Jakarta -
Warga Kampung Bendungan, Desa Bantarsari, Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Sukabumi, Hamdan (36) dan Hamdi (32), mengidap gangguan jiwa dan dikurung selama 5 tahun di 'kandang' seluas 4 x 1,5 meter yang terbuat dari kayu. Keduanya diselamatkan dari kendang dan dibawa berobat ke Rumah Sakit Jiwa Marzoeki Mahdi di Bogor oleh Kapolsek Lengkong Iptu Bayu Sunarti Agustina.
Aksi humanis Iptu Bayu ini membuatnya diusulkan dalam program Hoegeng Corner. Polwan yang memimpin Polsek Lengkong tersebut tak hanya membebaskan Hamdan dan Hamdi dari kendang kayu, tapi juga berjanji kepada orang tua kedua ODGJ tersebut akan membantu pengobatan.
Kepada detikcom, Senin (21/10/2024), Iptu Bayu menceritakan sebagai kapolsek baru di Lengkong, dirinya mendapat informasi sejumlah kasus ODGJ. Dia lalu meminta data ODGJ di wilayah hukumnya, Kecamatan Lengkong dan Pabuaran, dari puskesmas setempat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ada beberapa kasus yang dilakukan oleh pelakunya itu seseorang yang diduga mengalami gangguan jiwa. Kasus penganiayaan yang mengakibatkan meninggal dunia, terus ada yang luka ringan, terus melukai dirinya sendiri. Dengan kejadian tersebut saya koordinasi dengan puskesmas, minta data ODGJ," ujar Iptu Bayu saat dihubungi.
Iptu Bayu kemudian mengecek data ODGJ, di mana salah satunya data Hamdan dan Hamdi yang merupakan kakak adik. Dia lalu mengajak anggotanya untuk memastikan kebenaran data tersebut pada Selasa (15/10).
"Setelah dikasih, saya lihat ada yang kakak beradik, saya penasaran kok bisa sampai kakak beradik (ODGJ). Lalu saya tanyakan ini di mana dikurungnya, puskesmas bilang di kamar. Tapi perasaan saya kok ga enak, beberapa hari kemudian saya ajak anggota ke lokasi, saya ajak ngelihat," ucap Iptu Bayu.
Dia pun prihatin setibanya di rumah Hamdan dan Hamdi. Mereka berdua tak tinggal di rumah, melainkan bangunan mirip kendang kambing dekat rumah.
"Pada saat saya lihat kondisinya yang nggak layak, ditempatkan di tempat bukan untuk manusia. Ditempatkan di tempat seperti di kandang kambing dari kayu-kayu 4 x 1,5 meter dibagi dua, tapi nggak dipasung," katanya.
Begini Kondisi ODGJ Hamdan dan Hamdi dalam Kandang
Iptu Bayu menyebut dia lalu mencoba berkomunikasi dengan Hamdan dan Hamdi dari luar kendang. Hamdan diam saja, namun Hamdi masih mampu berinteraksi.
"Kalau Hamdan yang kakaknya itu cenderung diam. Kalau yang Hamdi, dia lebih banyak bicara. Memang bicaranya nggak nyambung. Sempat ada beberapa kata yang dia nyambung," tutur Iptu Bayu.
"Kaya pas itu tetangganya bilang 'Hamdi besok berobat ya sama ibu Kapolsek', dia nanya 'Kapan'. Saya jawab 'besok', dia tanya lagi 'duitnya?', saya bilang 'jangan mikirin duit, yang penting berobat aja biar sembuh'," sambung Iptu Bayu.
Iptu Bayu menerangkan Hamdan dan Hamdi melakukan aktivitas sehari-hari hanya di kendang kayu yang sempit tersebut. Iptu Bayu mengatakan saat dia datang, badan Hamdi penuh kotoran manusia.
"Kondisinya jelas kotor karena mereka BAB di situ. Hamdi itu waktu saya temui di badannya itu penuh dengan kotoran manusia. Keluarganya ngerawat semisal kasih makan, mungkin kalau bersihin nggak setiap hari," terang Iptu Bayu.
Menurut orang tua Hamdan dan Hamdi, anaknya menderita gangguan jiwa sepulang dari Malaysia. Keluarganya tak memiliki biaya untuk mengobati Hamdan dan Hamdi.
"Saya lalu tanya ke orang tuanya sudah berapa lama, katanya hampir 5 tahun. 'Mereka dulu pernah kerja di Malaysia, setelah pulang dari Malaysia, mereka sakit. Dari pada ngamuk, ngelukain dirinya sendiri maupun orang lain ya sudah saja kita kurung' kata ibunya," jelas Iptu Bayu.
Bersikeras Evakuasi Hamdan dan Hamdi Secepatnya
Iptu Bayu mengaku tak tega melihat kondisi Hamdan dan Hamdi. Namun dia memahami keluarga tak mengobati kakak beradik itu karena terkendala biaya.
Singkat cerita, Iptu Bayu lalu berkoordinasi dengan pihak desa, camat, puskesmas hingga dinas sosial setempat untuk mengevakuasi Hamdan dan Hamdi. Sempat ada saran untuk menunggu proses pembuatan BPJS Hamdan dan Hamdi selama dua pekan, tapi ia menolak karena tak tega.
"Sebenarnya sebelumnya juga sudah diberikan obat untuk dikonsumsi sebulan. Tapi karena ini lokasinya jauh dari jalan raya, jauh dari puskesmas, jadi keterbatasan obat dan SDM Puskesmas, mungkin itu yang membuat kondisi ini sampe lima tahun berjalan," ujar Iptu Bayu.
"Saya sempat ditanya 'Bu ini kan bisa pakai BPJS, gimana?', saya bilang 'Ah gimana nanti sajalah'. Langsung saya telepon ke pihak Dinsos untuk masalah BPJS-nya. Karena memang kan sempat saya tanyakan berapa biayanya kalau dirawat di RS, lumayan juga biayanya, apalagi ini dua orang. Jadi sebenarnya saya ditawarkan tunggu aja dua minggu sampai BPJS jadi. Tapi saya menolak," sambung dia.
Foto: Kapolsek Lengkong Iptu Bayu mengevakuasi kakak-beradik Hamdan dan Hamdi dari kandang yang mereka tinggali selama 5 tahun terakhir karena ODGJ. (dok. istimewa)
Iptu Bayu mengtatakan ibunda dari kakak beradik ODGJ itu tak kuasa menahan tangis saat tahu anaknya hendak diobati. Esok harinya Iptu Bayu Kembali untuk menjemput Hamdan dan Hamdi menggunakan ambulans.
"Jadi hari pertama ketemu Hamdan, Hamdi saya koordinasi. Saya bilang ke ibunya 'Kalau Hamdan sama Hamdi saya bawa ke RS gimana?'. Ibunya nangis 'Alhamdulillah kalau memang iya'. Besoknya baru proses evakuasi. Besoknya alhamdulillah turun semua dari camat, desa, panti pun turun untuk evakuasi," cerita Iptu Bayu.
Kawal di Ambulans Sampai RSJ
Setelah Hamdan dan Hamdi berhasil dimasukkan ke ambulans, Iptu Bayu turut menumpang di ambulans. Dia mengawal proses evakuasi sampai di rumah sakit jiwa.
Perjalanan dari Sukabumi ke Bogor tak mulus, lantaran ambulans ternyata harus mampir ke panti sosial milik Dinsos. Di panti tersebut, Hamdan dan Hamdi dimandikan oleh petugas panti karena sebelumnya muntah dan buang air besar di dalam ambulans.
"Saya sempat anteri ke Bogor untuk memastikan benar-benar di Bogor itu diterima dan diperlakukan dengan baik. Itu di jalan, di ambulans, ada yang muntah sama jongkok di pojokan, ternyata BAB. Kami mampir ke Dinsos, dari mereka ada dua petugas mengantarkan ke sana dengan mobil berbeda. Saya arahkan mandi dulu di panti punya Dinsos, itu nggak mau sm petugas, maunya sama saya," ujar Iptu Bayu.
Foto: Kapolsek Lengkong Iptu Bayu mengevakuasi kakak-beradik Hamdan dan Hamdi dari kandang yang mereka tinggali selama 5 tahun terakhir karena ODGJ. (dok. istimewa)
Karena kejadian BAB di ambulans, perjalanan Iptu Bayu dari Sukabumi ke Bogor memakan waktu 5 jam. Sesampainya di rumah sakit, Hamdan pun sempat sulit dikendalikan hingga petugas sedikit memaksa agar Hamdan dapat dibawa ke ruang pemeriksaan.
"Sempat kan Hamdan itu dikakuin tangan. Jadi sama petugas RS sempat kaya dipaksa supaya nggak kaku. Saya bilang tolong jangan dipaksa begitu. Terus kakinya (Hamdan) ngebelit ke tempat tidur, nggak mau ke atas. Jadi Hamdan ini kaya ada rasa iri juga dengan adiknya. Jadi kalau saya deketin adiknya, dia kaya cemberut gitu," jelas Bayu.
Dia mengaku hingga kini masih memantau perkembangan kejiwaan Hamdan dan Hamdi. Berdasarkan laporan rumah sakit, sambung dia, kondisi kakak beradik tersebut membaik.
"Saya kemarin juga sempat pantau kondisinya, minta foto mereka, alhamdulillah sudah bisa berbaur katanya. Ini perkiraan dua minggu dirawat di RSJ. Nanti setelah itu kami jemput lagi tapi kami titip dulu di Dinsos di Cibadak sampai benar bisa kembali ke keluarga dan masyarakat," tutur dia.
Foto: Kapolsek Lengkong Iptu Bayu mengevakuasi kakak-beradik Hamdan dan Hamdi dari kandang yang mereka tinggali selama 5 tahun terakhir karena ODGJ. (dok. istimewa)
Iptu Bayu mengatakan data ODGJ di dua kecamatan di wilayah hukum Polsek Lengkong, berdasarkan data tiga bulan lalu, mencapai ratusan. Di Kecamatan Pabuaran terdapat sekitar 70 hingga 80 ODGJ, sementara di Lengkong terdata 30 warga yang menderita ODGJ.
"Yang suka ngamuk itu yang di Pabuaran. Kalau dari data di sana ada 70-80 warga yang gangguan jiwa, tapi mungkin masih berobat, ada yang sudah berangsur-angsur membaik, kalau di Lengkong 30-an itu data 3 bulan lalu," papar dia.
Terakhir, Iptu Bayu mengaku dirinya pernah berkeinginan membuat yayasan untuk menampung ODGJ. Iptu Bayu mengaku dirinya hobi menonton konten-konten Youtuber Pratiwi Noviyanthi dan Ipda Purnomo yang menyelamatkan para ODGJ.
"Saya mengantar langsung karena dari dulu saya suka hal-hal yang berbau evakuasi ODGJ. Saya juga sering nonton Novianti, terus Pak Purnomo Orang Baik. Bahkan saya sempat ngobrol dengan anggota saya dulu kalau saya mau punya yayasan penampungan orang gila," pungkas dia.
(aud/knv)