang membuatnya jadi sensasi di media sosial China.

Ia dipuji sebagai salah satu dari "tiga pahlawan AI" dari Provinsi Guangdong, wilayah yang berbatasan dengan Hong Kong.

Dua lainnya adalah Zhilin Yang, seorang ahli terkemuka di Universitas Tsinghua, dan Kaiming He, yang mengajar di MIT di AS.

DeepSeek telah sumber kebahagiaan pengguna internet China menjelang Tahun Baru Imlek.

Berita mengenai DeepSeek jadi kabar baik bagi ekonomi yang sedang terpuruk dan industri teknologi yang tengah menghadapi kemungkinan peningkatan tarif dan kemungkinan penjualan TikTok di AS.

"DeepSeek menunjukkan kepada kita bahwa hanya jika Anda memiliki yang asli, Anda akan tahan uji waktu," bunyi sebuah komentar di platform media sosial Weibo.

"Ini adalah hadiah tahun baru terbaik. Semoga tanah air kita makmur dan kuat," bunyi komentar lainnya.

Analis utama Counterpoint Research, Wei Sun, menggambarkan reaksi publik China sebagai "Perpaduan antara keterkejutan dan kegembiraan, khususnya di dalam komunitas sumber terbuka."

Tahun Baru Imlek

Kesuksesan DeepSeek ditanggap dengan keceriaan saat Tahun Baru Imlek di China. (Getty Images)

Fiona Zhou, seorang pekerja teknologi di Kota Shenzhen di selatan China, mengatakan bahwa akun media sosialnya "tiba-tiba dibanjiri postingan terkait DeepSeek".

"Orang-orang menyebutnya 'kejayaan buatan China' dan mengatakan bahwa DeepSeek mengejutkan Silicon Valley. Jadi saya mengunduhnya untuk melihat kualitasnya."

Fiona sempat mencoba DeepSeek dengan bertanya tentang "empat pilar takdirnya", atau ba-zi sebuah horoskop pribadi yang didasarkan pada tanggal dan waktu kelahiran.

Namun DeepSeek salah menjawab perihal pertanyaan tersebut. Meskipun mesin tersebut memberi penjelasan menyeluruh tentang proses berpikir mesin itu, namun hasilnya bukanlah "empat pilar" dari ba-zi yang Fiona harapkan.

Fiona mengatakan akan tetap mencobanya di tempat kerja, karena mungkin akan lebih berguna untuk pekerjaan-pekerjaannya.

(ita/ita)

Loading...

Hoegeng Awards 2025

Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial