Jakarta -
Sebanyak lima provinsi di Indonesia masuk dalam kategori perilaku individu yang ramah lingkungan. Lima provinsi itu adalah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), DKI Jakarta, Maluku, Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan Kalimantan Timur.
Hal itu diungkapkan oleh Direktur Program Penelitian LP3ES, Erwan Halil, dalam Diseminasi Indeks Perilaku Ramah Lingkungan Hidup (IPRLH) di Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (29/11/2024). Erwan mengatakan, kelima provinsi itu meraih indeks di atas rata-rata nasional, adapun rata-rata nasional mendapatkan skor 0,52.
"Ada lima provinsi di Indonesia yang kategorinya itu masuk dalam kategori perilaku ramah lingkungan. Ada Aceh, Yogyakarta, DKI Jakarta, Kalimantan Timur dan Maluku, itu dia di atas rata-rata nasional 0,52, itu juga kategorinya cukup ramah," kata Erwan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Erwan menjelaskan, meski kelima provinsi itu masuk ke dalam kategori perilaku individu ramah lingkungan, tetapi jika disandingkan dengan data daya dukung lingkungan, maka ditemukan perbedaan yang bertolak belakang.
Dia mengatakan, daerah dengan daya dukung lingkungan hidup fisik yang mengalami banyak kerusakan, memiliki perilaku individu yang cenderung ramah lingkungan. Sebaliknya, provinsi dengan daya dukung lingkungan hidup fisik yang cukup terjaga, perilaku individu justru cenderung tidak ramah lingkungan.
"Tetapi ketika disandingkan dengan status lingkungan hidupnya, di Jakarta di Yogyakarta, itu informan kita menyebutkan, kondisi fisiknya itu sudah "parah", tapi perilaku individunya ramah lingkungan, nah ini kan kaya semacam anomali," katanya.
"Kita juga melihat, ada beberapa provinsi yang perilakunya rentan tidak ramah lingkungan, tapi kondisi lingkungannya itu baik. Seperti di Papua, yang perilakunya, karena faktor pendidikan dan sebagainya, sehingga nilai indeksnya itu rentan untuk tidak ramah lingkungan," jelasnya.
Erwan mengatakan, temuan tersebut perlu ditindaklanjuti, sehingga perilaku individu yang tinggal di daerah-daerah dengan lingkungan fisik yang masih terjaga-juga menerapkan praktik perilaku ramah lingkungan hidup.
"Kita ini memiliki modalitas lingkungan hidup yang cukup baik, misal ketersediaan air sepanjang waktu, tapi perilaku kita tidak cukup ramah, misalnya tidak mematikan keran," katanya.
"Ini artinya apa? Mentang-mentang banyak lantas boros gitu, nah ini kan praktek-praktek seperti ini yang harus kita jaga, agar jangan terjadi gitu. Artinya di daerah-daerah yang kualitas lingkungan fisik masih bagus, perilakunya harus kita dorong bagus," ucapnya.
Untuk diketahui, penelitian Indeks Perilaku Ramah Lingkungan Hidup (IPRLH) dilakukan oleh LP3ES dan bekerja sama dengan Direktorat Pencegahan Dampak Lingkungan Kebijakan Wilayah dan Sektor KLHK. Penelitian dilakukan dengan pengumpulan data dari 15.200 responden yang tersebar di 38 provinsi di Indonesia.
Bakal Jadi Dasar Bikin Kebijakan
Sementara itu, Kasubdit Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup, Direktorat Pencegahan Dampak Lingkungan Kebijakan Wilayah dan Sektor KLHK, Laila Nur Anisa, mengatakan indeks tersebut memotret secara menyeluruh perilaku individu terhadap lingkungan hidup di Indonesia. Dia mengatakan indeks itu bakal dijadikan dasar pengambilan kebijakan.
"Tujuannya adalah, kita bisa memotret perilaku individu masyarakat dan seluruh masyarakat Indonesia terhadap pemanfaatan lingkungan, ada air, lahan, kehati, laut dan udara," kata Laila.
Laila mengatakan IPRLH memasukkan faktor perilaku manusia yang tidak terpisahkan dari lingkungan hidup. Dia berharap indeks itu dapat menjaga keberlanjutan kehidupan manusia dan daya dukung lingkungan terus terjaga.
"Lingkungan hidup bukan hanya benda, daya, keadaan, tapi juga meliput manusia dan perilakunya. Yang tentu saja, itu akan mempengaruhi alam itu sendiri dan mempengaruhi kelangsungan kehidupan dan ujung-ujungnya untuk kesejahteraan manusia," ucapnya.
(taa/taa)