Neraca Pembayaran RI Surplus, Sinyal Stabilitas Ketahanan Eksternal Terjaga

1 month ago 38

Jakarta -

Stabilitas ketahanan eksternal Indonesia hingga saat ini tetap terjaga di tengah berbagai dinamika risiko global yang tengah terjadi, yang salah satunya ditunjukkan oleh capaian surplus pada neraca transaksi ekonomi internasional Indonesia.

Menurut laporan Bank Indonesia, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada Q3-2024 mencatatkan surplus sebesar USD 5,9 miliar, di mana sebelumnya mengalami defisit sebesar USD 0,6 miliar pada Q2-2024.

Penurunan Defisit Transaksi Berjalan

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Surplus tersebut dipicu oleh perbaikan indikator, termasuk penurunan defisit transaksi berjalan menjadi USD2,2 miliar (0,6% dari PDB) dari USD3,2 miliar (0,9% dari PDB) pada Q2-2024.

Perkembangan positif ini dipengaruhi oleh perbaikan defisit Neraca Jasa dari USD5,1 miliar menjadi USD4,2 miliar, terutama karena peningkatan pendapatan dari jasa perjalanan akibat acara internasional dan libur musim panas.

Penurunan defisit transaksi berjalan juga didorong oleh perbaikan defisit Neraca Pendapatan Primer menjadi USD8,9 miliar dari USD9,6 miliar, akibat penurunan pembayaran imbal hasil investasi.

Surplus Neraca Pendapatan Sekunder meningkat menjadi USD1,6 miliar dari USD1,5 miliar, berkat peningkatan penerimaan hibah Pemerintah dan remitansi dari Pekerja Migran Indonesia (PMI).

Peningkatan Surplus Transaksi Modal dan Finansial

Surplus Neraca Pembayaran meningkat karena surplus Transaksi Modal dan Finansial naik menjadi USD6,6 miliar (1,8% dari PDB) dari sebelumnya USD3,0 miliar (0,9% dari PDB) pada Q2-2024.

Perkembangan ini didorong oleh peningkatan surplus Investasi Langsung menjadi USD5,2 miliar, berkat tingginya penyertaan modal asing di sektor industri pengolahan, pertambangan dan penggalian, serta perdagangan besar dan eceran.

Selain itu, peningkatan surplus Investasi Portofolio menjadi USD9,6 miliar juga berkontribusi, dengan pembelian instrumen jangka panjang seperti Surat Utang Negara (SUN) Rupiah dan Global Bond Pemerintah, serta instrumen jangka pendek seperti Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Cadangan Devisa Meningkat

Surplus Neraca Pembayaran turut meningkatkan cadangan devisa Indonesia menjadi USD149,9 miliar pada akhir September 2024. Ini setara dengan pembiayaan 6,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah, yang jauh di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

Kebijakan Strategis Pemerintah

Untuk menjaga stabilitas ketahanan eksternal di tengah tekanan global seperti penguatan indeks dolar AS yang memengaruhi volatilitas pasar keuangan Indonesia, pemerintah menerapkan kebijakan strategis dengan memperkuat penggunaan mata uang lokal dalam transaksi bilateral.

Implementasi Local Currency Transaction (LCT), yang merupakan perluasan dari Local Currency Settlement (LCS), penting untuk memfasilitasi perdagangan dan investasi antar negara, mengurangi ketergantungan pada mata uang asing tertentu, mendukung pendalaman pasar keuangan, dan stabilisasi nilai tukar.

"Dalam rangka mengoptimalkan pemanfaatan LCT, Pemerintah bersama Bank Indonesia membentuk Satuan Tugas Nasional LCT, yang ditargetkan untuk meningkatkan penggunaan LCT hingga 10% pada 2024 dan 2025," ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto dalam keterangan tertulis, Jumat (22/11/2024).

Langkah ini juga diperkuat dengan sosialisasi dan insentif juga diberikan kepada pelaku usaha, eksportir, importir, dan BUMN untuk mendorong partisipasi aktif dalam stabilisasi ekonomi melalui kebijakan tersebut.

Dengan berbagai strategi yang diterapkan, pemerintah berkomitmen menjaga ketahanan ekonomi nasional di tengah dinamika global.

Pemerintah terus menjalin kerja sama ekonomi di berbagai forum untuk meningkatkan akses produk ekspor dan mendorong investasi asing, guna memperkuat ketahanan sektor eksternal dan menjaga surplus neraca pembayaran.

Kemitraan Indonesia dengan negara IPEF memberikan langkah konkret dalam memperluas pasar melalui rantai pasok global yang tangguh, fasilitasi ekonomi bersih, dan kemudahan investasi.

Selain itu, upaya aksesi OECD terus dilanjutkan untuk mendorong reformasi sesuai standar negara maju, diharapkan dapat meningkatkan daya tarik investasi dan memperkuat posisi Indonesia di kancah global.

Ke depannya, Bank Indonesia memperkirakan NPI 2024 akan tumbuh positif dengan defisit transaksi berjalan tetap rendah, antara 0,1% hingga 0,9% dari PDB. Pemerintah akan terus menjaga perkembangan NPI di tengah dinamika global dengan memperkuat kebijakan dan koordinasi.

(akd/ega)

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial