DWP Kemensos Sebut Ortu Harus Dukung Emosional-Psikologis Anak Disabilitas

1 month ago 27

Jakarta -

Keluarga memiliki peran penting dalam membentuk karakter anak dengan disabilitas. Penasihat Dharma Wanita Persatuan Kementerian Sosial (DWP Kemensos) Fatma Saifullah Yusuf mengatakan keluarga dan orang tua menjadi fondasi dasar dalam pembentukan karakter kepemimpinan anak dengan penyandang disabilitas.

Hal itu diungkapkan Fatma dalam talkshow Peran Keluarga dalam Membentuk Karakter Kepemimpinan Penyandang Disabilitas memperingati Hari Disabilitas Internasional di Taman Ismail Marzuki (TIM) Cikini, Jakarta Pusat, Senin (2/12/2024). Menurut Fatma, dukungan emosional dan psikologis harus diberikan kepada anak dengan penyandang disabilitas di tingkat keluarga.

"Pertama, keluarga harus memberikan dukungan emosional dan psikologis, sehingga penyandang disabilitas merasa percaya diri untuk mengambil lebih banyak peran di lingkungan sosial mereka," kata Fatma.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Keluarga adalah lingkungan pertama yang berinteraksi dengan individu penyandang disabilitas, dan menyediakan fondasi utama bagi perkembangan nilai-nilai, sikap dan juga keterampilan mereka," lanjutnya.

Fatma mengatakan, keluarga juga berperan menanamkan nilai-nilai kerja keras, tanggung jawab dan integritas. Selain itu, keluarga juga memiliki tugas memberikan akses kepada penyandang disabilitas untuk mengembangkan minat dan bakatnya.

"Keluarga dapat menanamkan nilai-nilai kepemimpinan seperti bekerja keras, tanggung jawab, empati dan juga integrita. Keluarga dapat memberikan akses pelatihan dan pendidikan yang sesuai dengan bakat dan minat penyandang disabilitas," katanya.

Dia mengatakan, dengan menanamkan karakter kepemimpinan, maka diharapkan lebih banyak penyandang disabilitas yang menjadi pemimpin dan dapat terlibat dalam pengambilan kebijakan yang berpihak kepada penyandang disabilitas.

"Semakin banyak penyandang disabilitas yang menjadi seorang pemimpin, semakin banyak pula semakin penyandang disabilitas yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan, sehingga menghasilkan kebijakan-kebijakan yang berpihak kepada penyandang disabilitas," katanya.

Di kesempatan yang sama, Ketua Perkumpulan Orang Tua Anak Disabilitas Indonesia (Portadin), Hendratmoko, mengatakan, peran keluarga dan orang tua dalam membesarkan anak dengan penyandang disabilitas bukan hanya peran seorang ibu.

Namun juga peran ayah dan anggota keluarga lainnya. Dia teringat peran ayahnya yang mendampingi adiknya yang merupakan penyandang disabilitas.

"Pada kesempatan ini, mudah-mudahan bisa didengarkan juga oleh yang lain, tolong dong bapaknya juga aktif. Bagaimana orang tua saya, bapak saya waktu itu, justru beliau yang mendampingi adik saya, bukan ibu saya, motornya justru bapak saya," kata Hendratmoko.

Menurutnya, peran aktif segenap anggota keluaga sangat penting dalam menanamkan nilai-nilai kepemimpinan kepada penyandang disabilitas. Dia memandang nilai-nilai kepemimpinan seperti disiplin dan kerja keras merupakan hal yang harus ditanamkan kepada semua orang termasuk penyandang disabilitas.

"Jadi kalau bicara kepemimpinan justru itu yang paling penting, dan itu yang harus diajarkan pertama kali ke anak-anaknya termasuk penyandang disabilitas," ujarnya.

"Kalau masalah disiplin, kejujuran, tanggung jawab itu berlaku ke semua, termasuk penyandang disabilitas. Jadi jangan kalau penyandang disabilitas, saya boleh tidak jujur, saya boleh tidak disiplin, itu yang tidak boleh," katanya.

Pentingnya disiplin dan kerja keras juga diungkapkan oleh Angkie Yudistia yang merupakan penyandang disabilitas tuna rungu. Mantan Stafsus Presiden RI ini mengatakan, keluarganya tidak memberikan fasilitas berupa material saat ia tumbuh dewasa, melainkan kedisiplinan.

"Fasilitasnya itu disiplin, fasilitas-fasilitas materi itu nggak ada, tapi ilmu pengetahuan dan experience disiplin, disiplinnya gimana? Bangun pagi jelas, harus bangun, sarapan, terus habis itu berdoa," kata Angkie.

"Terus habis itu dalam satu hari ini kita harus bermakna, saya selalu dipastikan sama orang tua, how are you today? hari ini kamu bagaimana? bahagia tidak? atau kamu sedih? atau kamu bahagia? untuk memvalidasi feeling, feeling kita, itu disiplin," ucapnya.

(azh/azh)

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial