Jakarta -
Matahari sore nyaris tenggelam seorang pedagang jamu angkringan bernama Dewi masih sibuk mempersiapkan bahan baku, minuman herbal andalan masyarakat untuk menangkal penyakit kini dijual dengan konsep unik oleh Dewi yang terletak di Perumahan Marakash, Bekasi Utara.
Meski tengah digempur minuman manis di mana-mana, namun usaha jamu milik Dewi ini tetap bertahan. Memang saat Pandemi COVID-19 jamu menjadi primadona bagi mereka yang ingin mempertahankan imunnya dari serangan virus, Dewi juga sempat membuat minuman jamu bernama Jamu Tolak Corona yang viral dan pesanannya cukup meledak.
Diketahui keluarga Dewi memang penggemar jamu, resep jamu yang dibuat dan dijualnya berasal turun-temurun dari neneknya. Dewi juga menyebut keluarganya dari dulu ketika sakit jarang datang ke dokter, mereka mengandalkan jamu racikan khas keluarga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya asli Surabaya, orang dulu 'demen' jamu nggak pernah kalo sakit ke dokter, apalagi keluarga saya itu jarang mau ke dokter jadi sakit pegal paling bikin jamu, dari situ saya tau resep dari mbah saya karena mereka sering konsumsi saya disuruh untuk bikin tubulaos jadi resepnya dari mbah," cerita Dewi saat ditemui di lapak Jamu Dewi Poetri, Bekasi Utara, Selasa (15/4/2025).
Kebiasaan minum jamu saat badan mulai tak enak badan terus dilakukan dan diturunkan kepada anak-anaknya, oleh karena itu saat Pandemi COVID-19 menyerang Dewi sudah punya resep untuk menghadapinya bahkan jamu buatannya terjual hingga ke Dubai.
Omzet penjualan jamu pun terus melonjak, Dewi yang saat itu masih menggunakan kemasan sachet dapat menjual hingga 1000 sachet per bulan. Jamu-jamunya itu dijual melalui toko-toko herbal dan orang-orang terdekat yang mengetahui kemahiran Dewi dalam membuat jamu.
"Pernah juga (jamu) dikirim ke Dubai, waktu pandemi rame, reseller saya di sini jamu saya beri nama Jamu Tolak Corona. Dia nyobain kok enak, di badan segar dia tawarin keteman-temannya ada salah satu temannya yang kerja di Dubai, dia minta ya saya kirim ke sana. Alhamdulillah mudah-mudahan nanti bisa ekspor lagi," lanjut Dewi.
Tingkatkan Penjualan Dengan Rutin Ikuti Pameran dan Bazar
Usai pandemi penjualan memang tak sebagus saat itu, namun Dewi masih memiliki keyakinan bahwa usahanya bisa maju terutama karena jamu memang membawa manfaat bagi orang banyak, dengan membuka angkringan jamu ada saja pengunjung yang datang dengan berbagai keluhan penyakit. Dewi lantas membuat jamu sesuai takarannya dan manfaatnya, tak sedikit dari pengunjung merasakan manfaat itu.
Untuk meningkatkan semangat dan penjualannya, Dewi rutin mengikuti berbagai pameran. Diketahui jamu Dewi ini menjadi UMKM unggulan dari PNM Mekaar. Salah satu pameran yang ia ikuti yaitu UMKM BRI EXPO(RT) di ICE BSD Januari 2025 lalu, adanya pameran - pameran meningkatkan semangat usaha Dewi.
"Saya nggak nyangka ya mas tau-tau ditelpon dari PNM Bekasi 'bu dewi siap-siap ya bulan ini nanti ada pameran di BSD ya, ibu ikut'. Jauh-jauh hari saya langsung siap-siap untuk bawa produk lebih, disana juga bisa bikin (secara dadakan) yang laku banyak botolan, saya juga bikin yang racikan tester saya bikin juga di sana. Total saya bawa 350 botol selama 4 hari lumayan sisa 125," kata Dewi.
Dalam berbagai kesempatan pameran yang diajak oleh PNM Dewi bisa bertemu dengan para pengusaha UMKM lainnya, menteri hingga Presiden ke-7 Joko Widodo.
"Karena ikut PNM jadi sering ikut bazar, ketemu teman-teman sejawat, menteri kaya bu Sri Mulyani, bapak menteri UMKM, bapak Airlangga, ketemu pak Jokowi juga pernah, jamu saya juga sering kalo ada tamu-tamu PNM yang datang sering dibawa juga," lanjut Dewi.
Dengan mengikuti pameran dewi juga berkesempatan untuk saling berbagi informasi kepada para UMKM, tak jarang produknya diminati para pengunjung dan reseller. Peluang bisnis lainnya juga bisa di dapat seperti kolaborasi dan memperluas jangkauan pasar, Dewi juga termotivasi untuk meningkatkan produk jamunya agar lebih dapat diterima masyarakat.
Jamu Jadi Alternatif Obat
Jamu milik Dewi yang mulai tenar di Bekasi Utara kian mendapatkan tempat di hati pelanggan, tak jarang orang-orang yang lewat mampir untuk mencoba jamu racikannya, adanya lapak ini membuka pasar baru bagi orang yang penasaran akan rasa dari jamu.
Namun, bagi orang yang memiliki riwayat penyakit juga datang ke angkringan dan berkonsultasi dengan Dewi racikan jamu apa yang cocok untuk penyakitnya itu. Salah satu pelanggan Dewi bercerita bahwa ia sebelumnya rutin mengkonsumsi obat, namun kini ia hanya rutin minum jamu di angkringan Dewi.
"Saya ke sini sudah delapan bulan rutin, sebelumnya sering makan obat hipertensi, ini bagus cocok ya mungkin untuk semua penderita hipertensi kolesterol ke sini aja," ujar Fakhri yang datang bersama istrinya.
Dengan mengkonsumsi jamu, Fakhri merasa lebih nyaman ketimbang minum obat. Fakhri juga meyakini usaha jamu Dewi bisa lebih baik.
"Saya yakin pelanggan ibu ini bisa membludak, karena cocok kemudian harga nggak terlalu mahal dan bagus untuk kesehatan, karena saya sudah membuktikan saya 2 kali seminggu. Istri kadang-kadang karena saya sering ke sini dia juga minum jamu yang lain, dia bisanya ini suka ini empon-empon untuk masuk angin dan jaga stamina aja." pungkas Fakhri.
Membuka lapak angkringan dari sore hingga pukul 10 malam tak menjamin Dewi untuk pulang tepat waktu, terkadang namanya pelanggan tak bisa diprediksi mereka datang saat Dewi tengah siap-siap pulang. Tak mau mengecewakan pelanggan, ia harus rela menunggu bahkan hingga larut malam.
Dengan membuka usaha ini, Dewi juga turut membuka lapangan pekerjaan bagi tiga orang karyawannya. Diketahui Dewi kerap mengajak tetangga untuk membantunya memproduksi jamu di rumah.
"Saya bantu ngikisin, kadang dikirimin ke rumah 5 - 10 kilo, ngerjain ginian kalo lagi mood nggak sampai setengah jam. Namanya suka capek kadang suka istirahat dulu, tiga macem ini kunyit, jahe, lengkuas, temulawak tergantung ininya kalo lembek enak kalo keras susah mengikisnya," ujar Mila salah satu karyawan Dewi.
Usai membantu produksi, Mila juga turut membantu dewi dalam urusan packing. Wanita yang sebelumnya melakukan pekerjaan rumah tangga dan berjualan kini bisa mendapatkan pendapatan tambahan dengan membantu Dewi.
"Saya juga bantu nimbangin sama ngepres, masukin jamu ke dus bareng bu Dewi. Aku jasa tergantung bu Dewi yang ngasih aja dia nggak hitung-hitungan aku juga nggak nuntut mau dikasih berapa aja alhamdulillah, dia nggak pernah pelit sih kalo ada lebih dia suka ngasih lagi," tutup Mila.
(hns/hns)