Ilustrasi : Edi Wahyono
Rabu, 26 Maret 2025
Sabda—bukan nama sebenarnya—bersepakat dengan istrinya tidak akan mudik pada hari yang sama. Pertengahan Maret, istri dan anak Sabda sudah berangkat lebih dulu dari Jakarta ke kampung halaman di Nganjuk, Jawa Timur. Kenyamanan dan keamanan anak-istri menjadi alasan utama supaya tak perlu menghadapi kepadatan di Tol Trans-Jawa seperti tahun-tahun sebelumnya.
“Setiap tahun selalu kehabisan tiket kereta. Tahun lalu baru bisa libur agak mepet Lebaran, jadi terjebak macet parah. Tahun ini kantor lumayan bisa dinego untuk cuti lebih awal,” tutur Sabda kepada detikX.
Kata Sabda, kantor istrinya bekerja memiliki kebijakan yang lebih fleksibel karena memperbolehkan bekerja dari rumah sejak 2025. Alhasil, meski istri dan anak sudah berada di kampung halaman, cuti pribadi yang diambil hanya digunakan untuk perjalanan kala mudik kemarin.
Sabda menggunakan strategi yang sama meski pulang lebih belakangan. Ia mengambil cuti tahunannya sehari khusus untuk perjalanan mudik lebih awal dan melanjutkan sisa pekerjaannya di kampung halaman pada 24 Maret 2025.
“Aku termasuk beruntung sih ya bisa ambil cuti dan pulang kampung lebih awal. Tetapi sejujurnya aku lakukan itu jaga-jaga kalau-kalau di tol. Tahun lalu itu kan lumayan membeludak dibandingkan yang 2023, apalagi ini yang barengan sama Nyepi,” ucap Sabda melalui sambungan telepon sembari mengemas barang-barangnya.
Bukan cuma Sabda, Putri, 28 tahun, bersama suami dan anaknya juga memutuskan mudik lebih awal pada 26 Maret 2025. Berangkat untuk pertama kalinya membawa batita untuk berkendara di Tol Trans-Jawa menjadi alasan keduanya mengambil cuti tahunan pribadi.
"Kami berangkat habis Asar biar dapat seperempat atau setengah jalan juga agar dia (anak) melek dulu nih, terus habis itu makan. Perutnya kenyang kami kondisikan supaya tidurnya itu lelap di malam hari biar nanti sampai Semarang itu dia masih dalam kondisi tidur," ujar Putri.
Kondisi Tol Cikupa, Kabupaten Tangerang, Banten, Selasa (18/3/2025). Pada 27-30 Maret 2025 nanti akan diberlakukan sistem ganjil-genap untuk memperlancar arus mudik.
Foto : Putra M. Akbar/foc/Antarafoto
Putri juga mengungkapkan mereka memilih membawa bekal sendiri daripada bergantung rest area. Ini menjadi strateginya agar tidak terjebak dalam kepadatan di dalam tol terlalu lama. Apalagi jalan masuk dan keluar rest area seringnya menjadi titik langganan kepadatan kendaraan.
"Jadi, kalau bisa, kita cuma berhenti kalau benar-benar darurat, misalnya untuk ke toilet, salat, atau mengganti popok anak," tandasnya.
Guna mengantisipasi lonjakan arus mudik dan kepadatan lalu lintas, tahun ini memang terdapat kebijakan baru dan berbeda dibanding tahun lalu, yakni work from anywhere (WFA) bagi pekerja, khususnya ASN.
Fenomena bekerja dari rumah, yang terbentuk sejak pandemi, itulah yang kemudian memungkinkan adanya kebijakan WFA untuk diterapkan.
Pelaksana Tugas Dirjen Perhubungan Darat Kemenhub Ahmad Yani mengatakan adanya kebijakan WFA berperan besar dan diharapkan mengurangi pergerakan kendaraan yang diprediksi memuncak pada 28 hingga 30 Maret.
“Kebijakan WFA memberikan pilihan yang lebih banyak kepada masyarakat untuk menentukan kapan mereka akan melakukan perjalanan mudik atau balik, sehingga diharapkan nanti volume kendaraan dan/atau penumpang pada saat puncak arus mudik atau balik akan lebih rendah,” kata Ahmad Yani kepada detikX.
Di sisi lain, Kemenhub melalui Keputusan Bersama Dirjen Perhubungan Darat, Dirjen Perhubungan Laut, Kepala Korps Lalu Lintas Polri, dan Dirjen Bina Marga tentang Pengaturan Lalu Lintas Jalan serta Penyeberangan Selama Masa Arus Mudik dan Arus Balik Angkutan Lebaran Tahun 2025/1446 H pada 6 Maret 2025 telah merencanakan rekayasa lalu lintas di jalan tol yang bersifat situasional.
Pada 27 Maret mulai pukul 14.00 WIB, ketika arus mudik, akan dilaksanakan contraflow (lawan arus) di Kilometer 47 Karawang Barat sampai kilometer 70 Cikampek hingga 29 Maret pukul 24.00 WIB.
Dalam rentang waktu yang sama, mulai Kilometer 70 Cikampek sampai Kilometer 414 Kalikangkung akan diberlakukan rekayasa lalu lintas one way (satu arah).
Dilanjutkan pada 31 Maret pukul 13.00 WIB sampai 18.00 WIB dan 1 April 2025 pukul 11.00 WIB sampai 18.00 WIB direncanakan rekayasa lalu lintas contraflow di Kilometer 47 Karawang Barat sampai Kilometer 70 Cikampek.
Sedangkan ketika arus balik, pada 3 April sampai 7 April pukul 14.00 WIB sampai 24.00 WIB akan diterapkan one way mulai Kilometer 414 Kalikangkung hingga 70 Cikampek dilanjut contraflow sampai Kilometer 47 Karawang Barat.
Ganjil genap juga akan diberlakukan untuk arus mudik Lebaran mulai 27 Maret pukul 14.00 WIB sampai 30 Maret pukul 24.00 WIB di Tol Trans-Jawa Kilometer 47 sampai 414 dan Jakarta-Merak di Kilometer 31 hingga 98.
Secara umum, Kementerian Perhubungan juga melakukan penambahan lokasi rest area dengan mengalihfungsikan 36 unit pelaksana penimbangan kendaraan bermotor (UPPKB) atau jembatan timbang.
“Pada rest area tambahan tersebut, masyarakat dapat beristirahat dengan dilengkapi fasilitas musala, toilet, makanan dan minuman gratis, kursi pijat elektronik, pojok pustaka, fasilitas hiburan, dan fasilitas bermain untuk anak,” ungkap Ahmad Yani.
Prakiraan pergerakan mudik tahun ini mencapai 146,48 juta orang. Polri secara umum menyiapkan 164 ribu personel untuk mengawal Operasi Ketupat selama arus mudik hingga balik di seluruh Indonesia.
Kabag Ops Korlantas Polri Kombes Aries Syahbudin menyebut titik kepadatan yang dipetakan Korlantas meliputi Jakarta-Cikampek, Jakarta-Merak, kemudian Cipali sampai Semarang, berlanjut ke Cipularang dan yang menjadi atensi adalah Tol Solo-Yogyakarta.
Foto udara kawasan Bunderan Waru Perbatasan Surabaya-Sidoarjo, Jawa Timur, Senin (24/3/2025). Ini salah satu wilayah yang diprakirakan rawan macet mudik Lebaran 2025.
Foto : Umarul Faruq/nz/Antarafoto
“Tapi, kalau kita lihat, kita perkecil kembali, kerawanan itu yang paling utama itu dari mulai Kilometer 47 di Cikampek sampai 70, kemudian di Cipali dari Km 70 itu ke Km 188 karena di 110 itu ada bottleneck(penyempitan jalur). Kemudian kerawanannya di rest area sepanjang mulai Kilometer 48 itu ada rest area 57 A yang jadi favorit, kemudian 88, 101, yang tradisi tahun ke tahun itu pada saat Magrib,” jelas Aries.
Ia mengimbau juga kepada masyarakat yang nantinya berkendara di tol, selama waktu buka puasa, untuk tidak memaksakan berhenti di rest area yang sudah penuh. Alternatifnya bisa keluar terlebih dahulu dari tol untuk beristirahat di restoran-restoran terdekat.
Sedangkan untuk mengurai kepadatan di jalan arteri, yang juga berlaku di tol, telah diterbitkan aturan pembatasan mobil barang dengan sumbu 3 atau lebih. Mobil barang dengan kereta tempelan, kereta gandengan, serta mobil barang yang mengangkut hasil galian, tambang, juga bahan bangunan. Ini dimulai Senin, 24 Maret 2025, pukul 00.00 waktu setempat sampai Selasa, 8 April 2025, pukul 24.00 waktu setempat.
“Antisipasinya lebih lanjut kalau memang terjadi (ada tronton di jalan) ya kita pinggirkan dulu ke kantong parkir gitu ya, biar mereka tidak memberi kesempatan kepada masyarakat kita yang akan mengemudi,” kata Aries kepada detikX ketika ditemui di Mako Korlantas Polri.
Wilayah titik kepadatan yang menjadi perhatian utama Korlantas di jalan arteri antara lain jalur Pantura, kemudian jalur dari Cileunyi atau Bandung ke arah Garut maupun Tasikmalaya. Beberapa titik tradisional yang rawan kepadatan di wilayah tersebut antara lain Nagreg, Kabupaten Bandung, dan Gentong di Kabupaten Tasikmalaya menuju Bandung.
“Kemudian, di Jawa Timur terdapat titik rawan kemacetan di pertigaan Mengkreng, yang merupakan perbatasan antara Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Kediri, dan Kabupaten Jombang. Jalur Puncak pasti menjadi atensi karena banyak lokasi wisata di sekitarnya. Selain itu, jalur Lembang juga perlu diperhatikan. Di Jawa Tengah, ada jalur menuju kawasan wisata Dieng dan jalur ke kawasan Guci yang juga menjadi perhatian,” papar Aries.
Korlantas telah menyiapkan 2.835 posko di seluruh Indonesia. Ini terbagi menjadi pos pelayanan, pos pengamanan, maupun pos terpadu untuk mengantisipasi berbagai masalah di lapangan.
Reporter: Ani Mardatila, Fajar Yusuf Rasdianto, Ahmad Thovan Sugandi
Penulis: Ani Mardatila
Editor: Dieqy Hasbi Widhana
Desainer: Fuad Hasim