Kompol Mellisa Seberangi Laut Tangkap Pelaku Pencabulan, Peduli Anak Disabilitas

3 hours ago 2

Jakarta -

Kompol Mellisa Febriana Sianipar merupakan polisi wanita (polwan) yang hampir sepanjang kariernya berkutat di urusan perlindungan perempuan dan anak (PPA). Dia disebut sosok polwan yang peduli soal perlindungan anak dari ancaman kekerasan seksual.

Seorang guru sekolah luar biasa (SLB) di Kota Ambon, Maluku, Joice Latumahina, mengatakan dia bertemu Kompol Mellisa saat tempatnya mengajar dulu, SLB Tunarungu Karya Kasih, digandeng Polda Maluku untuk mengajarkan para polwan bahasa isyarat. Joice menceritakan Kapolda Maluku kala itu, Irjen Lotharia Latif, memiliki program ramah disabilitas yang salah satunya pelayanan Polri dengan bahasa untuk masyarakat disabilitas.

Joice mengusulkan Kompol Mellisa sebagai kandidat penerima Hoegeng Awards 2025 lewat tautan ini. Joice mengatakan Kompol Mellisa juga menciptakan lagu yang liriknya mengedukasi siswa-siswi disabilitas soal menjaga diri dari pelaku kejahatan seksual.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Awal mula saya mengenal Ibu Mellisa Sianipar, ketika pihak Polda Maluku datang berkunjung di SLB Tunarunggu Karya Kasih Ambon, tempat saya mengabdi dulu sebagai guru siswa Tunarungu (Teman Tuli). Kapolda Maluku berkerja sama dengan Komunitas Tuli Maluku dan SLB Tunarungu Karya Kasih Ambon,mengadakan program pelatihan bahasa isyarat bagi anggota kepolisian. Di antara semuanya, Ibu Mellisa merupakan sosok yang sangat antusias dan berdedikasi. Beliau cepat tangkap dalam membangun komunikasi dan memahami dengan baik pendekatan dengan siswa tuli. Membangun rasa percaya diri seluruh siswa dengan mengajari mereka sebuah lagu buatannya sendiri tentang cara menghindari ancaman pelecehan seks dengan di adaptasi dengan isyarat dari siswa Tuli," tulis Joice, seperti dilihat detikcom pada Senin (3/2/2024).

detikcom menghubungi Joice untuk mendalami sosok Kompol Mellisa. Joice menceritakan awal dirinya mengenal Kompol Mellisa saat ada kegiatan Polwan Polda Maluku datang ke SLB Tuna Rungu Karya Kasih beberapa tahun lalu. Joice sendiri kini mengajar di SLB Negeri Kota Ambon.

"Beliau begitu cepat tangkap dengan yang saya sampaikan tentang berkomunikasi dengan anak-anak kami. Jadi kami lihat cara mendekati anak-anak tunarungu dengan begitu baik, karena baru beberapa jam saja, beliau paham bagaimana bisa menyapa murid-murid dengan bahasa oral dan ekspresi," ujar Joice kepada detikcom.

Joice mengatakan Mellisa mengajarkan murid-muridnya agar tidak menjadi korban kekerasan seksual lewat sebuah lagu yang diciptakan Mellisa dan polwan lainnya. "Jadi liriknya apa saja bagian tubuh yang tidak boleh disentuh, kalau ada yang menyentuh lapor orang tua atau guru, atau berteriak," sambung dia,

Melihat hal tersebut, Joice menilai Mellisa memiliki kepedulian yang tinggi pada anak-anak. Joice berharap lagu yang yang diperkenalkan Kompol Mellisa diperdengarkan di sekolah-sekolah luar biasa lainnya.

"Kepeduliannya kepada anak-anak sangat sangat tinggi. Lagunya menurut saya sangat bagus sekali, walaupun anak tunarunu tidak bisa dengar tapi dengan peragaan dan ekspresi Ibu, anak-anak jadi paham. Menurut saya caranya sangat cocok untuk semua jenjang anak-anak, untuk melindungi mereka dari kejahatan seksual," tutur Joice.

"Bahkan akhir-akhir ini, sejak 2024, saya lihat ada dari pihak lain, LSM sudah mulai punya program seperti ini," tambah Joice.

Kompol Mellisa Sianipar saat menjalankan program yang diinisiasinya, 'Mangente Anak Sekolah'.Foto: Kompol Mellisa Sianipar (kemeja hitam) saat menjalankan program yang diinisiasinya, 'Mangente Anak Sekolah'. (dok. istimewa)

Program 'Mangente' Berawal dari Prihatin Bapak Perkosa Anak-Cucu

Terpisah, Kompol Mellisa menuturkan kegiatan edukasi pencegahan kekerasan seksual seperti yang Joice ceritakan adalah program 'Mangente'. Dia menginisiasi program itu usai mengasistensi kasus seorang ayah menyetubuhi anak-anak serta cucu-cucu kandungnya.

"Waktu itu ada kasus seorang bapak setubuhi anak dan cucunya yang diselidiki Polresta Ambon, saya kan kanit PPA Polda, jadi saya asistensi. Karena kasus ini juga sampai diatensi Menteri PPA. Korbannya ada lima, (yaitu) tiga anak kandung dan dua cucu. Anak kandungnya ini sampai melahirkan anak dari si bapak, itu sekitar 2021. Kami bantu kawal, pendampingan psikologi dan di P2TP2A," jelas Mellisa.

Kasus tersebut menganggu pikiran Mellisa karena pelaku merupakan orang terdekat korban. Mellisa beranggapan korban kekerasan seksual, terutama anak-anak tak tahu bagaimnana cara menyikapi perilaku mesum yang dilakukan orang dewasa terhadapnya, sehingga menurutnya penting adanya edukasi sejak dini kepada anak-anak.

"Melihat banyaknya kasus pencabulan yang pelakunya adalah orang terdekat, saya berinisiatif mengupayakan kampanye pencegahan. Tujuan utama 'Mangente' adalah anak-anak bisa menjaga diri sendiri, sehingga para pelaku kekerasan seksual anak juga akan berpikir ulang sebelum mereka melakukan hal tersebut pada sasaran korbannya," jelas Mellisa.

Seberangi Lautan Tangkap Pelaku Pencabulan Anak

Tak hanya kasus bapak perkosa anak dan cucu, Kompol Mellisa juga pernah menangani kasus pencabulan seorang anak oleh seorang tokoh masyarakat. Kasus ini membuat Kompol Mellisa harus menyeberangi laut karena tempat kejadian perkaranya berada di pulau lain.

"Anaknya empat tahun dicabuli, pelaku kakek-kakek, tetangganya. Jadi korban dipangku terus dicolok-colok kemaluannya sampai anak ini trauma. Akhirnya kita dari Polda datang ke sana," ucap ibu dari empat anak ini.

Dia dan timnya berangkat dari Ambon pukul 05.00 WIT dengan menumpang kapal ferry untuk menyeberang ke pulau yang dimaksud. Di sana dia melakukan olah TKP, pemeriksaan secara marathon hingga akhirnya kembali ke Ambon pukul 20.30 WIT.

"Di sana kami olah TKP, benar nggak sama cerita si anak, awalnya pelaku nggak ngaku. Selama dua jam kami cari kejujuran tersangka. Insting saya, pelaku ini bohong sampai akhirnya dia mengaku," cerita polwan yang kini berdinas di Puslabfor, Sentul, Bogor, Jawa Barat (Jabar).

Mellisa mengatakan dalam kasus ini, keluarga korban juga takut melapor. Ada kekhawatiran pihak pelaku menghasut masyarakat untuk membelanya.

"Jadi berawal dari anak kecil ini suka main ke rumah pelaku karena numpang nonton TV. Bapaknya korban mau melaporkan juga takut karena si kakek ini toko masyarakat di situ. Saya sendiri ada kekhawatiran bagaimana ini kalau dikepung masyarakat. Saat kami jemput pelaku juga nggak pakai mobil polsek," terang Mellisa.

Usai mendapat pengakuan pelaku, Mellisa membawa pelaku ke Polda Maluku di Kota Ambon untuk ditahan. Mellisa pun meminta keluarga korban dan pelaku untuk mempercayakan kasus ini pada polisi.

"Keluarga korban kami ajak diskusi supaya mereka juga nggak malu, keluarga pelaku juga kami ajak diskusi. Karena kalau misalkan akhirnya ramai, bisa jadi keluarga korban entah dikucilkan atau diapakan, karena keluarganya pelaku kan tokoh juga. khawatir mengintervensi keluarga korban, dan takut malah sebarin kalau ini bohong atau tekan keluarga korban," imbuh Mellisa.

Kompol Mellisa Sianipar (kemeja putih depan laptop).Kompol Mellisa Sianipar (kemeja putih depan laptop) saat melakukan BAP kasus tawuran anak. (dok. istimewa)

Dia pun menitipkan keselamatan keluarga korban kepada aparat polsek setempat. "Untuk mencegah juga polsek tetap memantau situasi dan kondisi di desa itu," kata Mellisa.

Dia pun mengamati jalannya kasus usai pelimpahan berkas ke kejaksaan hingga pengadilan. Kakek itu disebut dikenakan hukuman penjara selama 5 tahun 4 bulan.

Program 'Mangente' Berdayakan Polwan-polwan Non-penyidik PPA

Kompol Mellisa menjelaskan program 'Mangente' justru terealisasi usai dirinya pindah dinas ke Bid Propam Polda Maluku. Jam kerja di Bid Propam, katanya, lebih luang dibanding saat dia menjabat Kanit PPA Ditreskrimum Polda Maluku.

"Pada sekitar akhit tahun 2021, saya pindah ke Propam Polda Maluku bagian Pelayanan Pengaduan. Saya memiliki banyak waktu untuk mengembangkan beberapa ide saya yang sebenarnya sudah ingin saya jalankan sejak dulu, yaitu tentang pencegahan kekerasan seksual anak. Namun karena dulu sibuk menangani kasus, jadi tidak sempat terealisasi," terang Mellisa.

"Akhirnya di tahun 2022 saat saya juga dapat kesempatan menjadi Ketua Sie Pemberdayaan di organisasi polwan Polda Maluku, maka program ini saya jalankan. Saya mengajak polwan-polwan Polda Maluku yang berdinas di luar PPA," jelas dia.

Mellisa menuturkan kejahatan perempuan dan anak tak hanya ditanggulangi dengan upaya represif, tapi juga bisa dicegah dengan upaya edukasi yang humanis. Mellisa menuturkan upaya represif terhadap pelaku kejahatan seksual anak dikerjakan oleh Unit PPA, sementara dirinya yang telah di luar Unit PPA dan polwan-polwan lainnya dapat mengambil peran pencegahan dengan kegiatan edukatif dan humanis pada anak-anak.

"Karena di PPA sibuk mengurusi kasus. Diberdayakan untuk ke sekolah-sekolah, memberikan edukasi kepada anak-anak untuk mereka bisa menjaga diri sendiri. Supaya anak-anak tahu kalau diri mereka berharga," lanjut Mellisa.

Polwan yang tergabung dalam Program Mangente, jelas Mellisa, diberikan pelatihan komunikasi, hukum, hingga psikologi. Hingga dia dimutasi ke Mabes Polri, Program Mangente masih berjalan sampai saat ini.

"Jadi saya dan tim memulai dengan memberikan pelatihan kepada polwan-polwan dari ahli di bidang komunikasi, hukum (PPA), dan psikologi. Kemudian membuat lagu dan gerakan, dan mendatangi sekolah-sekolah," pungkas dia.

(aud/hri)

Loading...

Hoegeng Awards 2025

Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial