Andre Rosiade Dorong Penerapan Strategic Holding Company di Semen Indonesia

1 month ago 26

Jakarta -

Wakil Ketua Komisi VI DPR Andre Rosiade meminta agar kebijakan operating holding company di PT Semen Indonesia (Persero) Tbk atau SIG diubah menjadi strategic holding company, karena dianggap banyak merugikan terutama bagi anak-anak perusahaan. Andre juga menyarankan agar jajaran direksi SIG yang tak mampu bekerja dievaluasi.

Adapun strategic holding adalah model holding yang mana induk perusahaan fokus melaksanakan fungsi strategic tanpa melakukan aktivitas operasi.

"Saya lihat operating holding ini tidak efektif. Kita harus evaluasi operating holding ini menjadi strategic holding. Strategic holding itu menetapkan KPI, SOP. Nanti anak perusahaan bekerja, lebih maksimal, lebih gesit bergerak," kata Andre Rosiade dalam keterangan tertulis, Rabu (4/12/2024).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal itu dia sampaikan saat rapat dengar pendapat (RDP) dengan jajaran direksi SIG. Menurut Andre dengan penerapan strategic holding company, anak-anak perusahaan Semen Indonesia seperti Semen Padang, Semen Tonasa, Semen Baturaja, Semen Gresik dan anak perusahaan lainnya punya peran yang lebih untuk berkembang, termasuk dalam menentukan pasar.

"Jadi saya ingin kita fair. Ini harus dievaluasi secara menyeluruh tidak lagi operating holding. Kita berikan kesempatan Semen Tonasa, Semen Padang, Semen Baturaja, Semen Gresik, punya peran menentukan pasar. Tahu pasarnya, tahu cara mengelola distributornya, bukan malah dikangkangi. Kita akan usulkan ke Kementerian BUMN untuk dievaluasi, tidak perlu lagi operating holding," tutur Wakil Ketua Fraksi Gerindra DPR ini.

Menurut Andre selama ini dukungan politik sudah sangat banyak diberikan kepada SIG demi menyelamatkan industri semen sebagai industri strategis nasional.

Dalam 5 tahun terakhir, kata Andre, Komisi VI DPR telah melakukan berbagai hal luar biasa untuk SIG, antara lain menyelesaikan persoalan persaingan usaha berupa praktik predatory pricing yang dilakukan oleh PT Conch South Kalimantan Cement.

Dengan dorongan dari Komisi VI DPR RI, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menyatakan semen Conch bersalah dan menjatuhi hukuman denda mencapai Rp 25 miliar.

Kemudian, kata Andre, Komisi VI DPR juga memperjuangkan bagaimana kemudian Presiden Jokowi akhirnya memutuskan untuk melakukan moratorium pembangunan pabrik semen baru. Lalu, Komisi VI DPR juga mendorong agar Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 7 Tahun 2018 direvisi, sehingga tidak ada lagi impor semen dan klinker.

"Jadi kita ini gak omon-omon tapi kita konkret mengambil kebijakan, mengawal kebijakan. Jadi secara dukungan politik, saya rasa Komisi VI sudah memberikan yang terbaik untuk menyelamatkan semen sebagai industri strategis nasional," ujar Sekretaris Fraksi Gerindra MPR ini.

Namun Andre menyayangkan sepanjang dukungan itu diberikan, kinerja SIG tetap saja menurun. EBITDA (Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization) juga turun, termasuk merosotnya market share sejak 5 tahun terakhir. Kalah saing dengan perusahaan swasta nasional seperti semen Merah Putih dan Indocement.

"Saya punya data, Indocement itu di K3, bisa dapat penjualan di angka Rp 621 miliar dengan kiln semen sebanyak 12 buah. Lalu semen Merah Putih yang punya 2 kiln semen bisa membukukan Rp252 miliar. Sementara itu SIG dengan 23 kiln semen hanya mampu membukukan penjualan Rp 218 miliar," tutur Andre.

Lalu mengapa kinerja SIG belum menggembirakan kendati dukungan politik sudah sangat besar diberikan kepada SIG? Andre menduga ada yang salah dengan kinerja dan strategi yang diterapkan oleh direksi SIG. Karena itu menurutnya kinerja dan strategi tersebut perlu dievaluasi.

"Saya dulu nyinyir, karena strategi pemasaran bapak (SIG) salah. Orang Jawa orang SBI bapak bawa ke Sumatera, akhirnya distributor-distributor kuat yang mendukung pabrik semen di Sumatera hilang, hengkang. Bapak pretelin distributor kuat Semen Padang, dengan intervensi yang bapak bawa ke Semen Indonesia, yang terjadi distributor itu hengkang lari kepada competitor dan tahu cara ngalahin Semen Padang, tahu cara ngalahin Semen Baturaja. Habis itu, market share dihajar sama Merah Putih, dihajar sama kompetitor, karena bapak sok tahu semuanya. Gak paham semen, karena otaknya EBITDA, EBITDA, Tantiem, tapi bukan sustainability. Yang penting Tantiem, laporan ke Erick Thohir (Menteri BUMN), laporan buku bagus, pabrik rusak gak peduli, itu faktanya," tegas politikus partai Gerindra asal Sumbar ini.

Kebijakan operating holding company yang diterapkan SIG tambah Andre juga berdampak kepada hampir seluruh anak perusahaan SIG. Ini harus diperbaiki segera, jika tidak bukan tidak mungkin pabrik-pabrik semen yang dipunyai anak-anak perusahaan SIG bakal jadi besi tua karena kalah bersaing dengan semen swasta nasional.

"Tolong ini harus dikoreksi. Kalau memang operating holding nggak bisa ya kita ubah jadi strategic holding. Distribusi kewenangan itu yang ngerti pasar, yang dekat dengan permasalahan. Jangan semua mau dikangkangi. Kemudian evaluasi juga kinerja jajaran direksi SIG. Nanti kita bakal usulkan ke Pak Menteri, agar kinerja Bapak juga dievaluasi supaya ada perbaikan," tuturnya.

(anl/ega)

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial