Jakarta -
Analis intelijen, pertahanan dan keamanan, Ngasiman Djoyonegoro, mengapresiasi kebijakan mutasi Polri di lima pos penting. Ngasiman menilai kelima perwira tinggi Polri yang dimutasi itu sosok bisa membawa Polri lebih baik.
"Lima Anggota Polri yang mengisi pos jabatan tersebut dikenal sebagai sosok yang piawai dan telah melalui tempaan yang cukup lama sehingga diharapkan mampu untuk membawa Polri semakin baik di masa mendatang dalam mendukung transformasi Polri Presisi," kata Ngasiman dalam keterangan tertulis, Rabu (13/11/2024).
Mutasi Polri ini meliputi Wakapolri dijabat oleh Komjen Ahmad Dofiri, perwira tinggi Polri yang memimpin sidang Komisi Kode Etik Polri (KKEP) eks Kadiv Propam Polri, Ferdy Sambo. Pada 2018, Dofiri juga menangani kasus penyerangan Gereja Katolik Santa Lidwina Bedog, Kecamatan Gamping, Sleman.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Komjen Dofiri sering dikenal sebagai polisi santri. Segudang prestasi tindakan penegakan hukum dan penegakan etik di internal Polri memberikan bekal pemahaman yang mendalam kepada Komjen Dofiri ini terkait seluk beluk penegakan hukum di Indonesia dan juga membangun soliditas di internal Polri," ucap pria yang akrab disapa Simon.
Lalu ada Irjen Dedi Prasetyo yang menduduki pos jabatan Inspektur Pengawasan Umum (Irwasum) Polri. Dedi pernah mendapat penghargaan dari Museum Rekor-Dunia Indonesia (Muri) pada 28 Mei lalu karena menjadi satu-satunya perwira tinggi Polri yang menulis buku dengan jumlah terbanyak, yaitu 27 judul buku.
"Penulisan buku selain pembuktian karya akademis, juga pembuktian ketelitian dan kejelian dalam mengelola waktu, dedikasi, dan inisiatif yang tinggi, sehingga dengan karakter ini diharapkan akan mampu meningkatkan pengawasan Polri," ujar Simon.
Sosok ketiga adalah Irjen Chryshnanda Dwilaksana sebagai Kepala Lembaga Pendidikan dan Pelatihan (Kalemdiklat) Polri. Irjen Chrys dikenal dengan keilmuan dan keahlian dalam mempersiapkan generasi baru Polri. Dia juga seorang dosen di beberapa universitas ternama di Indonesia.
"Pengetahuan dan keahlian akademiknya, saya kira akan mampu membangun karakter anggota Polri yang berdedikasi tinggi," kata Simon.
Selanjutnya, Irjen Rudi Darmoko menjadi Kasespim Lemdiklat Polri. Rudi merupakan lulusan terbaik Akpol 1993 yang berpengalaman dalam bidang SDM.
"Pengalaman Irjen Rudi sejak 2012 terkait pengembangan SDM Polri berpotensi untuk orientasi kemajuan SDM Polri di masa mendatang," ucap Simon.
Terakhir, Brigjen Cahyono Wibowo yang ditunjuk sebagai Kepala Korps Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Kakortas Tipikor) Polri. Cahyono merupakan sosok berpengalaman di bidang tindak pidana korupsi, karena sebelumnya ditugaskan di Bareskrim Polri untuk tindak pidana korupsi. Kiprahnya sebagai salah satu penyidik KPK juga tidak diragukan.
"Kiprah Brigjen Cahyono yang sudah malang melintang dalam tindak pidana korupsi selaras dengan salah satu dari visi Asta Cita dalam menguatkan upaya-upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi sebagaimana ketegasan panglima pemberantasan korupsi, Presiden Prabowo Subianto," ucap Simon.
Menurut Simon, program penguatan SDM oleh Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo ini bertujuan untuk transformasi Polri sesuai tujuan visi Polri Presisi. "The right man on the right place menempatkan seseorang sesuai dengan kemampuan atau keahliannya," kata Simon.
Untuk mencapai Indonesia Emas 2045, Indonesia membutuhkan segudang SDM unggul, baik di level masyarakat maupun penyelenggara negara.
"Saya kira adanya kelima sosok di atas merupakan bentuk nyata Kapolri untuk mendukung SDM unggul transformasi Polri Presisi sebagaimana dicanangkan dan visi Asta Cita oleh Presiden Prabowo sebagai fondasi untuk menuju Indonesia Emas 2045," pungkasnya.
(fas/fjp)