Jakarta -
Polri memuktahirkan perangkat tes pada proses rekrutmen anggota baru. Hal ini bertujuan agar proses seleksi betul-betul terjamin objektif sehingga menghasilkan personel yang berkualitas.
"Proses rekrutmen ini betul-betul kita pertimbangkan yang paling utama adalah kualitas," kata Irwasum Polri Komjen Dedi Prasetyo saat Rapat Persiapan Pendaftaran Penerimaan Anggota Polri Tahun 2025 di Gedung SSDM Polri, Jakarta Selatan, Rabu (5/2/2015).
Komjen Dedi menuturkan SDM Polri belajar dari masalah-masalah terdahulu, semisal peserta atau orang tua peserta yang mempermasalahkan perolehan nilai tes kesehatan dan psikologi. Oleh sebab itu dia memerintahkan seluruh perangkat alat ukur terverifikasi dan standar kualitasnya benar-benar jelas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Oleh sebab itu saya minta seluruh alat ukur yang kita gunakan dalam proses seleksi semuanya harus betul-betul terverifikasi dengan baik. Semuanya harus betul-betul disiapkan dengan baik karena waktu (seleksi) kita cukup panjang. Kita harus betul-betul bisa mitigasi masalah-masalah yang bisa timbul dalam proses tahapan-tahapan seleksi," tutur dia.
Sejak 2024, Polri sudah menambah komponen pemeriksaan kesehatan dalam proses rekrutmen seperti pemeriksaan kepadatan tulang, rontgen tulang belakang, USG abdomen. Teknologi digital dalam mendeteksi kondisi tubuh yakni Body Composition Analyzer untuk mendeteksi dini kemungkinan cedera pada tulang dan otot; juga Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI) II dengan metode Computer Assisted Test (CAT) untuk mendeteksi gangguan mental pada seseorang.
Cara kerja alat Body Composition Analyzer dengan mengecek komposisi tubuh yang terdiri dari lemak, massa otot, massa tulang, metabolisme umur sel, kandungan air, pembakaran aktivitas dalam tubuh, lemak dalam perut dan lain-lain.
Dalam pemeriksaan kesehatan juga diberlakukan pemeriksaan darah, HbA1c untuk mengecek prediksi diabetes melitus di kemudian hari, pengecekan anti-HCV untuk pengecekan Hepatitis C, di samping pemeriksaan lain yang sudah biasa dilakukan seperti cek fungsi paru atau spirometri, dan pemerikaaan lain oleh 11 spesialis klinis
Sementara itu untuk tes psikologi, perbedaan dengan MMPI dan MMPI II terletak pada variasi pertanyaan yang tertera bersifat baru, dan bisa diacak. MMPI II, lanjutnya, juga menyajikan soal-soal tes dengan hasil yang lebih rinci.
Foto ilustrasi: MMPI II CAT Test untuk seleksi Akpol 2024. (dok.istimewa)
Pada seleksi mendatang, tes psikologi akan menggunakan metode SJT yakni situational judgment test. Metode penilaian yang dirancang untuk mengevaluasi kemampuan seseorang dalam menghadapi berbagai situasi yang mungkin terjadi dalam lingkungan kerja.
Tes SJT ini bertujuan untuk mengukur keterampilan pengambilan keputusan, pemecahan masalah, dan kemampuan interpersonal kandidat.
Untuk pemeriksaan kesehatan, pada seleksi mendatang akan dilakukan pemeriksaan saraf. Dan khusus calon taruna Akademi Kepolisian akan dilakukan pemeriksaan EKG sebelum tes jasmani.
Instrumen-instrumen yang serba digital dalam proses rekrutmen anggota baru diharapkan semakin meningkatkan objektivitas hasil pemeriksaan. Apalagi, tambah dia, Polri diharuskan mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi.
Sebanyak 55 Bintara Remaja angkatan 54 Polrestabes Surabaya mengikuti upacara pembaretan di Mapolrestabes Surabaya, Senin (22/1/2024). (Dok Humas Polrestabes Surabaya)
Pada 2023, Polri sudah mulai menggunakan alat ukur digital pada tes jasmani seperti kecepatan lari, kecepatan renang, kemampuan pull up, sit up dan push up. Penggunaan alat digital atau nonmanual ini membuat hasil tes tak bisa dimanipulasi.
Contoh, panitia memasang alat penghitung digital di pinggir lintasan lari. Begitu calon taruna-taruni Akpol masuk lintasan dan mulai lari, sensor alat penghitung digital akan menyala dan melakukan bekerja secara otomatis.
(aud/aik)
Hoegeng Awards 2025
Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu