Biaya Hidup Makin Mahal, Berapa Gaji Ideal untuk Tinggal di Jakarta?

4 hours ago 2

Jakarta -

Jakarta merupakan salah satu kota yang memiliki Upah Minimum Provinsi (UMP) tertinggi di Indonesia. Namun, biaya hidup di ibu kota juga semakin mahal. Berapa gaji yang ideal untuk tinggal di Jakarta?

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah menetapkan UMP 2025 sebesar Rp 5.396.761. Jumlah upah tersebut mengalami kenaikan 6,5% atau sekitar Rp 329.380 dari UMP 2024 yang berada di angka Rp 5.067.381.

Meski UMP terus naik, tetapi biaya hidup di Jakarta juga semakin mahal. Berdasarkan Survei Biaya Hidup (SBH) 2022 oleh Badan Pusat Statistik (BPS), rata-rata biaya hidup di Jakarta mencapai Rp 14,88 juta per bulan. Biaya tersebut untuk rumah tangga yang terdiri dari 2-6 anggota keluarga.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Data tersebut menggambarkan biaya hidup di Jakarta cukup besar dan bisa saja mengalami kenaikan seiring waktu, termasuk di 2025. Meski begitu, BPS belum merilis survei terbaru dan data tersebut masih menjadi acuan sementara.

Lantas, berapa gaji yang ideal untuk bisa hidup dengan layak di Jakarta?

Naiknya UMP di 2025 merupakan salah satu cara pemerintah agar masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan hidup. Namun, setiap orang memiliki kebutuhan hidup yang berbeda-beda, ada yang merasa cukup dan ada yang kekurangan.

Perencana Keuangan, Eko Endarto mengatakan untuk besaran gaji sesuai UMP seharusnya sudah cukup untuk hidup layak di Jakarta. Sebab, besaran UMP sendiri dihitung untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Namun, Eko tidak bisa mengelak bila cukup atau tidak cukupnya besaran gaji yang diterima sangat bergantung pada bagaimana seseorang dapat mengatur pengeluaran uang.

"Cukup nggak cukup bukan berdasarkan yang masuk ya, tapi bagaimana kita mengeluarkan yang masuk tadi atau bagaimana cara kita mengeluarkannya," kata Eko beberapa waktu lalu kepada detikcom.

"Jadi, kalau besar (gaji) Rp 5 juta apakah cukup, tergantung orangnya. Balik lagi kalau uang dikeluarkannya benar ya cukup, ketika dia mengeluarkan nggak benar ya nggak akan cukup," jelasnya.

Jika berkaca dengan kehidupan saat ini, gaya hidup masyarakat ibu kota sering kali bersifat konsumtif cenderung boros. Misalnya, nongkrong di kafe setiap minggu untuk sekadar konten di media sosial atau membeli barang dan makanan viral karena FOMO (fear of missing out).

Dengan mengikuti gaya hidup seperti itu, maka besaran gaji UMP yang diterimanya tidak akan pernah merasa cukup untuk bisa hidup layak di Jakarta. Eko menambahkan, gaya hiduplah yang harus menyesuaikan pendapatan dan bukan sebaliknya.

"Kalau mengikuti gaya hidup nggak pernah cukup ya, apa lagi mengikuti gaya hidup orang lain dia harus menyamakan diri dengan orang lain pasti nggak akan pernah cukup. Sehingga bukan mengikuti gaya hidup, tapi gaya hidup dia harus mengikuti penghasilan yang diterima. Jadi bukan kebalikannya," ujarnya.

"Berarti gaya hidup penghasilan Rp 15 juta akan berbeda dengan gaya hidup penghasilan yang Rp 5 juta. Misalkan kelas kafe-nya (tempat nongkrong), alokasi investasinya, apa yang digunakan untuk utang, itu pasti beda-beda," pungkas Eko.

Senada dengan Eko, Andy Nugroho yang juga merupakan seorang Perencana Keuangan mengatakan bahwa nilai UMP Jakarta sudah dapat memenuhi kebutuhan hidup layak, mulai dari pangan, sandang, dan papan.

"Menurut saya jumlah UMR yang ditetapkan oleh pemerintah Jakarta saat ini yang sebesar Rp 5 juta sekian sudah tepat untuk memenuhi kebutuhan hidup layak di Jakarta," kata Andy kepada detikcom beberapa waktu lalu.

"Yang dimaksud dengan biaya hidup layak sendiri, yaitu untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan pangan, sandang, dan tempat tinggal. Namun kemungkinan belum bisa mengakomodir apabila ketiga kebutuhan tersebut ingin dipenuhi secara lebih nyaman lagi atau bahkan sudah bersifat kemewahan," ungkapnya

Menurut Andy, jika sebuah keluarga memiliki penghasilan di bawah UMP, maka mereka harus menekan anggaran dan hidup lebih minimalis serta bijaksana dalam mengeluarkan uang.

"Apabila jumlahnya di atas Rp 5 juta sampai dengan Rp 10 juta tentu akan membuat kita lebih leluasa memenuhi berbagai kebutuhan dasar tersebut dan bahkan mungkin bisa lebih nyaman dan mewah lagi. Bila nominalnya di bawah Rp 5 juta bisa jadi masih dapat memenuhi ketiga kebutuhan dasar tadi secara lebih minimalis lagi, dan kemungkinan akan ada kenyamanan-kenyamanan yang semakin dikorbankan," pungkas Andy.


(ilf/fds)

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial