Jakarta -
Pada tanggal 22 Februari, ada peringatan Hari Istiqlal. Ini berkaitan dengan sejarah berdirinya Masjid Istiqlal yang terletak di Jl. Taman Wijaya Kusuma, Ps. Baru, Kecamatan Sawah Besar, Jakarta Pusat.
Berikut asal-usul Hari Istiqlal 22 Februari.
Sejarah Peringatan Hari Istiqlal
Dilansir situs resminya, Masjid Istiqlal merupakan masjid terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara yang resmi berdiri pada tanggal 22 Februari 1978. Tahun ini pada tanggal 22 Februari merupakan Hari Istiqlal yang ke-47.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Awalnya, pada tahun 1953, KH. Wahid Hasyim, selaku Menteri Agama RI pertama bersama H. Agus Salim, Anwar Tjokroaminoto dan Ir. Sofwan dan dibantu sekitar 200 tokoh Islam pimpinan KH. Taufiqorrahman mengusulkan untuk mendirikan sebuah yayasan. Lalu, pada 7 Desember 1954, didirikanlah yayasan Masjid Istiqlal yang diketuai oleh H. Tjokroaminoto untuk mewujudkan ide pembangunan masjid nasional tersebut.
H. Tjokroaminoto lalu menyampaikan rencana pembangunan Masjid Istiqlal pada Ir. Soekarno. Hal ini mendapat sambutan hangat dari Presiden Ir. Soekarno.
Meski sempat ada perdebatan penentuan lokasi Masjid Istiqlal, Presiden Soekarno akhirnya memutuskan membangun masjid tersebut di lahan bekas benteng Belanda. Alasannya, karena di seberangnya telah berdiri Gereja Kathedral dengan tujuan untuk memperlihatkan kerukunan dan keharmonisan kehidupan beragama di Indonesia.
Masjid Istiqlal (Foto: Eko Siswono Toyudho/Anadolu Agency/Getty Images)
Pada tanggal 24 Agustus 1961, bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, pemancangan tiang pertama Masjid Istiqlal dilakukan oleh Presiden Ir. Soekarno dan disaksikan oleh ribuan umat Islam. Arsitek Masjid lstiqlal adalah Friedrich Silaban yang berkeyakinan Kristen-Protestan, di mana rancangannya yang berjudul 'Ketuhanan' dipilih melalui sayembara rancang bangun Masjid lstiqlal pada 22 Februari-30 Mei 1955.
Sejak tahun 1950 sampai 1965, pembangunan Masjid Istiqlal tidak mengalami banyak kemajuan. Proyek sempat tersendat karena situasi politik yang kurang kondusif kala itu. Setelah situasi politik mereda, pada tahun 1966, Menteri Agama KH. Muhammad Dahlan mempelopori kembali pembangunan Masjid Istiqlal.
Masjid Istiqlal resmi berdiri pada tanggal 22 Februari 1978. Berdirinya Masjid Istiqlal ini diresmikan oleh Presiden Soeharto dan ditandai dengan prasasti yang dipasang di area tangga pintu As-Salam.
Hingga kini, setiap tahun pada tanggal 22 Februari, diperingati sebagai Hari Istiqlal. Ini untuk memperingati berdirinya Masjid Istiqlal.
Sekilas Tentang Friedrich Silaban, Arsitek Istiqlal
Menurut situs Ensiklopedia Kemdikbud, Friedrich Silaban adalah arsitek terkemuka di Indonesia. Ia lahir pada 16 Desember 1912 di desa Bonandolok, Tapanuli, Sumatra Utara.
Karir Friedrich Silaban sebagai arsitek dimulai saat menjelang lulus sekolah. Ia bekerja paruh waktu untuk juru gambar BOW bernama J.H. Antonisse. Di sanalah kemampuannya sebagai arsitek semakin terlatih.
Memiliki kemampuan yang baik, Friedrich Silaban bekerja untuk Zeni Angkatan Darat Belanda pada 1931-1939. Ia kemudian pindah menjadi drafter di Kotapraja Bogor pada 1939-1942.
Pada masa pendudukan Jepang, ia bekerja dalam Dinas Pekerjaan Umum di Bogor hingga 1947. Ia juga ditetapkan sebagai Direktur Pekerjaan Umum hingga 1949. Setelah itu, Silaban tetap berkarir dalam pemerintahan hingga pensiun, di Dinas Pekerjaan Umum Kotapraja Bogor.
Selain menjadi pegawai pemerintahan, Silaban juga kerap terlibat proyek pembangunan swasta dan mengikuti kompetisi. Pada masa pemerintahan Presiden Soekarno, ia banyak terlibat dalam proyek "National Building", dua yang terpenting adalah Masjid Istiqlal dan Monumen Nasional.
Karya arsitektur Friedrich Silaban lainnya yang dimenangkan dari kompetisi antara 1949 hingga 1970 antara lain, Fakultas Pertanian Universitas Indonesia di Bogor (1949), Kantor Pusat Bank Indonesia, Jakarta (1954), Gerbang Taman Makam Pahlawan di Kalibata, Jakarta (1954), Kantor Pusat BNI 46, Jakarta (1959), Gedung Pola, Jakarta (1961), dan Monumen Pembebasan Irian Barat (1963).
Silaban menikah dengan Letty Keivits pada 18 Oktober 1946. Mereka dikaruniai dua orang anak dan memilih untuk menetap di Bogor. Setelah pensiun dari Departemen Pekerjaan Umum, Silaban mengalami kesulitan ekonomi. Friedrich Silaban wafat pada 14 Mei 1984.
(kny/idn)
Hoegeng Awards 2025
Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu