Pengunjung Glodok Membludak, Pedagang Pernak-pernik Imlek Kebanjiran Cuan

4 hours ago 1

Jakarta -

Sejumlah pedagang pernak-pernik Imlek terlihat sudah memadati kawasan pecinan Glodok Pancoran, Jakarta Barat. Sebab di kawasan tersebut para pedagang musiman itu bisa meraup omzet hingga puluhan juta rupiah per hari. Berdasarkan pantauan detikcom di lokasi, terlihat banyak lapak memenuhi sepanjang trotoar Jl. Pancoran dekat gapura pecinan hingga depan kawasan niaga Petak Enam.

Terlihat berbagai keperluan Imlek mulai dari pakaian, hiasan dan dekorasi, pohon imitasi, serta kue dan manisan hingga amplop angpau memadati area. Dengan suasana mencolok dari perpaduan warna merah dan emas serta ramainya pedagang dan masyarakat yang berkunjung membuat suasana kian meriah.

Salah seorang pedagang pernak-pernik Imlek, Alam, mengatakan lapak-lapak ini memang secara rutin dibuka sekitar satu bulan sebelum Imlek setiap tahunnya. Karena tahun baru China ini biasanya jatuh pada Januari atau Februari, maka para pedagang biasanya sudah berkumpul sejak Desember.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski begitu menurutnya kawasan ini baru benar-benar ramai pengunjung sekitar dua minggu sebelum Hari Raya berlangsung. Karena itu merasa tidak pernah ketinggalan momen meski buka sekitar satu minggu lebih lama dibandingkan pedagang lain.

"Kalau saya buka pas awal Januari, tanggal satu sudah mulai buka di sini. Soalnya pas tahun baru saya masih jualan di Kota Tua, kalau yang lain mungkin dari Desember sudah ada yang buka," kata Alam saat ditemui detikcom.

Untuk membuka lapak ini, Aman mengaku perlu menyiapkan modal hingga puluhan juta rupiah. Bahkan menurutnya diperlukan minimal Rp 50 juta untuk bisa berjualan selama satu bulan sebelum perayaan Imlek.

"Kalau saya sendiri modal Rp 50an juta, baru bisa dagang. kalau di bawah Rp 50 juta nggak bisa, susah. Soalnya dia banyak model dia dari Rp 1.000 sampai ratusan ribu harganya," papar Alam.

"Kalau nggak punya modal segitu nggak bisa belanja banyak, yang ada malah ditinggal orang, soalnya nggak banyak pilihan. Saya lihatnya sih gitu di sini modelnya banyak modal banyak untung," tambahnya.

Modal ini sebagian besar diperuntukkan membeli barang dagangan di agen. Sebab kalau tidak memiliki barang yang cukup, menurutnya lapak tersebut akan kalah saing dan ditinggal pembeli karena tidak memiliki barang dagangan yang cukup.

Meski membutuhkan modal yang cukup besar, ia mengaku bisa menjual berbagai pernak-pernik dekorasi dan angpao dengan omzet mencapai Rp 30-50 juta setiap harinya. Sebab sebagai besar pengunjung pecinan Glodok ini datang untuk membeli dalam jumlah besar. "Mulai ramai biasanya dua minggu sebelum Imlek lah. Tahun barunya kan tanggal 29 nih, biasanya sampai tanggal 28 malam kita jualan," ucapnya.

"Kalau omzet pas ramai-ramainya itu bisa Rp 30 juta, bisa Rp 50 juta. Kebanyakan yang beli itu borongan. Kaya beli angpao itu bisa sampai berapa box gitu, atau hiasan-hiasan tempel yang shio," terang Alam lagi.

Namun Alam mengatakan penjualan pernak-pernik Imlek tahun ini terasa sedikit lebih lesu jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Walaupun penurunan ini tidak begitu signifikan hingga membuat para pedagang rugi.

Senada dengan itu, pedagang pernak-pernik Imlek lain bernama Ros mengatakan area sekitar trotoar Jl. Pancoran Glodok ini memang rutin dipadati pedagang sejak Desember tahun lalu.

Ros yang juga menjual banyak sekali jenis dekorasi Imlek dan angpao berbagai motif juga mengaku bisa meraup omzet jutaan rupiah setiap harinya. Kondisi ini tergantung pada cuaca dan hari berjuang. "Omzet itu bisa Rp 5 juta sehari, kalau lagi ramai bisa Rp 10 juta. Cuma kalau lagi sepi itu pernah kemarin hujan seharian cuma Rp 3 juta. Tergantung sih memang, namanya juga jualan," jelas Ros.

"Kalau yang sampai ramai banget itu Sabtu-Minggu, kalau hari biasa seperti sekarang cuma ramai saja, nggak yang sampai gimana-gimana. Mana Sabtu-Minggu besok kan sudah dekat Imlek, biasanya makin ramai itu. Kalau dari tahun-tahun sebelumnya bisa Rp 15 juta sehari," katanya lagi.

Namun senada dengan Alam, menurut Ros jumlah pembeli tahun ini memang tidak seramai tahun-tahun sebelumnya. Terutama untuk pembeli hiasan berupa pohon imitasi atau dekorasi Imlek lain yang tahan lama. "Dibandingkan tahun lalu agak turun sih, cuma nggak banyak, paling sekitar 10% lah. Selebihnya kaya tempelan atau angpao ini masih laku," ucap Ros.

(fdl/fdl)

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial