Sejarah Reog Ponorogo yang Resmi Jadi Warisan Budaya UNESCO

1 month ago 36

Jakarta -

Reog Ponorogo resmi menjadi bagian dari daftar Warisan Budaya Takbenda (WBTb) UNESCO. Kesenian tradisional dari Jawa Timur ini kini resmi menjadi Warisan Budaya Takbenda dari Indonesia ke-14 yang dienkripsi ke dalam daftar UNESCO.

Penetapan tersebut diresmikan dalam Sidang ke-19 Intergovernmental Committee for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage di Paraguay, pada Selasa (3/12/2024). Menteri Kebudayaan Fadli Zon mengatakan keputusan Reog Ponorogo sebagai Warisan Budaya Takbenda UNESCO menjadi momen penting bagi Indonesia.

"Masuknya Reog Ponorogo sebagai sebuah representasi kekayaan warisan budaya Indonesia, yang memadukan keberanian, solidaritas, dan keindahan tradisi lokal ke dalam daftar WBTb UNESCO merupakan kebanggaan sekaligus pengingat tanggung jawab kolektif kita untuk menjaga dan mewariskannya kepada generasi mendatang," ujarnya dalam keterangan pers yang diterima, Rabu (4/12/2024).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Fadli Zon turut menyoroti tantangan pelestarian seni tradisional di era modern. Dia menegaskan pengakuan internasional atas kekayaan budaya Indonesia merupakan seruan untuk melestarikannya di tengah tantangan globalisasi dan modernisasi.

"Reog Ponorogo jangan sampai punah, dan harus dihidupkan kembali ekosistemnya," kata Fadli.

Kisah Asal Usul Reog Ponorogo

Reog Ponorogo merupakan seni tradisional yang berasal dari Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Reog Ponorogo mencerminkan harmoni antara tari, musik, dan mitologi. Seni ini menggambarkan keberanian, solidaritas, dan dedikasi yang telah menjadi identitas masyarakat Ponorogo selama berabad-abad. Reog juga merupakan simbol dari gotong royong, yang tercermin dalam proses kreatifnya, mulai dari pembuatan topeng hingga kolaborasi antara seniman, perajin, dan komunitas lokal.

Menurut cerita rakyat, seperti dilansir di situs Kebudayaan Kemdikbud, kesenian ini diyakini telah ada sejak era Kerajaan Kediri pada sekitar abad ke-9 Masehi. Kisahnya bermula di wilayah yang saat itu dikenal sebagai Wengker, tempat berdirinya Kerajaan Bantarangin. Kerajaan ini dipimpin oleh Prabu Klana Sewandono, seorang raja muda yang terkenal adil dan bijaksana. Ia didampingi oleh seorang patih bernama Pujangga Anom, seorang tokoh yang dikenal cerdas dan sakti. Dalam pertunjukan Reog, Pujangga Anom dikenal dengan nama Bujangganong.

Suatu malam, Prabu Klana Sewandono bermimpi bertemu seorang putri bernama Putri Songgolangit dari Kerajaan Kediri. Terpesona oleh kecantikannya, sang raja segera mengutus Patih Pujangga Anom untuk melamarnya. Putri Songgolangit bersedia menerima lamaran tersebut dengan satu syarat: Prabu Klana Sewandono harus menyajikan pertunjukan yang belum pernah ada sebelumnya.

Patih Pujangga Anom pun menemukan ide yang luar biasa dengan memanfaatkan Raja Singo Barong, makhluk berkepala harimau dengan burung merak bertengger di atasnya, yang sebelumnya telah ditaklukkan oleh Prabu Klana Sewandono.

Dipadukan dengan iringan musik tradisional, iring-iringan yang melibatkan Prabu Klana Sewandono dan Singo Barong inilah yang menjadi pertunjukan unik seperti yang diinginkan Putri Songgolangit. Kesenian ini kemudian dikenal sebagai Reog, sebagaimana kita kenal dan nikmati hingga kini.

(wia/imk)

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial