Foto : Situasi banjir rob saat masih semata kaki di Muara Karang sebelum akhirnya naik hingga sepinggul orang dewasa, Selasa (17/12/2024). (Fajar Yusuf Rasdianto/detikX)
Selasa, 24 Desember 2024
Prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), banjir besar di Pulau Jawa akan terjadi pada akhir tahun sedikit meleset. Tiga fenomena alam sekaligus yang sempat diprediksi akan hinggap ke langit Jawa pada akhir tahun batal terjadi lantaran satu fenomena lain, yakni Borneo Vorteks. Ini sebuah pusaran angin dengan radius puluhan hingga ratusan kilometer yang terbentuk akibat konvergensi angin monsun timur laut dengan angin daratan Kalimantan.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto menjelaskan Borneo Vorteks muncul di wilayah sekitar Natuna dan Malaka pada pertengahan Desember 2024. Fenomena ini menyebabkan cold surge alias seruakan dingin yang diprediksi akan sampai ke Pulau Jawa dan khususnya Jakarta pada pertengahan hingga akhir Desember 2024 tertahan.
“Jadi aliran itu nggak jadi ke Jawa karena tertahan di sana. Itu yang saat itu terjadi,” tutur Guswanto kepada detikX melalui telepon pekan lalu.
Munculnya Borneo Vorteks ini menyebabkan fenomena Madden Julian Oscillation (MCO) atau pergerakan propagasi awan hujan dari arah barat tidak jadi datang secara bersamaan dengan cold surge. Saat ini, kata Guswanto, MCO sudah melewati langit Jakarta dan masuk ke wilayah tengah Indonesia, seperti Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara Timur.
Fenomena La Nina yang belakangan melanda beberapa belahan dunia juga sedikit ‘malu-malu’ untuk muncul di langit Jawa. Ini menyebabkan Indeks Cross Equatorial Northerly Surge (CENS), yang menunjukkan massa udara dingin dan potensi hujan, juga masih terbilang lemah lantaran tiga fenomena tersebut datang satu per satu, bukan secara bersamaan seperti yang sebelumnya diprediksi.
“Indeks CENS-nya kemarin sempat muncul tanggal 3-4 (Desember 2024) kalau nggak salah, sempat sampai 11. Tapi sekarang turun lagi jadi 6 atau 7 sehingga Indeks CENS-nya nggak jadi,” jelas Guswanto. Semakin tinggi angka Indeks CENS, semakin besar potensi hujan lebat yang akan terjadi.
Banjir rob di Kampung Sembilangan, Bekasi, Jawa Barat, Sabtu (21/12/2024).
Foto : Pradita Utama/detikcom
Guswanto mengatakan banjir di beberapa wilayah Pulau Jawa dalam sepekan terakhir bukan terjadi lantaran tiga fenomena yang sempat diprediksi BMKG tersebut. Melainkan pengaruh bibit siklon tropis 93s, yang mempunyai dampak tidak langsung, yakni kenaikan gelombang tinggi di sebagian barat Samudra Hindia atau Sumatera dan selatan Jawa.
Di wilayah Jawa Tengah, khususnya, kenaikan gelombang tinggi ditambah juga dengan intensitas hujan lebat yang disebabkan MCO. Menurut Guswanto, itulah yang menyebabkan banjir rob dalam satu pekan terakhir.
Meski demikian, sambung Guswanto, potensi banjir yang disebabkan hujan dengan intensitas lebat bukan berlalu begitu saja dari Pulau Jawa. Potensi banjir masih mungkin terjadi jika Borneo Vorteks terurai dan seruakan dingin terlepas ke Pulau Jawa.
“Jadi kalau cold surge-nya tadi lepas, masih ada potensi di bulan Januari-Februari (2025) untuk terjadi puncak musim hujan yang bisa menyebabkan banjir,” jelas Guswanto.
Saat itu terjadi, BMKG memprediksi, hampir semua daratan di Pulau Jawa akan terendam banjir dengan skala rendah hingga tinggi. Sebagian besar wilayah, termasuk Jakarta, akan mengalami banjir dengan skala menengah atau sedang. Sisanya skala tinggi dan rendah.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letnan Jenderal TNI Suharyanto mengatakan, selain banjir, potensi bencana lain, seperti tanah longsor, juga berpotensi terjadi dalam kondisi tersebut. Intensitas hujan tinggi dengan durasi lama dan penurunan daya tampung tanah menjadi pemicu utama bencana-bencana ini.
Saat ini, kata Suharyanto, BNPB dengan sejumlah institusi terkait sudah melakukan langkah-langkah mitigasi untuk mengantisipasi terjadinya bencana banjir dan longsor awal tahun. Di beberapa daerah yang sudah menetapkan status tanggap darurat juga sudah disiapkan alat-alat kedaruratan bencana dan sejumlah personel untuk bersiaga.
Operasi modifikasi cuaca (OMC) juga akan dilakukan di beberapa daerah yang berpotensi mengalami hujan lebat. Saat ini OMC juga sudah dilakukan di Jawa Barat dan Jawa Tengah yang sudah lebih dulu terlihat potensi banjir dan longsor.
“Dari sisi penyiapan masyarakat, BNPB pada level komunitas menggerakkan Forum Pengurangan Risiko Bencana dalam meningkatkan kesiapsiagaan bersama TNI-Polri, khususnya pada fase kontingensi (sesaat sebelum bencana untuk evakuasi),” jelas Suharyanto melalui pesan singkat.
Di Jakarta, banjir diprediksi terjadi di kawasan-kawasan dataran rendah dekat pantai dan sungai, seperti di Jakarta Utara, Jakarta Barat, dan Jakarta Selatan. Tercatat pada 2024, ada setidaknya 72 wilayah yang berpotensi tergenang saat hujan deras datang. Titik-titik itu pulalah yang pada 2025 diprediksi akan terendam saat puncak musim hujan.
Kepala Pusat Data dan Informasi (Kapusdatin) BPBD Jakarta Mohammad Yohan mengatakan, untuk mengantisipasi hal tersebut, BPBD Jakarta bersama sejumlah lembaga terkait sudah melakukan langkah-langkah mitigasi banjir dengan penguatan infrastruktur pengendalian banjir, seperti tanggul, bendungan, dan pintu air. Posko siaga bencana juga telah disiapkan. Selain itu, OMC akan dilakukan saat intensitas hujan diprediksi cukup deras.
“Pembersihan saluran air dan drainase juga dilakukan agar air tidak terhambat,” kata Yohan kepada detikX pekan lalu.
Warga membawa bantuan air bersih dengan gerobak di kawasan Lodan, Pademangan, Jakarta, Rabu (18/12/2024).
Foto : Rivan Awal Lingga/Antarafoto
Sekretaris Dinas Sumber Daya Air (SDA) Jakarta Hendri mengungkapkan, secara keseluruhan, Jakarta sudah siap mengantisipasi potensi banjir mendatang. Segala persiapan sudah dilakukan, termasuk melakukan pengerukan sungai di lima kota administrasi Jakarta dengan capain 1.042.333 meter kubik atau 93 persen dari target.
Selain itu, tanggul-tanggul juga sudah dipasang di beberapa bantaran sungai untuk mencegah terjadinya longsor. Pembangunan tanggul telah dilakukan di Kali Pesanggrahan, Jakarta Barat, dan Kali Sunter, Jakarta Utara.
“Optimalisasi operasional sarana dan prasarana pengendali banjir juga terus dilakukan, seperti penyiagaan rumah pompa, pintu air, alat berat, serta pemeliharaan atau perawatan agar dapat bekerja secara maksimal saat kondisi pra maupun saat penanganan banjir,” jelas Hendri pekan lalu.
Di samping itu, lanjut Hendri, Dinas SDA juga sudah menyiapkan 593 unit stasiun pompa yang tersebar di 202 lokasi dan 557 unit pompa mobile untuk memudahkan jangkauan pompa ke titik banjir. Sekitar 800 unit pintu air di 570 lokasi, 460 unit dump truck, dan 245 unit alat berat telah disiapkan. Sebanyak 3.962 pasukan biru juga akan disiagakan saat ancaman banjir semakin nyata. Koordinasi juga telah dilakukan dengan daerah-daerah penyangga, seperti Bogor, Bekasi, Depok, dan Tangerang.
Meski demikian, kata Hendri, upaya yang dilakukan pemerintah saat ini hanya bisa mengurangi intensitas atau dampak dari banjir. Bukan berarti betul-betul menghindarkan Jakarta dari banjir.
Sebab, secara alamiah, Jakarta memang merupakan daerah rawan banjir. Itu, sambung Hendri, lantaran Jakarta merupakan hilir dari 13 sungai yang mengalir dari berbagai daerah. Ditambah kontur daratan Jakarta juga berupa cekungan.
“Hal ini juga diperparah dengan kepadatan penduduk yang terus meningkat setiap tahun yang mengakibatkan semakin berkurangnya area resapan air. Jadi pada dasarnya Jakarta banjir itu sudah satu kepastian. Hanya, saat ini Dinas SDA terus berupaya mengurangi potensi banjirnya,” pungkas Hendri.
Reporter: Fajar Yusuf Rasdianto, Natasya Oktavia Raymond (magang)
Penulis: Fajar Yusuf Rasdianto
Editor: Dieqy Hasbi Widhana
Desainer: Fuad Hasim