Jakarta -
Masyarakat Indonesia mungkin sudah cukup akrab dengan pusat perbelanjaan IKEA, apalagi bagi mereka yang senang belanja perabotan dan furnitur rumah. Namun tahukah detikers bagaimana sejarah perkembangan IKEA hingga kini turut hadir di Indonesia?
Dalam catatan detikcom, IKEA pertama kali didirikan oleh Ingvar Kamprad pada 1943 silam di Almhult, sebuah kota kecil di Swedia. Nama IKEA sendiri diambil dari singkatan nama sang pendiri, yang kala itu masih berusia 17 tahun.
Tak seperti sekarang yang terkenal dengan berbagai produk perabotnya, Ingvar dulu memulai bisnisnya dengan menjual jam tangan dan pena yang dia impor sendiri dari luar negeri. Dia juga menjual sejumlah pemantik api untuk rokok.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ingvar memang memiliki jiwa dagang tinggi. Dia menjual barang dagangannya ke sejumlah orang dan kenalannya terdekat. Ingvar rajin mengiklankan barang-barangnya bisa diantar melalui paket langsung ke pembeli.
Awalnya, Ingvar punya ide menggunakan jasa pengantar susu yang selalu mengisi gentong susu ke rumah-rumah warga saat pagi. Dia meminta pengantar susu mengantarkan barang dagangannya yang dipaketkan ke rumah pembeli.
Jadi setiap pagi Ingvar meletakkan barang dagangannya di tempat gentong-gentong susu di luar rumahnya. Namun ternyata bungkus barang ini rusak karena cuaca dingin, dan tulisan alamat pembelinya pun pudar.
"Ingvar tak habis akal, dan menciptakan bilik 2 x 2 meter untuk meletakkan barang dagangannya agar terhindar dari cuaca dingin. Itulah tempat distribusi pertama yang digunakan Ingvar dalam berbisnis, dengan merek IKEA," papar Juni Wannbergn perwakilan IKEA Swedia saat kunjungan ke Museum IKEA, Senin (25/8/2014).
Seiring waktu, bisnisIngvar melebar. Dalam buku berjudul: 'TheIKEA: StoryIngvarKamprad' disebutkan,Ingvar mulai berbisnis furnitur pada 1948, saat ituIngvar memasarkan produk furnitur dari sejumlah perajin.
Namun saat ini, bilik 2 x 2 meter yang digunakan Ingvar sebagai pusat distribusi telah luar biasa berubah. Sebab kini di Alhmult, tempat lahirnya IKEA,Ingvarpunya pusat distribusi atau biasa disebut IKEA DC (Distribution Center) dengan luas 256 ribu meter persegi.
Pusat distribusi ini didirikan pada 1964 dan terus meluas areanya, dan bahkan dilengkapi rel kereta untuk mendistribusikan barang-barang dari pemasok IKEA di seluruh dunia. Pusat distribusi ini mengantarkan barang dari pemasok ke 37 toko IKEA di wilayah Skandinavia. Tiap hari, ada sekitar 150 truk yang lalu lalang memasok dan mengantar barang dari pusat distribusi ini.
Tak hanya itu, bilik 2 x 2 meter milik Ingvar kini berevolusi menjadi pusat distribusi dengan mesin otomatis. Mesin ini mengatur penyimpanan dan pengambilan produk IKEA dari rak setinggi 23 meter dan panjang 200 meter, serta lebar 50 meter.
Perjalanan IKEA di Indonesia
Melansir situs resmi IKEA, pusat perbelanjaan furniture ini pertama kali hadir di Indonesia pada 1990 melalui IKEA Supply. Di mana kala itu, fokus utama IKEA adalah menjalin kemitraan dengan pemasok lokal untuk memproduksi produk-produk IKEA.
Dengan kata lain, meskipun toko fisik IKEA belum ada, pada awalnya produk-produk buatan Indonesia sudah menjadi bagian dari rangkaian produk global IKEA.
Namun, toko IKEA pertama resmi dibuka di Alam Sutera pada tahun 2014. Pembukaan toko ini menandai babak baru bagi IKEA di Indonesia, di mana konsumen dapat langsung mengunjungi toko dan berbelanja berbagai produk perabot rumah tangga yang ditawarkan.
IKEA di Indonesia merupakan bagian dari Dairy Farm International Holdings, anak perusahaan Jardine Matheson Group. IKEA Indonesia menjalin kerjasama dengan berbagai mitra lokal lainnya meliputi pemasok bahan baku, kontraktor pembangunan, hingga perusahaan logistik.
Dengan melibatkan mitra lokal, IKEA tidak hanya berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi Indonesia, tetapi juga memastikan bahwa produk-produk IKEA yang dijual di Indonesia sesuai dengan kebutuhan dan preferensi konsumen lokal.
Sejak saat itu, IKEA terus berkembang di Indonesia dengan membuka beberapa toko baru di berbagai kota besar, membawa konsep rumah yang fungsional dan estetika khas Swedia semakin dekat dengan masyarakat Indonesia.
(fdl/fdl)