Dipo Alam Jadikan Lukisan sebagai Alat Diplomasi Kampanyekan Perdamaian

1 week ago 8

Jakarta -

Mantan Sekretaris Kabinet (Seskab) Dr. Dipo Alam, MEA, akan dianugerahi tanda jasa dari pemerintah Jepang. Tanda jasa ini diberikan atas kontribusinya dalam membangun dan memperkuat hubungan persahabatan antara Jepang dengan Indonesia.

Acara pemberian bintang jasa 'The Order of the Rising Sun, Gold and Silver Star' tersebut akan dilakukan di Imperial Palace, Tokyo, Jepang, hari ini, Rabu, (6/11/2024).

Dipo Alam, yang menjabat Sekretaris Kabinet pada periode kedua pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dianggap punya kontribusi besar dalam memajukan hubungan kerja sama antara Jepang dengan Indonesia. Kiprah Dipo alam mempromosikan kerja sama Indonesia-Jepang bahkan telah dimulai sejak ia masih mahasiswa.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Banyak fragmen kehidupan saya memang beririsan dengan Jepang. Relasi saya dengan Jepang bahkan telah dimulai jauh hari sebelum jadi pejabat," kata Dipo Alam.

Lukisan Dipo Alam berupa sosok Shinzo Abe mengenakan pakaian batikLukisan Dipo Alam berupa sosok Shinzo Abe mengenakan pakaian batik (Foto: dok ist).

Sebagaimana diceritakan dalam otobiografinya, 'Dalam Pusaran Adab Dipimpin dan Memimpin' (Gramedia, 2022), sejak zaman mahasiswa di tahun 1970-an Dipo Alam telah menjalin kerja sama bisnis dan kebudayaan dengan seorang desainer terkemuka Jepang, Kansai Yamamoto. Dipo, yang telah terjun ke dalam bisnis tekstil sejak masih kuliah di Jurusan Kimia FMIPA UI, sering bolak-balik ke Jepang untuk mengembangkan bisnisnya. Keterampilan Dipo dalam melukis dan mendesain produk tekstil telah menarik perhatian Yamamoto.

Sesudah duduk di pemerintahan, Dipo telah menjembatani sekaligus jadi motor sejumlah kerja sama antara Indonesia dengan Jepang. Saat menjabat sebagai Kepala Biro Industri dan Pertambangan di Bappenas, misalnya, Dipo berhasil meminta bantuan Jepang untuk melengkapi sejumlah fasilitas dan perlengkapan untuk Museum Geologi di Bandung.

Namun, fragmen yang paling mengesankannya dalam membina kerja sama Indonesia dengan Jepang adalah pada saat proses membangun perdamaian di Aceh dan saat rekonstruksi Aceh setelah dilanda tsunami tahun 2004.

"Dalam proses perdamaian di Aceh, Jepang punya kontribusi besar. Begitu juga dalam proses rekonstruksi pasca-tsunami, bantuan Jepang sangat luar biasa," ungkap Dipo.

"Saat jadi Deputi Menko Perekonomian, saya melihat bahwa pembangunan ekonomi adalah kunci untuk membangun perdamaian di Aceh. Kita harus bisa menciptakan lapangan pekerjaan dan mendorong aktivitas perekonomian di sana, baru kita bisa bicara perdamaian. Nah, untuk menggerakkan kembali ekonomi Aceh, saya banyak meminta bantuan Jepang," sambungnya.

Peran Jepang dalam menciptakan proses perdamaian di Aceh dalam catatan Dipo Alam, juga sangat besar.

"Selain itu, Jepang juga telah menjadi sponsor penting sekaligus menjadi negara tuan rumah dari sejumlah proses perundingan antara pemerintah Indonesia dengan GAM (Gerakan Aceh Merdeka)," imbuhnya.

"Hal itulah yang telah mendorong saya untuk terus membangun dan memperkuat kerja sama Indonesia dengan Jepang, meskipun tak lagi duduk di pemerintahan," tambah Dipo.

Sesudah tidak lagi menjabat, Dipo Alam memang terus berkontribusi dalam membina hubungan baik dengan Jepang. Sebagai pencinta seni dan kebudayaan, ia kini menggunakan medium lukisan sebagai alat diplomasi. Apalagi, setelah dia dipilih menjadi Ketua Institut Peradaban menggantikan almarhum Prof. Dr. Salim Said, Dipo kian bersemangat menjadikan seni dan kebudayaan sebagai alat diplomasi peradaban.

Ketika mantan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe ditembak pada tahun 2022 lalu, misalnya, sebagai tanda belasungkawa sekaligus simpati, baik kepada keluarga Abe maupun kepada rakyat Jepang, Dipo Alam telah menyumbangkan lukisan Shinzo Abe.

"Saya kini menjadikan karya seni, dalam hal ini lukisan, sebagai alat diplomasi. Saat politik dunia dipenuhi ketegangan, seperti sekarang ini, kita mungkin perlu menjadikan seni sebagai alat diplomasi penting. Agar suasana bisa jadi lebih cair dan sudut pandang kita mengenai apapun jadi lebih lembut," ujar Dipo.

"Di tengah ancaman Perang Dunia III, di mana dipastikan akan jadi perang nuklir yang bisa memusnahkan peradaban, kita semua harus bekerja sama menyelamatkan peradaban manusia. Semua orang harus jadi diplomat perdamaian, apapun profesinya," imbuh Dipo.

(hri/whn)

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial