Bisnis Tamiya: Cuan Melimpah dari Sparepart dan Rakitan Mini 4WD

3 days ago 6

Jakarta -

Bisnis jualan mobil mini 4WD khususnya dari brand Tamiya di Indonesia masih cukup menguntungkan dan stabil dibanding usaha mainan lainnya. Kondisi ini terlihat dari omzet penjualan yang bisa menyentuh jutaan rupiah per hari.

Salah seorang penjual Tamiya di kawasan Blok M Square, Adit, mengatakan sekarang ini model Tamiya yang lebih banyak diminati atau laku di pasar adalah model rakit sendiri atau yang sudah dimodifikasi.

Sebab model mobil 4WD yang sudah dimodifikasi atau dirakit dari nol inilah yang sering digunakan untuk perlombaan atau turnamen balap Tamiya, yang mana di RI sendiri terdapat dua kelas balap Tamiya modifikasi yakni (IDC) Indonesia Damper Class dan STO (Standard Tamiya Original).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau sekarang yang lebih laku itu yang IDC, kalau nggak yang STO. Kalau orang beli standar box sudah jarang sih, paling sesekali saja," kata Adit saat ditemui detikcom di kawasan Blok M Square, Rabu (12/11/2024).

Adit menjelaskan, pada dasarnya setiap bagian atau sparepart dari mobil mini 4WD ini masih cukup terjangkau, yang umumnya berkisar di puluhan hingga ratusan ribu. Jadi keuntungan dari penjualan masing-masing sparepart memang tidak begitu besar.

Misalkan saja untuk dinamo 4WD rata-rata dibanderol di kisaran Rp 65 ribu. Kemudian satu set gear penggerak berada di kisaran Rp 130 ribu, dan bumper di kisaran puluhan hingga ratusan ribu rupiah bergantung pada bahan.

"Sebenarnya part-partnya nggak mahal, makanya anak SMA yang masih pakai uang jajan juga bisa main. (Rakit Tamiya) dicicil bagian mana dulu, satu-satu dipasang," ungkap Adit.

"Part paling mahal untuk part STO sih biasanya. Ada part ini yang dibilang nostell (salah satu bagian dari rangka Tamiya), ini (berbahan) karbon. Nostell-nya itu sudah di satu koma sekian (di atas Rp 1 juta) untuk nostell ini saja," terangnya.

Adit menyebut dari sekian banyak sparepart Tamiya, gear penggerak mobil mini 4WD ini merupakan yang paling laku. Hal ini dikarenakan komponen tersebut harus rutin atau sering diganti dibandingkan sparepart lainnya.

"Ada beberapa part yang rutin kebeli sih. Misalkan yang sudah pasti kebeli gear, soalnya ini gear kan kegesek terus tuh jadi bisa haus. Kalau yang rutin beli kalau sudah jadi satu mobil sih paling per-gear-gear-an atau paling dinamo," paparnya.

Di luar itu Adit mengatakan toko yang dijaganya juga memiliki layanan service, setting, modifikasi, hingga rakit Tamiya. Sehingga mereka bisa mendapatkan keuntungan lebih dari biaya layanan itu.

Secara umum biaya layanan service hingga rakit Tamiya ini cukup beragam. Semisal untuk biaya perakitan Tamiya dari nol hingga jadi mobil mini 4WD utuh dibanderol mulai dari Rp 350 ribu untuk kelas IDO, dan Rp 1 juta untuk kelas STO.

"Terganggu spesifikasi mobil, range itu sekitar Rp 350 ribu untuk yang IDC. Kalau STO itu bisa Rp 1 jutaan lah, start harganya ya. Itu sudah full jadi (Tamiya rakitan)," terangnya.

Kemudian misalkan juga untuk layanan setting atau service ban Tamiya agar sesuai dengan mobil mini 4WD yang dimiliki mulai dari Rp 100 ribuan. Begitu juga dengan biaya pemasangan atau service sparepart lainnya.

"Ngebubut (setting) ban terus di-balancing juga itu sekitar Rp 100 ribuan. Jadi mereka biasanya para racer (pecinta Tamiya yang kerap ikut lomba) sudah punya ban masing-masing dan ukurannya. Ukuran (ban Tamiya) berapa-berapa, ini mobil enaknya pakai ban apa, jadi nggak bisa ban berantakan gitu," ucap Adit.

Dari penjualan sparepart dan layanan service-rakit itulah menurut Adit toko masih bisa menyentuh jutaan rupiah per hari untuk kondisi ramai. Walaupun ia enggan untuk menyebut angka pasti dari omzet usaha Tamiya.

"(Jualan Tamiya) menguntungkan sih, masih ada profitnya walaupun harga part-nya murah. (Sampai Rp 1 juta sehari?) bisa, tapi tergantung hari. Kalau jualan kan kita nggak bisa mematok sehari dapat sekian-sekian," ungkapnya.

"Biasanya kalau dekat-dekat kejurnas (kejuaraan nasional) itu banyak yang datang setting, atau beli part apa," tambah Adit.

(fdl/fdl)

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial