Jika Uang Bukan Masalah, Apa yang Kau Inginkan?

3 hours ago 4

Jakarta -

"Seandainya uang tidak menjadi masalah, apa yang ingin kamu lakukan?"

Pertanyaan yang dilemparkan oleh seorang teman dalam sebuah diskusi informal itu harusnya mudah untuk dijawab. Namun, nyatanya seisi ruangan hanya terdiam, dan tidak ada yang langsung merespons pertanyaan tersebut.

"Kalau kamu belum bisa menjawabnya," lanjut teman saya itu, "Atau, memberi jawaban seperti, mau jalan-jalan, makan enak, beli barang mewah, ataupun hal-hal konsumtif lainnya, maka itu suatu pertanda bahwa mungkin kamu belum siap untuk memiliki uang sebanyak yang kamu inginkan."

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seketika, pernyataan itu rasanya bagaikan pisau yang menancap langsung di jantung saya ini. Ya, bagaimana tidak, karena apa yang ia sebutkan tadi adalah jawaban yang terlintas di pikiran saya. Sebagai seseorang yang memiliki isu finansial sejak lama, sudah tentu banyak keinginan yang saya pendam, atau bahkan saya lupakan karena tidak adanya cukup uang untuk mewujudkan keinginan-keinginan tersebut. Karenanya, jika benar saya memiliki uang banyak, sudah tentu saya ingin mewujudkan semua angan dan keinginan saya itu.

Lalu, benarkah bahwa dengan memiliki pemikiran seperti itu, maka artinya saya belum siap menerima uang sebanyak yang saya inginkan? Apakah itu yang menyebabkan saya belum bisa keluar dari isu finansial yang saya alami selama ini? Langkah apa yang perlu saya lakukan untuk bisa mengubah situasi yang ada sekarang?

Pertanyaan-pertanyaan itu membuat saya teringat kembali pertanyaan lain yang dulu pernah juga membuat bibir saya terkunci rapat karena terlalu takut untuk mengatakan jawaban yang sebenarnya. What does money means to you? Apa makna uang bagimu?

Stres dan kecemasan yang tak berujung adalah jawaban yang saya simpan sendiri untuk pertanyaan itu. Karena, kenyataan yang saya hadapi, berapa pun jumlah uang yang saya dapatkan, selalu saja saya merasa tidak pernah cukup. Entah itu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, keperluan mendesak, apalagi untuk menabung. Kalimat 'tidak cukup' selalu hadir dan menguasai isi kepala saya ini.

Saya tahu bahwa pada dasarnya uang adalah benda mati. Saya mengerti fungsi uang adalah sebagai alat tukar, sebagai alat pembayaran dalam suatu transaksi. Lalu, mengapa uang, benda mati yang seharusnya hanya merupakan alat tukar, bisa memiliki makna negatif yang tertanam begitu kuat dalam diri saya ini?

Berangkat dari keresahan itu, saya pun mulai mencari tahu bagaimana caranya agar saya bisa mengubah pemahaman saya tentang uang.

Meletakkan Makna Uang di Atas Nilai Tukar

The value of money lies in our mind, not in the money itself. Nilai uang terletak di pikiran kita, bukan di uang itu sendiri. ~ Hany Gungoro, CFA

Berbagai upaya pun saya lakukan. Mulai dari memberikan afirmasi positif untuk semua hal yang berhubungan dengan uang, hingga melakukan tindakan-tindakan nyata untuk memperbaiki hubungan saya dengan uang. Seperti contohnya, ketika rasa takut 'kurang uang' muncul, reaksi saya sebelumnya adalah membiarkan diri saya terhanyut dan membuat diri saya sendiri tenggelam lebih dalam pada kecemasan yang tidak berkesudahan.

Namun sekarang, secara perlahan, saya belajar untuk memberikan respons yang berbeda ketika rasa takut itu datang. Yang saya lakukan mengatakan pada diri saya sendiri bahwa saat ini saya berada dalam keadaan yang sangat baik, dan juga cukup dalam segala hal, terutama cukup akan uang.

Saya mengatakan pada diri saya sendiri, 'pasti selalu ada cukup uang'. Kalimat itu saya katakan berulang-ulang setiap saat hingga saya benar-benar mempercayainya. Saya juga mendorong diri saya untuk melakukan hal yang sangat saya hindari sejak dulu, yaitu menghitung uang saya sendiri.

Sebelumnya, saya kerap enggan untuk melihat, apalagi menghitung, berapa jumlah uang yang saya miliki baik itu dalam bentuk cash ataupun yang tertera di rekening koran. Ya, karena saya merasa uang saya sedikit, atau bahkan kadang tidak ada uang sama sekali.

Kini saya belajar untuk berani melihat, dan menghitung uang yang ada, seberapa pun kecil nilainya. Hal ini adalah sebagai bentuk pengingat agar saya bisa menjadi lebih bijak dalam menggunakan uang. Karena dengan demikian, saya pun jadi belajar untuk menghargai diri saya sendiri.

Lama kemudian, barulah saya mengerti bahwa di balik kondisi finansial saya yang berantakan, ternyata ada isu tentang diri saya sendiri yang tidak pernah saya sadari sebelumnya. Rasa percaya diri sendiri yang rendah, yang membuat saya merasa tidak layak untuk menerima, ataupun memiliki banyak uang.

Selain itu, karena saya tumbuh besar dengan menyaksikan bahwa uang kerap menimbulkan banyak pertengkaran, maka saya pun kehilangan rasa aman. Secara tidak sadar, benak saya pun percaya bahwa tidak aman rasanya kalau memiliki banyak uang. Karenanya, saya pun menjadi takut untuk memiliki uang banyak. Sungguh aneh, bukan? Di satu sisi saya ingin mendapatkan uang banyak. Tapi ternyata, secara bawah sadar, saya ini takut untuk memiliki uang.

Dan, ketika mengetahui hal itu, tidak mudah bagi saya untuk bisa menerimanya, apalagi melakukan upaya-upaya untuk memperbaiki pola pikir bawah sadar saya itu. Diperlukan waktu yang tidak sebentar untuk memahami bahwa makna uang yang saya miliki sekarang berkaitan erat dengan kepercayaan saya tentang uang yang telah tertanam jauh sejak usia dini.

Jadi, meskipun saya mengerti bahwa uang itu hanyalah benda mati, namun berbagai peristiwa yang terkait dengan uang, baik yang menyenangkan, ataupun tidak, sangat berpengaruh pada pola pikir dan pemahaman saya mengenai uang itu sendiri.

Tidak mudah untuk saya melakukan apa yang perlu saya lakukan agar pola pikir saya mengenai uang yang sekarang ini bisa berubah. Dan, tidak mudah juga untuk melepaskan semua kemelekatan saya pada berbagai emosi yang tersimpan di setiap peristiwa tidak menyenangkan yang terjadi yang terkait dengan uang. Meskipun demikian, saya tetap melakukannya karena saya mau memberikan makna baru yang lebih baik tentang uang. Bukan lagi stres dan kecemasan, melainkan keberlimpahan dan kemakmuran, sehingga kondisi finansial saya pun bisa berubah menjadi lebih baik.

Hingga kemudian, jika ada yang bertanya apa yang ingin saya lakukan jika uang tidak lagi menjadi masalah, saya tidak lagi merasa bersalah saat saya menjawab: melakukan semua hal yang saya inginkan, dan mewujudkan semua impian yang pernah tertunda. Karena saya telah siap untuk menerima dan memiliki uang sebanyak yang saya inginkan.

Ika Lewono kolumnis, peminat self-healing

(mmu/mmu)

Loading...

Hoegeng Awards 2025

Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial