Jakarta -
Bali kembali menjadi sorotan dunia. Baru-baru ini, Desa Jatiluwih dianugerahi penghargaan bergengsi oleh United Nations World Tourism Organization (UNWTO) sebagai salah satu desa wisata terbaik di dunia.
Namun, di sisi lain, Fodor's Travel menempatkan Bali dalam daftar No List 2025. Hal itu disebabkan karena adanya isu keberlanjutan dan overtourism.
Menyikapi dua isu tersebut, Utusan Khusus Presiden Bidang Pariwisata Zita Anjani menilai penghargaan dan kritik tersebut merupakan peluang untuk memperbaiki diri serta mengembangkan pariwisata di Bali. Hal itu diungkapkan Zita saat berdiskusi dengan berbagai pemangku kepentingan untuk membahas tantangan pariwisata Bali, Bali, beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kritik Fodor's adalah pengingat bahwa masih banyak pekerjaan rumah yang harus kita selesaikan. Namun, penghargaan dari UNWTO juga membuktikan bahwa Bali memiliki potensi luar biasa. Kedua hal ini harus kita maknai sebagai peluang untuk menjadikan Bali sebagai contoh destinasi pariwisata berkualitas di tingkat global," kata Zita dalam keterangan tertulis, Minggu (24/11/2024).
Dia mengatakan dalam diskusi tersebut ada sejumlah point yang dibahas seperti pengelolaan sampah, keamanan, regulasi wisata, hingga edukasi budaya bagi wisatawan.
Untuk pengelolaan sampah dan keberlanjutan, Zita mengatakan pihaknya mendukung penerapan teknologi modern untuk atasi masalah tersebut.
"Mendorong penerapan teknologi modern untuk pengolahan sampah yang ramah lingkungan serta edukasi kepada masyarakat dan wisatawan tentang pentingnya keberlanjutan," tuturnya.
Zita menambahkan untuk isu keamanan dan infrastruktur wisata pihaknya mendukung terbentuknya command center. Lewat hal itu bisa mengatasi masalah isu pariwisata dan mempercepat pembangunan infrastruktur.
"Pembentukan command center untuk menangani isu komunikasi pariwisata dan mempercepat pengembangan infrastruktur seperti akses jalan dan layanan publik, demi kenyamanan wisatawan," jelasnya.
Dia menambahkan untuk isu edukasi norma dan budaya. Dirinya memberikan dukungan pemberian edukasi kepada para wisatawan terkait norma dan budaya lokal. Langkah itu dilakukan agar para wisatawan dalam dan luar negeri turut menghormati budaya lokal yang ada di Bali.
"(Perlu) Dilakukannya edukasi bagi wisatawan tentang norma dan budaya lokal menjadi salah satu langkah penting untuk menjaga harmoni antara masyarakat Bali dan wisatawan," ungkapnya.
Mantan Wakil Ketua DPRD Jakarta ini juga mengatakan regulasi wisata dan penegakan hukum juga diperlukan. Hal itu perlu menjadi prioritas untuk menjaga menjaga keberlanjutan wisata di Bali.
"Regulasi yang tegas terhadap WNA ilegal, KTP ilegal, dan perizinan akomodasi menjadi prioritas untuk menjaga keberlanjutan pariwisata. Aparat terkait untuk lebih tegas mengenai hal ini," jelasnya.
Zita turut mendorong pengembangan desa wisata seperti Jatiluwih dan kawasan Nusa Penida sebagai destinasi berbasis budaya dan alam. Lewat pembangunan dua daerah tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat langsung kepada masyarakat lokal.
"Bali adalah ikon pariwisata Indonesia. Untuk menjaga reputasi ini, kita harus bersinergi antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat. Kritik dan apresiasi global adalah bentuk cinta dunia kepada Bali. Mari kita jadikan ini momentum untuk berbenah," tutupnya.
Tonton juga Video Daftar 7 Utusan Khusus Presiden Prabowo: Mardiono hingga Zita Anjani
(prf/ega)