Jakarta -
Pendidikan menjadi salah satu hak dasar bagi setiap anak, tanpa terkecuali. Namun, di berbagai pelosok negeri, termasuk Papua, masih banyak anak-anak yang kesulitan untuk mengakses pendidikan yang layak dan berkualitas.
Kurangnya fasilitas memadai hingga keterbatasan ekonomi keluarga menjadi faktor anak-anak di Papua putus sekolah. Akibatnya, impian dan harapan mereka untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas sering kali terhalang.
Wakil Presiden ke-13 Ma'ruf Amin mengatakan keterbatasan akses pendidikan hingga kesenjangan ekonomi merupakan tantangan yang masih terjadi di Papua. Untuk itu, pemerintah terus memberikan perhatian.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Daerah-daerah di kawasan timur Indonesia terutama di Papua masih menghadapi keterbatasan akses pendidikan, layanan kesehatan dan juga kesenjangan ekonomi. Untuk itu pemerintah terus memberikan perhatian khusus pada pembangunan di wilayah ini dengan mengakselerasi pembangunan dan memperluas layanan dasar bagi masyarakat Papua," ujarnya beberapa waktu lalu.
Langkah Kemendikbud Genjot Akses & Kualitas Pendidikan di Papua
Menjawab tantangan ini, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengambil langkah konkret untuk meningkatkan akses dan kualitas pendidikan di Papua. Berbagai program pun diluncurkan, salah satunya melalui program beasiswa yang ditujukan untuk mendukung siswa-siswa di daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar), termasuk Papua.
Adapun dua program unggulan yang telah diluncurkan adalah Afirmasi Pendidikan Menengah (ADEM) dan Beasiswa Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADik). Melansir situs resmi kemdikbud.go.id, Program Beasiswa ADEM merupakan beasiswa yang diberikan kepada para peserta didik yang tinggal dan berasal dari wilayah Papua, Daerah Khusus dan Repatriasi untuk melanjutkan pendidikan menengah.
Tujuan program ini adalah untuk memperluas dan meningkatkan akses bagi masyarakat di daerah 3T, daerah khusus dan golongan masyarakat khusus lainnya. Dengan demikian, mereka dapat memperoleh layanan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dan berkualitas, utamanya pendidikan menengah.
Sementara itu beasiswa ADik adalah beasiswa afirmasi pemerintah untuk mahasiswa yang mengalami keterbatasan kondisi dan keberadaan sehingga kesulitan mengakses pendidikan tinggi. Beasiswa ADik terbagi ke dalam empat jenis, yakni ADik Wilayah Papua, ADik 3T, ADik ADEM & TKI dan ADik Mandiri.
Dikutip dari situs puslapdik.kemdikbud.go.id, sampai tahun 2023, ada sebanyak 11.400 siswa yang ikut program ADEM dan sudah meluluskan 6.817 siswa. Hampir 50 persen dari sejumlah itu merupakan siswa asal Papua, sisanya adalah siswa dari daerah 3T dan anak dari keluarga Pekerja Migran di Malaysia. Mereka menjalani sekolah SMA dan SMK di beberapa wilayah di Jawa, Sumatera dan beberapa wilayah lain di luar Papua.
Sementara untuk program ADik, sejak tahun 2012 sampai 2023, sebanyak 3.231 siswa Papua berhasil melanjutkan kuliah di beberapa perguruan tinggi di luar Papua, seperti di Jawa, Sumatera, Sulawesi, dan wilayah lainnya.
"Kami ingin memastikan bahwa semua anak Indonesia, terutama dari Papua dan 3T, mendapatkan kesempatan yang setara untuk memperoleh pendidikan yang berkualitas. Pendidikan adalah kunci penting dalam menciptakan masa depan yang lebih baik, baik bagi individu maupun daerah asal mereka," ungkap Mendikbudristek 2019-2024 Nadiem Makarim
"Melalui program ini, kami berupaya memastikan bahwa tidak ada anak bangsa yang tertinggal hanya karena keterbatasan atau biaya," sambungnya.
Beasiswa ADEM & ADik Wujudkan Harapan Anak-anak Papua
Kehadiran beasiswa ADEM dan ADik mendapat seakan membuka harapan dan mewujudkan impian anak-anak di Papua. Pasalnya, mereka bisa memperoleh akses pendidikan yang layak dan berkualitas.
Salah satu penerima beasiswa ADik tahun 2017, Monalisa Valencia Merauje mengungkapkan program ADik merupakan kesempatan luar biasa baginya. Lewat program ini, Monalisa berhasil menimba ilmu di Universitas Indonesia Program Studi di Sistem Informasi dan lulus tahun 2023.
"Program ADik merupakan program yang sangat luar biasa karena dengan adanya program ini, putra putri asli Papua diberikan kesempatan yang sama untuk bisa menambah ilmu di perguruan Perguruan tinggi terbaik," ungkapnya.
Hal yang sama pun dirasakan oleh pemuda asal Papua yakni Yohanes Ryaldy Wanma. Saat sekolah di SMA Bhinneka Tunggal Ika Yogyakarta, ia mendapatkan beasiswa ADEM. Kemudian, semasa kuliah S1 pun ia berhasil mendapatkan beasiswa ADik.
"Keluarga saya punya keterbatasan ekonomi dan saya sebagai anak pertama merasa sangat terbantu oleh program ADEM dan ADik, selain tidak perlu keluar biaya, juga mendapatkan banyak sekali wawasan serta pengalaman-pengalaman yang luar biasa, dari satu kota ke kota lainnya dengan tantangan yang berbeda sehingga karakter saya lebih kuat," ungkap Yohanes.
Berkat beasiswa ini, Yohanes bisa melanjutkan melanjutkan pendidikan S2 di Amerika Serikat. Di sana ia mengambil studi Master Degree in Tourism and Hospitality Management di University of Florida.
Kesempatan berkuliah di negeri Paman Sam ini ia dapatkan setelah lolos beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).
"Setelah menjalani perkuliahan, saya semakin sadar akan pentingnya dunia pendidikan dan dunia pariwisata terlebih khusus di Papua, karena itu pula kemudian saya melanjutkan pendidikan S2 saya dengan mengambil jurusan di bidang pariwisata," jelas Yohanes.
Kisah Monalisa dan Yohanes menjadi salah satu bentuk terwujudnya pendidikan berkualitas di Papua. Pemerintah, dalam hal ini, berkomitmen untuk terus berupaya meningkatkan akses pendidikan yang layak dan berkualitas bagi anak-anak di wilayah 3T. Hadirnya beasiswa ADEM dan ADik diharapkan dapat membuat masa depan pendidikan di Papua semakin cerah.
(prf/ega)