Jakarta -
Aiptu Abang bersyukur gagasannya untuk membangun gedung program Gerakan Baca Tulis (Gabus) didukung Kapolda Papua saat itu, Komjen (Purn) Mathius D Fakhiri. Gedung tersebut digunakan untuk kegiatan belajar mengajar anak-anak di Sentani, yang sebelumnya terpaksa menumpang di rumah warga.
"Kalau untuk biaya kebetulan pada tahun itu juga Pak Kapolda saat itu Irjen Mathius Fakhiri, sekarang beliau sudah purna," kata Aiptu Abang dalam program Hoegeng Corner di detikPagi, Rabu (20/11/2024).
Ps Kanit Binmas Polsek Kawasan Bandara Sentani, Polres Jayapura itu tidak menyangka kegiatan Gabus yang dilaksanakannya ditinjau langsung oleh Kapolda Papua. Dia saat itu hanya melaporkan kegiatan tersebut seperti biasa kepada pimpinan, namun ternyata laporan itu sampai ke telinga Kapolda.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Beliau berkunjung ke tempat belajar kami, karena mungkin beliau melihat situasi tempat yang kurang layak untuk dipakai belajar, sehingga beliau memberikan sedikit bantuan untuk kami gunakan kami membangun bangunan itu," kata Aiptu Abang.
Setelah itu, biaya pembangunan gedung juga dibantu dengan menggunakan sebagian gaji Aiptu Abang. Pembangunan gedung tersebut disesuaikan dengan kondisi keuangan yang ada.
"Kaami menyesuaikan, bila ada uang kami lanjut kalau tidak, kami tinggal dulu. Kami sisihkan sedikit gaji untuk kita pakai itu," ujar Aiptu Abang.
Aiptu Abang sebelumnya diusulkan oleh Polda Papua dalam program Hoegeng Corner 2024. Pengabdian Aiptu Abang lewat program Gabus bermula saat adanya pergantian Kapolres Jayapura pada 2021.
"Beliau mengumpulkan seluruh Bhabinkamtibmas untuk membuat terobosan ke wilayah binaan masing-masing, salah satu yang ditawarkan ke kami, Gabus. Jadi bagaimana caranya program itu bisa jalan bisa dinikmati oleh warga setempat," kata Aiptu Abang saat berbincang dengan detikcom, Kamis (3/10/2024).
Aiptu Abang langsung turun ke lapangan untuk mencari anak-anak yang belum bisa baca tulis. Seiring berjalannya waktu, anak-anak binaan dalam program Gabus itu semakin bertambah.
"Sehingga saya bisa kumpul awal sekitar 15 kurang lebih, kami ajarkan mereka di bawah-bawah pohon, di teras rumah. Kita cari momen yang santai tapi bagaimana serius," ujar dia.
Pada 2024, dia kemudian bertemu salah seorang guru bernama Agustina Felle. Aiptu Abang dan Agustina sepakat untuk kerja sama dalam mengajar anak-anak agar bisa baca tulis.
"Jadi ibu juga ada punya keinginan untuk belajar bersama sehingga saya sepakat dengan ibu kalau begitu nanti kita kolaborasi. Kita mengajak anak-anak ini supaya baca tulis, maka bergabunglah kami di situ memakai rumahnya sebagai tempat belajar. Kita pakai halaman ruangan tamunya di situ," imbuh Aiptu Abang.
Setelah itu, peserta didik pun semakin banyak. Aiptu Abang dan Agustina pun sepakat untuk membuat gedung belajar yang lebih layak.
"Dengan harapan apabila gedung ini jadi, kami gunakan tempat ini untuk tepat mereka belajar dengan tidak menggunakan rumah ibu guru tersebut. Karena nggak sreg juga rumah itu digunakan ruang tamu sudah dipasang kertas-kertas, alat peraga di situ, jadi kalau untuk tamu tidak cocok, tidak layak," tutur Aiptu Abang.
Total ada sekitar 72 anak-anak yang menjadi peserta didik Aiptu Abang sejak 2021. Umur mereka yang diajar oleh Aiptu Abang itu berbeda-beda.
"Kalau anak-anak tujuannya mereka ingin baca tulis. Kemudian yang kedua kan ada satu kelompok dewasa mereka duduk di sekolah, ada putus SD, putus SMP dan putus SMA. Mereka yang putus sekolah ini berharap kita mengikuti kegiatan ini mereka bisa lanjut paket," ujar dia.
(knv/aud)