Seekor burung jenis 'magpie' atau murai menjadi viral di Australia, setelah ia mau disita dari rumah warga. Ikuti juga laporan terkait antisemitisme yang menjadi perhatian media pada pekan ini, melibatkan dua orang perawat serta sejumlah universitas yang menyetujui definisi baru antisemitisme.
Kisah burung murai yang terkenal di internet berakhir
Pemerintah Queensland memperbolehkan burung murai bernama Molly tinggal di rumah pasangan Reece dan Juliette di Gold Coast, meski mereka tidak memiliki izin untuk melakukannya.
Ini mengakhiri kisah panjang persahabatan burung murai Molly dan seekor anjing bernama Peggy yang viral di internet.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Putusan itu mengakhiri kisah panjang ketika petugas dari departemen lingkungan Queensland menyita Molly pada bulan Maret tahun lalu.
Molly dikembalikan sekitar enam minggu kemudian setelah mendapat protes dari warga, termasuk intervensi oleh kepala negara bagian Queensland saat itu, Steven Miles.
Menteri Lingkungan Queensland Andrew Powell mengatakan pemerintah "tidak akan menyita" Molly dan pasangan itu tidak memerlukan izin untuk memeliharanya.
"Menurut pemahaman saya, dari laporan yang saya terima dari departemen saya … burung itu bebas datang dan pergi, pada dasarnya ia liar … dan oleh karena itu izin tidak diperlukan."
Baca artikel selengkapnya di sini.
Perawat didakwa atas video ancamannya pada pasien Israel
Seorang perawat New South Wales (NSW) didakwa polisi, setelah sebelumnya diberhentikan dari tugasnya karena videonya beredar di media sosial, di mana ia mengatakan akan menolak merawat pasien Israel.
Percakapannya berlangsung di aplikasi obrolan Chatruletk dan dilakukan bersama perawat lainnya, Ahmad Rashad Nadir, saat sedang mengobrol dan menanggapi Max Veifer, seorang pembuat konten asal Israel.
Sarah Abu Ledeh, 26 tahun, ditangkap dan didakwa dengan tiga pelanggaran hukum, termasuk ancaman kekerasan terhadap kelompok, menggunakan fasilitas layanan pemerintah untuk mengancam membunuh, dan menggunakan fasilitas untuk mengancam atau melecehkan atau menyinggung orang lain.
Dalam obrolannya bersama Max, setelah tahu ia berasal dari Israel, mereka mengatakan menolak merawat pasien Israel, akan membunuh orang Israel, dan mengatakan orang Israel akan masuk neraka.
Selengkapnya bisa dibaca di artikel ini.
Universitas di Australia menyetujui definisi baru antisemitisme
Sebanyak 39 universitas di Australia mendukung definisi baru antisemitisme yang akan diberlakukan di kampus-kampus setelah adanya tekanan dari penyelidikan senat terkait dengan sejumlah unjuk rasa menentang perang Gaza.
ABC menemukan para pimpinan dari lembaga Universities Australia (UA) bertemu Senin kemarin dan setuju untuk menerapkan definisi baru di semua kampus universitas di negara tersebut.
Definisi tersebut (di antaranya) menyebut:
"Antisemitisme adalah diskriminasi, prasangka, pelecehan, pengucilan, pencemaran nama baik, intimidasi atau kekerasan yang menghalangi kemampuan orang Yahudi untuk berpartisipasi secara setara dalam kehidupan pendidikan, politik, agama, budaya, ekonomi atau sosial.
"Kritik terhadap Israel dapat bersifat antisemit ketika didasarkan pada kiasan, stereotip atau asumsi yang berbahaya dan ketika menyerukan pemusnahan Negara Israel atau semua orang Yahudi atau ketika meminta individu atau komunitas Yahudi bertanggung jawab atas tindakan Israel.
"Bagi sebagian besar, tetapi tidak semua warga Australia Yahudi, Zionisme merupakan bagian inti dari identitas Yahudi mereka. Mengganti kata 'Zionis' dengan kata 'Yahudi' tidak menghilangkan kemungkinan bahwa ucapan tersebut bersifat antisemit."
Penyelidikan senat tentang antisemitisme di kampus baru-baru ini menemukan jika ada "antisemitisme yang terang-terangan" dan tidak terkendali, hingga menyebabkan mahasiswa berlatar belakang Yahudi merasa tidak aman di kampus.
Penyelidikan tersebut mendesak universitas untuk mengadopsi definisi antisemitisme yang konsisten yang "sangat sesuai" dengan yang digunakan oleh lembaga International Holocaust Remembrance Alliance.
Penyelidikan senat di parlemen Australia terhadap antisemitisme di kampus juga membuat sejumlah rekomendasi lain, termasuk agar para pemimpin universitas mengadakan pertemuan formal dengan mahasiswa Yahudi selama semester pertama.
Penyelidikan tersebut juga menyerukan transparansi dan konsistensi yang lebih besar dalam menangani pengaduan tentang antisemitisme.
Hoegeng Awards 2025
Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu