Jakarta -
Dalam beberapa hari mendatang, sebuah pesawat ruang angkasa antarplanet era Soviet dengan berat sekitar setengah ton akan jatuh tak terkendali ke Bumi. Puing antariksa ini adalah modul pendaratan dari Kosmos 482, yang diluncurkan pada1972, menuju planet Venus.
Namun, masalah teknis menyebabkan wahana itu tetap berada di orbit Bumi.
Belum diketahui secara pasti kapan wahana antariksa itu akan sampai di permukaan planet kita, namun para ilmuwan memprediksi itu akan terjadi pada pekan kedua Mei.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu pakar berkata pada BBC News Rusia bahwa ada kemungkinan serpihan wahana itu akan menghantam area permukiman.
Sejumlah ilmuwan bilang Timur Tengah, Asia Tengah dan Eropa Tenggara adalah area yang kemungkinan akan dihantam puing antariksa ini.
Lepas landas
Baikonur Cosmodrome di Kazakhstan, yang terlihat di sini saat peluncuran misi Soyuz, adalah tempat Kosmos 482 meluncur pada 1972. (Getty Images / Nasa)
Pesawat ruang angkasa dengan tujuan Venus tersebut diluncurkan dari Kosmodrom Baikonur pada 31 Maret 1972. 1
Pesawat tersebut merupakan cadangan untuk stasiun ruang angkasa lainnya, keduanya menjadi bagian dari program Venera 8. Kedua wahana tersebut identik dalam hal peralatan dan karakteristik.
Peluncuran ganda semacam ini dilakukan untuk meningkatkan probabilitas keberhasilan dalam penjelajahan antarplanet.
Uni Soviet menggunakan roket Molniya-M, sejenis dengan yang digunakan dalam misi antariksa berawak Soyuz.
Roket Kosmos 482 memiliki satu tingkat tambahan untuk meluncurkan wahana yang lebih berat ke orbit yang lebih tinggi.
Adapun Venera 8 diluncurkan empat hari sebelumnya, berhasil mencapai destinasi dan menuntaskan misi antariksanya dengan sukses.
Namun, Kosmos 482 yang menjadi cadangannya mengalami kendala teknis di bagian roket dan gagal keluar dari orbit Bumi.
Kecelakaan
Tiga tahap pertama peluncuran roket bekerja sesuai rencana, mendorong unit kepala ke orbit dekat Bumi. Stasiun ruang angkasa antarplanet itu kemudian diluncurkan ke targetnya.
Namun, wahana itu gagal menempati posisi yang sudah ditentukan di atas Bumi karena blok pendorong gagal mengarahkan stasiun ruang angkasa tersebut dengan benar.
Getty Images / NasaRoket Soyuz diangkut dengan kereta api ke landasan peluncuran di Situs 31 di Kosmodrom Baikonur di Baikonur, Kazakhstan pada tanggal 8 September 2024.
Setelah itu, stasiun ruang angkasa menerima nama kode "Kosmos 482".
Pada 1970-an, pemerintah Soviet menyamarkan peluncuran yang tidak berhasil di bawah nama kode Kosmos, dengan angka yang berbeda setelah kata tersebut.
Menurut halaman situs NASA yang didedikasikan untuk wahana tersebut, wahana itu pecah menjadi empat bagian: dua bagian tetap berada di orbit rendah Bumi dan terbakar di atmosfer dalam waktu 48 jam.
Namun dua bagian lainnya kemungkinan modul pendaratan dan blok dengan mesin utama memasuki orbit yang lebih tinggi.
"Bagian-bagian dari tangki bahan bakar titanium meninggalkan orbit dalam beberapa hari dan jatuh di Selandia Baru," ujar Georgy Trishkin, penulis Tekhasskiy Vestniksaluran Telegram populer yang didedikasikan untuk peluncuran luar angkasa kepada BBC News Rusia.
"Bagian-bagian dari stasiun dan tingkat keempat roket, yang juga dikenal sebagai Blok L, tetap berada di orbit elips yang memanjang."
"Titik tertingginya berada di suatu tempat sekitar 9.800 km jauhnya dari Bumi dan titik terendahnya berada pada ketinggian sekitar 210 km," ujarnya.
Badan antariksa AS, NASA, berkata modul pendaratan tersebut punya berat 495 kg.
Modul yang kuat
Jatuhnya pesawat ruang angkasa tidak menjadi masalah besar ketika mereka pecah dan terbakar di atmosfer, atau ketika jatuhnya bisa diperhitungkan dan dikendalikan dari Bumi.
Contohnya, stasiun orbital besar Mir dikeluarkan dari orbit dan diarahkan menuju Bumi sehingga puing-puingnya tenggelam di Samudra Pasifik.
Rusia melakukan penghancuran terorganisir terhadap pesawat ruang angkasanya, Mir, ke Samudra Pasifik ketika masa pakainya berakhir. (Getty Images / NASA / Newsmakers)
Akan tetapi Kosmos 482 diperkirakan akan menghantam Bumi secara tidak terkendali.
Namun bahaya utama adalah kemungkinan besar wahana itu tidak akan hancur dan terbakar sepenuhnya di atmosfer.
Hal ini dikarenakan modul pendaratan tersebut direkayasa untuk mendarat di permukaan Venus, yang memiliki atmosfer lebih padat dan suhu lebih tinggi.
Maka dari itu, pesawat ruang angkasa ini dibuat agar tahan dengan kondisi yang lebih keras daripada yang akan dihadapinya saat masuk kembali ke atmosfer Bumi.
"Modul pendaratan itu sendiri dirancang untuk masuk kembali ke atmosfer Venus yang lebih berat, jadi perisai panas dan kompartemen kedap udaranya kemungkinan besar akan selamat dari masuk kembali ke atmosfer [Bumi]," jelas Georgy Trishkin.
"Namun, kecil kemungkinan perangkat tersebut akan selamat sepenuhnya."
"Pengamatan secara tidak langsung mengindikasikan bahwa ia mungkin telah melepaskan parasutnya sejak lama. Ini berarti integritas strukturnya rusak dan banyak bergantung pada profil masuk kembali ke atmosfer," ujarnya.
Di mana pesawat itu jatuh?
Trishkin mengatakan perhitungan berdasarkan jalur orbitnya mengindikasikan bahwa puing-puing tersebut kemungkinan besar akan jatuh di daratan.
Ia mengatakan Mesir, Suriah, Turki, dan Azerbaijan, berada di jalur orbit Kosmos 482, jadi ada risiko menghantam area permukiman.
"Jika kita berasumsi perangkat tersebut selamat sepenuhnya dan menabrak tanah dengan kecepatan yang diperkirakan 242 km/jam, maka energi impaknya akan berada di kisaran 1,1-1,2 MJ, yang bisa setara dengan ledakan beberapa ratus gram TNT (dinamit)," ujarnya.
Jatuhnya Kosmos 482 ke Bumi, menurut berbagai perkiraan, akan terjadi antara tanggal 8 dan 14 Mei.
(ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini