Jakarta -
Ogoh-ogoh merupakan salah satu tradisi yang identik dalam rangka memperingati Hari Raya Suci Nyepi atau Tahun Baru Saka. Ogoh-ogoh juga menjadi bagian dari ritual masyarakat Hindu, terutama di Bali, menjelang perayaan Nyepi.
Secara etimologi, ogoh-ogoh berasal dari bahasa Bali, yakni ogah-ogah, yang artinya sesuatu yang digoyang-goyangkan. Dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI VI Daring), ogoh-ogoh artinya patung yang terbuat dari bambu, kertas, dan sebagainya berbentuk raksasa dan lain-lain yang diarak keliling desa pada hari tertentu (biasanya sehari menjelang Nyepi).
Secara maknanya, dikutip dari Portal Resmi Pemerintah Kabupaten Badung, ogoh-ogoh adalah simbolis berwujud patung yang dibentuk dengan ulatan bambu berukuran besar dan seram. Simbolis ini pun menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi perayaan Nyepi di Bali.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kapan Perayaan Ogoh-ogoh 2025?
Ogoh-ogoh dirayakan pada malam sebelum Nyepi. Biasanya, ogoh-ogoh dipersiapkan sejak jauh-jauh hari untuk dirayakan sehari sebelum Hari Raya Nyepi. Tahun ini, Nyepi jatuh pada 29 Maret 2025. Sehingga perayaan Ogoh-ogoh jatuh pada 28 Maret 2025.
Sebagai informasi, pemerintah telah menetapkan tanggal merah untuk hari libur nasional Hari Raya Suci Nyepi (Tahun Baru Saka 1947) pada Sabtu, 29 Maret 2025. Sementara tanggal merah untuk cuti bersamanya pada Jumat, 28 Maret 2025.
Ilustrasi Ogoh-ogoh (Foto: Dok. Istimewa)
Sejarah Tradisi Nyepi dan Ogoh-ogoh
Menurut Portal Resmi Pemerintah Kabupaten Buleleng, tradisi pembuatan Bhuta Kala yang dikaitkan dengan ritual Nyepi di Bali mulai muncul pada tahun 1983. Setelah Nyepi ditetapkan sebagai hari libur nasional, masyarakat Denpasar mulai menciptakan sosok onggokan yang dikenal sebagai ogoh-ogoh. Tradisi baru ini semakin populer ketika ogoh-ogoh turut dipamerkan dalam Pesta Kesenian Bali ke-XII.
Dalam budaya Bali, ogoh-ogoh merepresentasikan Bhuta Kala. Menurut ajaran Hindu Dharma, Bhuta Kala melambangkan kekuatan alam semesta (Bhu) dan waktu (Kala) yang tidak terukur serta tidak bisa ditolak. Wujud ogoh-ogoh biasanya digambarkan besar, menyeramkan, dan berbentuk raksasa.
Selain Bhuta Kala, ogoh-ogoh juga kerap dibuat menyerupai makhluk dari Mayapada, Surga, dan Neraka, seperti naga, gajah, atau widyadari. Bahkan, ada pula ogoh-ogoh yang dibentuk menyerupai tokoh terkenal, seperti pemimpin dunia, artis, hingga figur agama.
Meski sebenarnya tidak memiliki kaitan langsung dengan Hari Raya Nyepi, ogoh-ogoh tetap menjadi bagian dari kemeriahan ritual tersebut. Biasanya, tradisi ini dikolaborasikan dengan prosesi ngerupuk, di mana masyarakat berkeliling desa sambil membawa obor.
(wia/imk)
Hoegeng Awards 2025
Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu