KKP Jamin Budi Daya Tuna di Biak Papua Tak Rusak Lingkungan

1 month ago 31

Jakarta -

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menjawab sejumlah kontroversi dalam budi daya tuna di Biak, Papua. Proses budi daya di sana menuai polemik lantaran dikhawatirkan akan mendatangkan dampak buruk bagi lingkungan dan kelangsungan hidup bayi tuna sendiri.

Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya TB Haeru Rahayu menepis konsep bahwa budi daya tuna farming akan merusak lingkungan hingga membuat bayi tuna mati. Bahkan menurutnya justru akan terjadi sebaliknya.

"Justru sebenarnya terbalik. Dengan budi daya itulah semuanya akan bisa menjaga sumber daya alam. Memastikan SDA ini bisa dinikmati sampai generasi selanjutnya, anak cucu kita," kata TB, ditemui usai Konferensi Pers di Gedung Mina Bahari IV, Jakarta Pusat, Rabu (18/12/2024).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

TB mengatakan, pihaknya telah melakukan perjalanan ke sejumlah negara untuk belajar budi dayanya, termasuk ke Port Lincoln, Australia, dan Izmir, Turki. Di sana, ia memastikan bagaimana keberlanjutan budi daya tuna secara keekonomian sekaligus jaminan di sisi ekologinya.

"Lalu apa yang menjadi salah kami kalau kami mau mengembang? Padahal budidaya itu salah satu jawaban untuk bisa meningkatkan kesejahteraan, mendapatkan devisa, kemudian menghasilkan ikan yang punya kualitas yang lebih baik," ujarnya.

Di Izmir sendiri, lanjut TB, proses penangkapan baby tuna dilakukan dengan dilihat menggunakan sonar, bahkan ada juga yang menggunakan heli. Baru akhirnya, baby tuna tersebut ditangkap. Penangkapannya pun harus dilakukan dengan sangat hati-hati.

"Nah, kalau sudah tertangkap, tangkapnya bukan diangkat kayak jaring begini, dikelilingi begitu. Setelah itu dibawa menuju ke KJA (Keramba Jaring Apung) itu dengan kecepatan maksimal satu not. Kenapa satu not? Supaya jaringnya itu tidak begini. Kalau dibawa kencang, ya pasti mati. Ini pelan-pelan dibawa, digiring," terang dia.

Oleh karena itu, TB meyakini bahwa budi daya tuna yang sedang dirintis akan berjalan baik dan hal-hal yang dikhawatirkan tidak akan terjadi. Ia juga menekankan bahwa pemerintah tidak akan bertindak sembarangan.

"Kami juga nggak sembarangan untuk melakukan kebijakan-kebijakan seperti itu. Jadi, be positive thinking. Jangan tendensius. Silahkan seeing is believing. Kalau ada teman-teman mau datang ke biak, monggo, ini masih dalam proses persiapan. Sedang mudah-mudahan tahun depan semuanya sudah bisa clear and clean," kata TB.

Sebagai informasi, pengembangan budi daya ikan tuna di Biak, Papua merupakan garapan sejumlah investor swasta. Salah satunya ialah investor asal Turki. Saat ini, sarana-prasarana di sana masih dalam proses pembangunan.

"Kita Indonesia karena juga jumlahnya banyak, kita sudah mulai masuk ke situ. Jadi kita undang investor dari Turki untuk kemudian masuk di Biak salah satunya. Mereka sudah bawa dua kapal, lalu kemudian sudah membangun keramba, sekarang sedang dalam proses pembangunan," kata Trenggono beberapa waktu lalu.

"Harapannya tahun depan sudah bisa mulai budidaya, dan kemudian mungkin yang pertama kali di Indonesia untuk tuna farming dilakukan di Biak. Sekitar US$ 40 juta (nilai investasinya)," sambungnya.

Dari budidaya itu, dia bilang produksi ikan tuna dapat meningkat signifikan. Sebab, teknik yang digunakan di tuna farming ini berbeda dengan yang biasa digunakan oleh nelayan.

"Ya cukup signifikan ya, karena satu keramba saja 2000 ekor gitu. Nah kalau dia 10 ya, sudah banyak. Itu terobosan sih menurut saya, karena nelayan kita sukanya mancing, pakai handline sama longline gitu ya. Dan itu sebetulnya tidak sustain. Karena kalau longline, handline itu kan disebar dalam jumlah banyak, longline khususnya ya. Dengan cara ini, dengan cara farming kayak gini, ya tentu akan sedikit berbeda," terang Trenggono.

Trenggono mengatakan, ikan tuna merupakan salah satu komoditas yang strategis karena mempunyai nilai yang tinggi. Namun, di Indonesia rata-rata produksi ikan tuna hanya 1.200 ton per tahun. Padahal, Indonesia berpotensi produksi ikan tuna mencapai 340 ribu ton.

(acd/acd)

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial