Jakarta -
Bulan Ramadhan memberikan banyak pembelajaran bagi kehidupan. Puasa memberikan makna pengendalian diri dari makan dan minum serta larangan lainnya. Kaum muslimin menjadikan bulan ini sebagai sarana untuk mendidik dirinya sesuai ketentuan Tuhan agar dapat menerima balasan pahala berupa rahmat dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Selama menjalankan puasa, seorang muslim akan belajar memaknai kesederhanaan hidup di balik pengendalian diri. Saat sahur, mereka akan bangun untuk mengisi perut dengan makan atau minum sekadarnya. Mereka makan secukupnya saja, karena situasinya lebih ke ibadah dibanding nafsu makan. Hal sama juga saat berbuka, mereka makan secukupnya karena segera bersiap untuk saat tarawih dan aktivitas amalan lainnya.
Pembelajaran dari puasa bermakna bahwa manusia diminta untuk hidup yang sederhana. Hidup sederhana akan dapat meraih kebahagiaan. Konsep hidup sederhana sangat relevan dengan kehidupan manusia sejak dahulu hingga sekarang.
Hikmah Puasa
Kehidupan modern saat ini menyediakan ragam pilihan bagaimana manusia menemukan kepuasan. Pilihan-pilihan itu dirasionalkan dan disesuaikan kebutuhan dalam kerangka pengendalian diri. Membatasi pilihan itu membutuhkan pengetahuan, pengalaman dan pembelajaran hidup. Puasa memberikan banyak hikmah dan pembelajaran hidup; pertama, bersikap pembelajar.
Pembelajar kehidupan adalah orang-orang yang berjuang, dan menemukan makna dan nilai dalam kehidupan. Puasa melatih seseorang untuk senantiasa bersyukur, ikhlas dan puas terhadap kehidupan. Mereka menikmati hal-hal keduniaan sewajarnya tanpa berlebihan sekalipun mereka mampu memiliki lebih. Para pembelajar ini melihat bahwa materi atau hal keduniaan bersifat terbatas sehingga orang lain juga berhak menikmatinya.
Kedua, membatasi konsumsi. Puasa bermakna langsung membatasi makan atau keinginan, seperti barang, jasa, termasuk konsumsi digital. Konsumsi berlebihan berdampak buruk bagi kesehatan, terciptanya sifat tamak dan asosial, dan berpotensi melanggar norma. Di jaman modern ini, konsumsi apapun berdampak kepada carbon emission secara lokal atau global. Membatasi konsumsi juga berdampak positif untuk mengelola keuangan yang lebih baik, dan fokus pada kebutuhan penting dan kebutuhan sosial.
Ketiga, menjalin hubungan sosial. Bulan puasa membawa seseorang memiliki sikap empati dan membantu orang tidak mampu melalui zakat, infak dan sedekah. Puasa juga membangun silaturahmi dengan keluarga, sejawat atau komunitas lain secara positif. Di jaman modern, interaksi sosial memiliki nilai kesejahteraan di tengah kesibukan kerja yang semakin individual. Silaturahmi ini hendaknya menjadi media belajar tentang kehidupan, membangun empati dan kebaikan bersama.
Keempat, meningkatkan kualitas ibadah dan mengelola pikiran. Bulan puasa penuh dengan aktivitas ibadah atau mempelajari ilmu agama untuk meningkatkan iman dan taqwa. Hal ini akan membangun keteladanan yang mampu mempraktekkan kehidupan sederhana, harmoni sosial, dan ketaatan terhadap norma. Pada saat yang sama hati dan pikiran terisi dengan ilmu-ilmu tentang kehidupan, membangun perspektif lebih luas, berpikir global dan beraksi nyata terhadap lingkungan sekitar.
Kelima, berperilaku sehat. Puasa dapat membentuk fisik dan mental lebih segar dan kuat. Fisik dan mental manusia sangat rentan dengan tekanan atau konsumsi akibat pola kerja, makan, pikiran dan gaya hidup yang berlebihan. Manusia, terlebih ketika usia bertambah akan memiliki keterbatasan fisik dan mentalnya. Ini perlu dikendalikan dan dipelihara dengan pola hidup yang sederhana dan seimbang melalui puasa. Puasa juga membangun sikap sak madya dan sumeleh, yang bermakna hidup sewajarnya dan ikhlas, atau mengambil posisi di tengah, tidak terlalu ekstrim kiri atau kanan; yang membuat orang hidup sehat fisik dan mental.
Perubahan Pola Hidup
Puasa Ramadhan ini hendaknya menjadi momentum bagi perubahan pola hidup. Perubahan yang memandu peningkatan kinerja individu, yang menyediakan solusi berbagai permasalahan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Puasa Ramadhan dapat menjadi momentum bagi pemerintah baru untuk melakukan perubahan yang fundamental dalam berbagai bidang pembangunan.
Setidaknya ada dua masalah penting, di mana nilai dan hikmah puasa Ramadhan dapat menjadi solusi untuk diimplementasikan. Permasalahan ini sangat merugikan secara ekonomi dan sosial, menciptakan ketimpangan makin serius, dan mudah menyulut social unrest.
Pertama, masalah ekonomi yang akhir-akhir ini mengemuka adalah perilaku mafia komoditas, KKN birokrasi, atau bentuk rent seeker lain. Perilaku rent seeker adalah perwujudan dari sikap tamak dan kurang bersyukur. Pelaku rent seeker umumnya adalah para pengambil keputusan atau leader di level corporate dan birokrasi yang kongkalikong memainkan harga untuk kepentingan pribadi. Mereka ini adalah pribadi yang berkecukupan, namun masih mencari-cari keuntungan untuk membiayai gaya hidupnya yang berlebihan. Lihat saja di kasus tata niaga BBM oplosan atau komoditas timah.
Kedua, masalah sosial yang belum mereda adalah terkait dengan disinformasi, fitnah, dan kebencian. Masalah sosial ini terutama bersumber dari kontestasi pemilihan presiden, di mana ada pihak belum menerima kekalahan. Lima bulan pilpres sudah usai, namun ungkapan kasar atau halus termasuk meme dan sindiran masih nyaring bahkan pada bulan puasa ini. Pelaku ini menyebar pada politisi, pendukung, hingga masyarakat luas. Mereka secara nyata mengkonsumsi digital secara berlebihan dan brutal menyerang lawan. Sungguh, hal ini telah menguras energi dan sangat tidak produktif, mencerminkan disharmoni sosial.
Puasa Ramadhan diharapkan menghasilkan perubahan pola dan perilaku hidup. Hikmah puasa mampu menciptakan kepemimpinan yang menunjukkan empati kepada masyarakat, dan menghasilkan keputusan yang berdampak ekonomi yang inklusif. Pemimpin menampilkan keteladanan dalam kesederhanaan, dan menunjukkan pengendalian yang kuat terhadap godaan penyalahgunaan wewenang.
Kepemimpinan yang berkarakter pembelajar menginspirasi masyarakat untuk beradaptasi dengan lingkungan yang senantiasa berubah. Hikmah puasa juga menghasilkan masyarakat yang lembut dan rendah hati, membentuk hubungan sosial yang harmoni, gotong royong, dan memperkuat ketahanan terhadap perubahan.
Iwan Nugroho Guru Besar Universitas Widyagama Malang
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
(mmu/mmu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini