Badai PHK massal menjadi pukulan telak para buruh. Mereka kehilangan pekerjaan saat lowongan kerja semakin langka.
Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) massal melanda Indonesia pada awal 2025. Ini menandai krisis baru di berbagai lapisan industri. Ribuan pekerja dari berbagai sektor, mulai tekstil hingga manufaktur elektronik, menjadi korban. Mereka, yang selama bertahun-tahun menggantungkan hidup terhadap upah bulanan, kini berhadapan dengan ketidakpastian yang tak diduga.
Badai PHK massal ini bukan sekadar angka dalam laporan ekonomi, melainkan kenyataan yang dihadapi para buruh saat pencari kerja semakin membeludak. Selain itu, rentang usia korban PHK semakin mempersempit peluang mendapatkan pekerjaan baru. Permasalahan ini menimbulkan dampak sosial-ekonomi yang luas, mulai meningkatnya tingkat pengangguran hingga tekanan ekonomi bagi keluarga yang terdampak.
Di berbagai wilayah, ribuan pekerja berjalan keluar dari pabrik dengan kepala tertunduk bukan karena kelelahan setelah jam kerja yang panjang, melainkan karena kehilangan pekerjaan. Tangisan, haru, hingga kecemasan mengiringi para korban PHK yang dipaksa meninggalkan tempat mereka menggantungkan hidup.
# karyawan
# buruh
# pesangon
# tutup
# PHK
# gaji
# karyawan
# buruh
# pesangon
# tutup
# bangkrut
# gaji
# PHK
# Layoff
# Pabrik
# retail
# pabrik
# PHK
# tekstil
# Layoff
# retail
# pabrik
# umr
# buruh
# sepatu
# tekstil
# musik
# kain
# baju
# lokal
# ump
# sepatu
# tekstil
# musik
# kain
# baju
# lokal
# ump
PT Sri Rejeki Isman
PT Sri Rejeki Isman Tbk, yang lebih dikenal dengan nama Sritex, merupakan salah satu perusahaan tekstil terbesar di Indonesia. Berdiri pada 1966, perusahaan ini dirancang oleh seorang pengusaha Indonesia bernama HM Lukminto. Sritex awalnya berfokus pada produksi tekstil untuk pasar domestik. Seiring berjalannya waktu, perusahaan ini berkembang pesat dan menjadi pemain utama dalam industri tekstil internasional.
Pada 1980-an, Sritex menjadi perusahaan yang dikenal di pasar internasional, terutama di Asia, Eropa, dan Amerika. Bahkan mulai mendapatkan perhatian besar sebagai salah satu pemasok utama bahan baku tekstil berbagai merek global ternama, seperti H&M, Uniqlo, dan Zara. Sritex terus berkembang dan mencapai puncak kejayaan pada 2010-an, perusahaan ini mampu memasok kebutuhan tekstil untuk berbagai sektor industri, termasuk industri otomotif, militer, dan garmen.
Produk
Kain Tenun
Kain Pakaian
Kain Tekstil Militer
Kain Denim dan Khusus
Bahan Tekstil Otomotif
Kain Produk Rumah Tangga
Produk Garmen
Tirai
Seprai
Dalam laporan keuangan per 30 Juni 2024, Sritex mencatat utang sebesar US$ 1,59 miliar atau sekitar Rp 25 triliun (asumsi kurs Rp 15.725 per dolar AS). Total liabilitas itu lebih besar dari total aset perusahaan US$ 617 juta (Rp 9,7 triliun) dan total ekuitas negatif US$ 980,55 juta (Rp 15,41 triliun). Aset itu pun sudah berkurang dari US$ 648 juta pada 2023 dan US$ 764,55 pada 2022. Sementara itu, liabilitas terdiri atas utang jangka pendek US$ 131,41 juta serta utang jangka panjang US$ 1,46 miliar yang didominasi oleh utang bank US$ 809,99 juta.
Sritex mulai mencatatkan defisiensi modal dan rugi yang besar sejak 2021 atau kala pandemi. Sebelumnya, pada 2019, kinerja keuangan Sritex terbilang positif, sempat meraih laba bersih sebesar US$ 87,65 juta. Bahkan, setahun sebelum itu, Sritex juga mengakuisisi PT Primayudha Mandirijaya dan PT Bitratex Industries, yang profil penjualannya sebanyak 70 persen ke luar negeri, dan berpotensi menyumbang penjualan sekitar US$ 180-200 juta.
Pada 2021, Sritex merugi sebesar US$ 1,07 miliar, dengan ekuitas defisit mencapai US$ 398,81 juta. Posisi rugi bersih berangsur-angsur menipis meski tetap tercatat minus sampai paruh pertama 2024. Pada 2022, Sritex mencatat kerugian sebesar US$ 585 juta, turun 63 persen dari tahun sebelumnya. Pada 2023, nilai kerugian itu turun lagi menjadi US$ 395 juta.
Di sisi lain, utang bertambah, ekuitas negatif meningkat, dan pendapatan juga tercatat menurun signifikan. Pada 2023, penjualan neto sebesar US$ 524,56 juta atau turun 38 persen dibandingkan tahun sebelumnya, tidak bisa menutupi beban pokok penjualan yang menembus US$ 791,09 juta saat itu.
PT Sritex mengambil langkah PHK kepada sejumlah karyawan mereka. Jumlah PHK buruh Sritex sejak 2025 lebih dari 10 ribu pegawai. Kondisi keuangan yang memburuk, beban utang tinggi, dan penurunan permintaan global mengakibatkan penutupan operasional Sritex pada 1 Maret 2025. Keputusan ini diambil setelah perusahaan dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga Semarang pada Oktober 2024, akibat gagal memenuhi kewajiban utang kepada PT Indo Bharat Rayon.
Kurator dalam kepailitan Sritex, Denny Ardiansyah, mengatakan pertimbangan penutupan adalah modal kerja dan tenaga kerja tidak ada, serta biaya produksi tinggi, sehingga tidak mungkin usaha dilanjutkan, karena dikhawatirkan akan terjadi kerugian harta pailit. Oleh karena itu, fokusnya saat ini adalah pemberesan utang.
Jumlah Karyawan di-PHK
10.828
PT Yamaha Indonesia
Berdiri pada 27 Juni 1974. Pada awal pendiriannya, Yamaha Indonesia memproduksi tiga alat musik sekaligus, yakni piano, elekton, dan pianika. Namun, setelah Oktober 1998, Yamaha Indonesia mulai memfokuskan produksi piano saja. Pabriknya berada di atas lahan seluas 15.711 meter persegi di Kawasan Industri Pulogadung, Jakarta Timur.
Pada 2022, Yamaha Indonesia tercatat mempekerjakan total 1.522 karyawan. Kini, setelah 30 tahun beroperasi, Yamaha Indonesia akhirnya gulung tikar. Sekitar 700 karyawan menjadi korban PHK.
PT Yamaha Musical Product Asia
Berdiri pada Maret 2017. Mulai beroperasi pada Agustus 2018. Pabrik PT YMPA beralamat di Kawasan MM2100, Cikarang Barat, Bekasi, Jawa Barat. Perusahaan ini memproduksi alat musik digital, suku cadang piano, dan produk-produk musik lain. Maret 2025, perusahaan yang baru seumur jagung ini akan menutup operasinya dan memecat sekitar 400 karyawan.
PT Yamaha Music memutuskan menutup dua pabriknya di Indonesia pada 2025, menyebabkan 1.100 karyawan terkena PHK.
Produk
Alat Musik Digital
Suku Cadang Piano
Piano
Pianika
Electrona
PT Yamaha Music memutuskan menutup dua pabriknya di Indonesia pada tahun 2025. PT Yamaha Music Product Asia (YMPA), Bekasi akan tutup akhir Maret 2025, berdampak pada 400 karyawan. PT Yamaha Indonesia, Pulo Gadung akan tutup akhir Desember 2025, berdampak pada 700 karyawan.
Alasan Penutupan
Permintaan pasar yang menurun
Produksi dialihkan ke China & Jepang untuk efisiensi biaya
Jumlah Karyawan di-PHK
1.100
PT Sanken Indonesia
PT Sanken Indonesia didirikan pada 1997 sebagai bagian dari strategi ekspansi Sanken Electric Co Ltd dari Jepang ke pasar Indonesia. Untuk menunjang kegiatan produksinya, perusahaan memilih kawasan industri di Cikarang, Bekasi.
PT Sanken Indonesia lebih dikenal sebagai produsen komponen elektronik. Beberapa produk yang dihasilkan antara lain switch mode power supply (SMPS), komponen yang digunakan dalam peralatan elektronik untuk mengatur daya listrik. Kemudian transformator (transformer), perangkat yang digunakan dalam industri otomotif dan elektronik. Ada pula Komponen semikonduktor, termasuk dioda dan regulator daya untuk berbagai perangkat elektronik.
Produk
Switch Mode Power Supply
Transformator
Komponen semikonduktor
Pada awal 2025, PT Sanken Indonesia mengumumkan rencana penutupan pabriknya di Cikarang, Bekasi, yang akan resmi ditutup pada Juni 2025. Keputusan ini berdampak terhadap sekitar 900 karyawan yang harus mengalami pemutusan hubungan kerja.
Penutupan tersebut disebabkan oleh perubahan kebijakan perusahaan induk yang kini lebih berfokus pada pengembangan semikonduktor. Akibatnya, PT Sanken Indonesia mengalami kerugian sejak 2019. Pada 2024, utilisasi pabrik hanya mencapai 14 persen. Ini disebabkan menurunnya permintaan pasar ekspor dan domestik.
Pabrik PT Sanken Indonesia di Kawasan M2100, Blok GG-8, Jatiwangi, Cikarang Barat, Bekasi, Jawa Barat, ditutup atas permintaan langsung dari induk perusahaannya di Jepang, Sanken Electric Co Ltd. Karena akan mengubah basis produksi di Jepang menjadi semikonduktor.
PHK dilakukan secara bertahap, dengan 400 karyawan direncanakan terkena dampaknya pada Juni 2025. Mayoritas karyawan yang terkena PHK telah bekerja selama sekitar 15 tahun dan berusia antara 30-40 tahun, yang berpotensi menghadapi tantangan dalam mencari pekerjaan baru.
Jumlah Karyawan di-PHK
900
PT Adis Dimension Footwear
PT Victory Ching Luh
PT Adis Dimension Footwear adalah perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan sepatu olahraga berjenama Nike. Sepatu yang mereka produksi diekspor ke Korea Selatan, Hong Kong, Inggris, Spanyol, Jerman, Italia, Belanda, hingga Amerika Serikat.
Jumlah karyawan perusahaan yang berada di Tangerang, Banten, itu hingga akhir 2023 berjumlah 8.683 orang. Rinciannya, 4.415 pekerja perempuan dan 4.268 laki-laki. Pada 2023, perusahaan ini merekrut 1.272 pekerja baru. Sedangkan pada tahun sebelumnya, yakni 2022, perusahaan penanaman modal asing itu merekrut 420 pekerja baru.
Pada 2021 dan 2022, mereka memproduksi lebih dari 12 juta pasang sepatu per tahun. Namun kini perusahaan yang bergabung dalam Shoetown Group, yang berpusat di Qingyuan, China, ini terkena badai PHK.
Sedangkan PT Victory Chingluh Indonesia merupakan cabang perusahaan yang berada di Taiwan, China, dan Vietnam. Perusahaan yang berada di Pasar Kemis, Banten, ini mengembangkan dan memproduksi alas kaki atletik Nike dengan 2.400 karyawan.
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Banten Septo Kalnadi mengungkapkan PT Adis Dimension Footwear telah melakukan PHK terhadap 1.500 karyawannya. Sementara itu, PT Victory Ching Luh sedang dalam proses PHK terhadap 2.000 karyawan. Permasalahan utamanya adalah penurunan jumlah pesanan dari pemegang merek Nike.
Penulis
Melisa Mailoa, Alya Nurbaiti, Fajar Yusuf Rasdianto, Ani Mardatila, Ahmad Thovan Sugandi, M. Rizal Maslan
Editor
Dieqy Hasbi Widhana
Frontend Developer
Dedi Arief Wibisono